Rabu, 08 Februari 2012

Two Sides of Personality by Bunga Cinta

Namaku Gilbert Nightray.Biasanya orang memanggilku Gil.Aku paling suka menyendiri sambil membaca buku atau bermain PSP kesayanganku.Di kelas,aku selalu menjadi korban kejahilan teman-temanku.Atau lebih tepatnya korban bullying bagi mereka yang merasa paling jagoan.Sebastien yang paling sering mem-bully aku. Menurutku Sebastien adalah anak paling bodoh yang pernah aku tahu,sekaligus paling kaya di kelasku. Ayahnya seorang investor dan ibunya fashion designer.Tapi saudara kembarku, Ellie selalu menolongku dari aksi bullying Sebastien. Seperti biasanya saat pulang sekolah,aku pergi ke perpustakaan dan mencari tempat untuk membaca.Setelah menemukan buku yang akan kubaca, aku menuju ke tempatku dan mulai membaca. Beberapa saat kemudian,seseorang menghampiriku. ”Maaf buku apa itu”? Aku mendongak dan sempat terpesona melihat seorang gadis yang cantik. Rambutnya berwarna kuning dengan model twintails. Matanya berwarna biru.Dugaanku ia adalah murid baru karena aku baru pertama kali melihatnya. “Eh…ah…eh ini buku ‘daybreak’”Jawabku.” Aku butuh buku itu untuk tugas.Boleh…aku pinjam?”Kata gadis itu.” “Ah…ya tentu saja…ini silahkan”Kataku sambil memberikan buku itu kepadanya.Ia tersenyum sambil mengucapkan terima kasih, lalu pergi ke penjaga perpustakaan untuk mencatatkan namanya. Sejenak aku tak bisa berpikir jernih. Pikiranku tertuju padanya. Untuk mengalihkan pikiranku,aku bermain PSP yang kubawa. Namun aku tak bisa berkonsetrasi , karena pikiranku kacau. Akhirnya aku memutuskan pulang. Sesampainya dirumah, Ellie membukakan pintu untukku. Kami hanya tinggal berdua.Orangtua kami bekerja di luar kota, sedangkan kami menginginkan untuk tetap tinggal disini.Aku mengempaskan badan ke tempat tidur. Entah kenapa wajah cantik it uterus membayangiku. Jantungku berdebar-debar. Inikah cinta yang sering dibicarakan orang-orang? Tidak. Tidak mungkin aku jatuh cinta.Mungkin aku hanya kagum padanya. Tapi,aku berharap besok aku bisa bertemu dengannya lagi dan bisa berkenalan dengannya. Aku terbangun keesokan harinya.Setelah selesai mandi,aku melihat sisir.Aku berpikir sebentar lalu mengambilnya dan mulai menyisir rambutku. Ellie masuk kekamarku untuk mengingatkan untuk sarapan. ”Kakak…tumben bersisir?”Tanya Ellie heran. ”Iya.Kenapa Ellie?”Aku terus melakukan kegiatanku. “Aku jarang melihat kakak bersisir.Mau menemui seseorang ya?pasti seorang wanita” kata Ellie menggodaku. ”Kan bisa saja pria”Jawabku berbohong. ”Kakak,bukan homo kan?”Tanya Ellie “ Memangnya cuma bertemu wanita saja?bertemu pria kan juga harus rapi!”Jawabku lalu berhenti menyisir.” “Bohong.Selama ini meskipun bertemu kepala sekolah sekalipun kakak tidak pernah serapi ini”. Kata Ellie curiga.Baik terserah kau saja.Sekarang ayo sarapan”. Di sekolah,seperti biasanya aku dijahili oleh Sebastien. Untungnya bel berbunyi. Aku segera masuk ke kelas.Tak lama kemudian,Kiyoteru-Sensei, guru bahasa jepang sekaligus wali kelas kami pun masuk. ”Selamat pagi anak-anak”. ”Selamat pagi!”Jawab murid-murid serempak. Ia tersenyum dan memandang ke sekeliling kelas,lalu berkata ”Diantara kalian,pasti ada beberapa anak yang belum akrab. Saya akan mengatur tempat duduk kalian setiap saya masuk”. Aku dan Ellie berpandangan.Aku hanya ingin duduk bersama Elli. “Gil,kau duduk di sini”, Ia menunjuk ke tempat duduk di belakang Ellie. ”Bersama siapa sensei”? Tanyaku. ”Bersama Sebastien”. Dua kata itu terasa membuat jantungku ditembus panah. Tentu saja bukan panah asmara. Aku menoleh kearah Sebastien. Dia hanya tersenyum saja. Tapi tentu saja dia senang karena bisa dekat denganku, sehingga aku bisa dibullying dengan mudah. Sebelumnya mereka tak bisa bullying aku di kelas karena Ellie selalu dekat denganku. Tapi bila Ellie tak ada atau aku bertemu di luar kelas dengannya, bullying Sebastien tak tertahankan lagi. Dan aku tak pernah memberitahu Ellie aku diapakan saja saat dibullying. Ellie hanya tahu mereka bullying menggunakan kata-kata,tidak menggunakan fisik. Padahal aslinya lebih parah. Aku pernah ditendang, ditinju, disiram air, dan banyak lagi yang tak bisa diungkapkan. Dengan terpaksa aku pindah ke tempat baruku bersama Sebastien. Untung di depan sehingga (mungkin) dia tidak bisa terlalu banyak membully aku. Namun sisi buruknya aku tak bisa main PSP saat pelajaran’ karena Sebastien akan segera merebutnya dan memainkan hingga beterenya habis. Dan aku hanya bisa menahan kesal. “Oh, iya. Saya hampir lupa memperkenalkan murid baru di kelas ini,” kata Kiyoteru-sensei sambil keluar dari kelas. Apa?Murid baru ?Mudah-mudahan anaknya baik, tidak seperti Sebastien. Sesaat kemudian Kiyoteru sensei masuk bersama seorang anak perempuan. Aku pun tercekat. Dengan rambut yang twintails berwarna kuning, aku langsung mengenali sosok ini. ”Namaku Lucy Heartfilia”Katanya pendek. Lucy Heartfilia. Nama yang bagus.Rasanya ingin aku memanggil-manggil namanya. “Kamu duduk di sana”, kata Kiyoteru-sensei menunjuk bangku di samping Ellie yang kosong. Lucy kemudian menduduki tempatnya dan tersenyum pada Ellie. Dari kejauhan kulihat Ellie membalas senyumnya.Sedih aku rasanya harus punya teman sebangku bernama Sebastien. Andai saja sebelahku masih kosong,mungkin saja Lucy akan ditempatkan disebelahku. Sepanjang pelajaran hari itu aku benar benar tak tenang, hingga akhirnya bel pulang berbunyi. Aku membereskan semua bukuku kemudian berjalan ke perpustakaan. Di tengah jalan baru aku teringat aku akan pulang bersama Ellie. Aku akhirnya menunggu di gerbang,dan melihat Ellie dan Lucy keluar bersama. Jantungku kembali berdetak lebih cepat. ”Kakak,sudah lama menunggu”?Kata Ellie. ”Tidak,belum”Aku menjawab”. Oh iya Lucy,ini kakak kembarku,Gilbert,panggil saja Gil”. Lucy tersenyum sambil menjulurkan tangan. ”Lucy Heartfilia”Katanya. ”Gilbert Nightray.Panggil saja Gil” kataku menjabat tangannya. Ah.. lembut sekali Tangannya. ”Kita pernah bertemu kan,Gil”?Tanya Lucy. ”Eh…ehm…iya di perpustakaan kan”?Jawabku salah tingkah. Miku tersenyum dan berkata,”Kau masih ingat”. ”Ayo kak kita pulang.Rumah Lucy searah dengan rumah kita”,Ajak Ellie. ”Tapi aku nanti sampai ke mini market saja. Mau beli sesuatu”,Kataku. Kemudian kami berjalan bersama sambil berbicara tentang beberapa hal. Aku berjalan di belakang sementara Ellie dan Lucy berjalan di depanku. Mereka tampak asyik mengobrol. Akhirnya sampai juga di rumah Lucy. Rumah yang kecil dan minimalis, namun tertata dengan rapi. “Aku duluan”, kata Lucy. “Sampai bertemu besok”, kata Ellie. Aku sempat melihat Lucy lucy tersenyum, entah kepadaku atau Ellie. Tapi aku merasa ia tersenyum padaku. Hatiku betil berbunga bunga. Sepanjang perjalanan pulang, aku hanya bisa senyum-senyum sendiri. Ellie sampai khawatir dengan tingkahku. Tak sabar rasanya kutunggu hari esok tiba. Saat aku bisa bertemu lagi dengannya. Mungkin saat itu aku lebih beruntung dan dapat mengajaknya makan bersama... Aku membaca judul di Koran minggu pagi hari ini.”The Headhunter kembali beraksi”.Aku membaca artikel itu.”Malam tadi,ditemukan seorang perempuan tewas dengan kepala terpenggal.Korban diduga bernama Bisca Mulan.Saat ini belum diketahui motif si pembunuh…”Mengerikan.Semoga tidak terjadi apa-apa.Ellie keluar dari kamarnya.Sepertinya ada yang beda dengan Ellie. Ia tampak senang sekali dan ia berpakaian rapi. Apa ia mau menemui seseorang? “Ellie,kau mau menemui seseorang?”Tanyaku penasaran. Ellie hanya tersenyum lalu berpamitan. “Aku pergi dulu kak. Mungkin sore nanti aku baru pulang”,Katanya sambil keluar dan menutup pintu. Aku hanya bengong memandang Pintu. Entah kenapa tiba tiba pikiranku tertuju pada artikel di Koran tadi tentang headhunter. Tepat pada saat itu,ponselku berbunyi. Ciel mengirimkanku pesan singkat. “Gil,aku akan menjaga adik kembarmu hari ini”. Sesaat aku tidak mengerti, tapi kemudian aku lega “Hah,jadi Ellie kencan dengan Ciel. Segere kubalas pesan singkat Chiel. “Jaga adikku baik-baik,Ciel, awas kalau ada apa apa”. “Kakak,aku pulang!”Ellie masuk ke ruang tamu.Sepertinya ia sangat bahagia hari ini.Terlihat dari wajahnya.”Bagaimana kencanmu dengan Ciel?Menyenangkan?”Tanyaku.”Tentu saja sangat menyenangkan!Ciel bahkan mengajakku berpacaran”Kata Ellie malu-malu.”Lalu kau terima?”Tanyaku sekali lagi.”Eh?tentu saja.Aku…sudah lama menyukai…Ciel”Kata Ellie dengan muka memerah.” Aku tersenyum”Ya sudah Ellie sekarang kamu mandi saja ya” Hari demi hari,tampak keceriaan Ellie semakin bertambah sejak apalagi sejak beberapa hari yang lalu,Ellie akhirnya menjadi pacarnya Ciel setelah beberapa kali berkencan.Aku menjadi semakin sering sendiri di rumah,sementara Ellie menjadi semakin sering keluar rumah.Walaupun hal ini tidak berarti banyak bagiku,ada kalanya aku merindukan Ellie untuk lebih sering berada di rumah.Di sekolah,kami makan di kantin bertiga bersama Ciel.Tetapi Ellie sekarang lebih banyak berbicara dengan Ciel,sementara aku biasanya hanya mendengarkan. Hubunganku dengan Lucy tidak banyak perubahan.Hanya sebagai teman seperjalanan pulang. Aku tak tahu harus melakukan apa.Aku sudah meminta nomor teleponnya dan alamat emailnya.Mungkin aku harus sesekali mampir ke rumahnya.“Kau harus mengajaknya kencan,seperti aku mengajak Ellie” begitu nasihat Ciel kepadaku. Itu masalahnya.Aku tidak tahu bagaimana cara mengajaknya.Tetapi aku harus bisa melakukannya! Setelah beberapa hari, aku akhirnya mendapatkan keberanian untuk mengajak Lucy kencan.Hari itu adalah hari Jumat.Seperti biasa,gangguan Sebastien seakan tidak pernah berhenti walau untuk sehari,walaupun aku selalu merahasiakannya sehingga orang-orang menyangka ia hanya iseng semata.Pelajaran berlangsung sangat lambat seperti biasanya.Akhirnya pelajaran usai.Sebastien yang duduk di sebelahku menyudahi gangguannya. Pikiranku terpecah antara mengepak barangku dengan kalimat yang akan kuucapkan saat mengajak Lucy kencan. Lucy keluar terakhir.Aku sudah menunggunya di luar kelas.”Maaf membuatmu menunggu,Gil.Apa yang ingin kau bicarakan?”Tanya Lucy. Aku tidak menjawabnya.Aku langsung memegang tangan Lucy. Muka Lucy merona merah.Tanpa basa-basi aku berkata,”Lucy maukah kau pergi kencan bersamaku?”Tanyaku dengan lancar.Untunglah.Lucy memandangku dan berkata,”Maaf Gil,tapi ada yang sudah mengajakku kencan”Kata Lucy menyesal.Sial!”Baiklah”Kataku singkat.”Aku sangat menyesal Gil.Eh…ayo kita pulang”Ajak Lucy.Dalam perjalanan pulang kami saling diam.Aku memutuskan untk memulai pembicaraan.”Kau kencan dengan siapa?”Tanyaku.Lucy tersenyum dan berkata “Itu rahasia”Sial…Padahal aku ingin mengetahui Lucy berkencan dengan siapa.”Kencannya besok?”Tanyku lagi.Lucy hanya mengangguk.Akhirnya sampai di rumah Lucy.”Sampai minggu depan,Gil”Setelah Lucy masuk ke rumahnya,aku menghubungi Ciel. “Gil,bagaimana tadi?kau berhasil mengajaknya kencan?” “Ada seseorang yang telah mengajaknya terlebih dahulu,” “Malang nasibmu, Gil” “Kau punya ide siapakah yang mengajaknya?” “Sebastien?” “Iya, walau aku tidak sepenuhnya yakin,” “Lucy menyebutkan dia akan pergi kencan besok,” “Iya. Lalu?” “Besok kita bangun pagi-pagi, dan kita akan mengintai Lucy dan Sebastien” “Apakah tidak ada rencana lain?” “Inilah rencana terbaik yang aku punya,” “Oh... Baiklah...” “Kira-kira pukul 07.00 kau harus sudah ada di rumahku,” “Baiklah sampai besok” “Sudah siap?” “Sudah” “Kalau begitu ayo…tunggu apa itu di tas mu?” “Peralatan rahasia” “Boleh ku lihat?” “Tidak.Kau akan melihatnya saat diperlukan” “Oh…baiklah” “Sekarang kemana kita?” “Kita ke…rumah Lucy” Setelah pamit kepada Ellie,kami pun berjalan menuju ke rumah Lucy naik motor.Setelah dekat dengan rumah Lucy,kami melihat Sebastien.Dia sudah berdiri di depan rumah Lucy sambil membawa bunga dan sebuah mobil yang di parkir.Mungkin itu milik Sebastien.Lucy keluar tidak lama kemudian.Dia tampak sangat cantik meski hanya dengan make-up seadanya.Sebastien menuntunnya masuk ke dalam mobil.Aku sangat kesal melihat adegan itu.”Sabar Gil”Ciel menepuk-nepuk pundakku.Aku hanya diam. Aku dan Ciel langsung mengikuti secara sembunyi dari belakang mobil.Ternyata mobil itu berhenti di dekat sebuah toko souvenir. Aku dan Ciel sembunyi di sebuah gang yang penuh tong sampah.Di sana aku mengeluarkan teropongku dan melihat Lucy dan Sebastien membeli sebuah gantungan handphone. Aku melihat sekali lagi...Ternyata bukan cuma satu melainkan dua untuk masing-masing.”Mereka membeli gantungan handphone berpasangan”Aku memberikan teropongku kepada Ciel.”Hm mungkin aku dan Ellie akan melakukan hal yang sama” Mereka keluar dari toko itu dan masuk ke mobil lagi.Kali ini sebuah toko buku merupakan pemberhentian mereka kali ini. Pemberhentian mereka berikutnya adalah sebuah restoran untuk makan siang.”Aku juga ingin makan”Kata Ciel.”Baiklah jangan disini,tapi disana saja”Aku menunjuk ke sebuah warung yang agak jauh dari restoran itu,tapi menurutku tempatnya cukup pas untuk mengintai keluar masuknya orang ke restoran itu.Hanya Ciel saja yang makan.Sebenarnya aku lapar,tapi tidak punya uang.Aku memperhatikan betapa mewahnya restoran itu.Tidak lama berselang Lucy dan Sebastien keluar dari restoran itu.Setelah Ciel bayar,kami mengikuti mobil Sebastien lagi.Sebenarnya aku sudah capek melakukan pengintaian ini,yang penting aku bisa tahu apa yang Lucy dan Sebastien lakukan. Berikutnya mereka menuju ke sebuah butik.Sepertinya Sebastien ingin membelikan baju untuk Lucy. Dalam otakku terbesit sebuah pikiran: Seberapa kaya Sebastien sampai dia membelikan Miku mulai dari buku, gantungan handphone, makan di kafe mewah, dan sekarang... Beli baju baru?Malam tiba setelah dua kali Lucy dan Sebastien berpindah-pindah tempat.Aku berpikir mereka akan makan malam di sebuah restoran.Dan aku benar.Mereka berhenti di sebuah restoran yang sepertinya masih baru.”Oh tidak”Kata Ciel.”Ada apa dengan restoran itu?”Tanyaku.”Tidak apa-apa ayo masuk”.Aku melihat restoran itu.Rupanya Lucy dan Sebastien akan ber-candlelight dinner.”Sudah saatnya menggunakan peralattan rahasiaku”Kata Sebastien tersenyum licik. “Kau pakai itu”Kata Ciel memberikan dress selutut berwarna hitam.”Kenapa aku harus memakai ini?tidak mau!”kataku.”Pengintaian dari jauh takkan berguna disini.Satu-satunya cara masuk ke dalam.Peraturannya jika mau masuk harus berpasangan”Jelas Ciel.Benar apa kata Ciel.Restoran itu mirip sebuah kastil dengan dindingnya yang terbuat dari batu. endela hanya sedikit... dan pencahayaan di dalam restoran tidak terlalu kuat,sehingga agak sulit melihat walaupun banyak jendela sekalipun. Dengan enggan aku melepaskan bajuku lalu menggantinya dengan dress hitam itu.Menjijikkan.Untung aku tidak punya bulu kaki,jadi tidak ada yang perlu disembunyikan.”Jangan lupa ini”Ciel memberikan sebuah tas wanita dan wig rambut panjang.Ciel memperhatikanku dari ujung kepala hingga ujung kaki.” Tidak ada yang janggal.Fisik bagus.Sayangnya wajahmu masih lebih mirip pria”Ciel tersenyum licik.”Aku benar-benar ingin menghajarmu,Ciel” Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendekat ke gang itu.Ciel segera membereskan semuanya,membuka pintu samping sebuah rumah kemudian menarik aku ke dalam.”Ciel,ini kan rumah orang!”Kataku berbisik.”Daripada ketahuan!”Ciel juga berbisik. Tiba-tiba terdengar suara anjing mengonggong.Dan suara gonggongan itu terasa semakin dekat.”Kita dalam masalah”Kata Ciel. Anjing itu menghampiri kita sambil terus mengonggong.Terdengar suara langkah kaki di atas rumput.Berarti pemiliknya sedang ke sini.Tidak bisa kabur lagi... Bila lari akan dikejar.Diam saja dan kami akan ketahuan oleh pemiliknya. “Kalian sudah ketahuan masuk rumahku”Kata suara seseorang.Sepertinya aku kenal suara itu.Dia mendekat kearah kami,aku melihat orang itu dengan jelas,orang itu adalah Wendy Marvell,teman sekelas Ciel.”Hai Ciel dan…Ellie?”Kata Wendy.Ciel tertawa dan berkata “Dia Gil”.”Aku Ellie”Aku coba membantah,namun suara dan penampilanku tidak pas.”Sudahlah Gil’Wendy tertawa.”Ngomong-ngomong Wendy,boleh kami pinjam peralatan make-up mu?”Tanya Ciel.”Tentu saja.Ayo masuk”Kami mengikuti Wendy masuk ke rumahnya.”Kalian tunggu sebentar,aku segera kembali”Wendy meninggalkan kami berdua di ruang tamu.”Tak disangka ini rumah Wendy”Kata Ciel.Tak lama kemudian,Wendy datang dengan make-up nya.”Buat dia agar lebih mirip Ellie”Kata Ciel.Wendy menurut.”Untuk apa kau ber-crossdress Gil?”Tanya Wendy.”Kami ingin masuk ke restoran berpasangan itu.Ingin mengintai Lucy dan Sebastien”Jelas Ciel.Eyeliner yang di pegang Wendy jatuh.”Sebastien…suka bermain-main dengan wanita.Dan restoran itu…”Oh tidak.Ini buruk.Sepertinya kami harus cepat.”Ada apa dengan restoran itu?”Tanyaku.”Di restoran itu,layaknya di hotel.Kau diberi ruang pribadi dank au memesan makanan lewat intercom atau apalah.Jadi kau bisa bebas bercumbu sepuasnya”Jelas Ciel.Gawat!Ini benar-benar gawat!Wendy mempercepat merias wajahku.Setelah selesai,ia mendorongku dan Ciel.”Kumohon cepatlah kalian pergi.Selamatkan Lucy!” “Selamat malam kalian berpasangan?”Tanya seorang pelayan di pintu masuk.”Iya”Jawan Ciel.”Nama?”Tanya pelayan itu lagi.”Ciel Rainsworth dan ini Ellie Nightray”Setelah mencatat nama kami,pelayan itu bertanya”Nama kalian sudah tercatat.Ingin di ruang berapa?”.”Apa sebelumnya ada tamu bernama Sebastien Michaelis dan Lucy Heartflia?Bisa beritahu saya mereka di ruang berapa?”Tanya Ciel.”Maaf bukan wewenang saya untuk memberitahu anda”Kata pelayan itu.”Mungkin ini bisa merubah pikiran anda”Ciel menyodorkan sejumlah uang.”Mereka di ruang nomor 4.Jangan sebut namaku jika ada apa-apa”Kata pelayan itu sambil menerima uang itu sembunyi-sembunyi.”Berikan kami ruangan di sebelah mereka” Ciel mengambil kunci dari tangan pelayan itu dan kami masuk ke dalam restoran itu.Restoran ini memanjang ke belakang.Lorong yang kami lalui dipenuhi pintu-pintu dan pelayan yang berkeliaran masuk ke ruangan yang berbeda-beda.Ciel membuka pintu ruang 5.Isinya meja yang sangat nyaman,serta kursi yang sangat empuk. Penerangannya pun remang-remang.Suasana yang sangat mendukung dalam candlelight dinner dan percumbuan.”Tembok pembatas antar ruangan tidak terlalu tebal.Kita bisa menguping”Kata Ciel.Aku dan Ciel menempelkan telinga ke dinding pembatas ruang 4 dan ruang 5Terdengar suara percakapan Lucy dan Sebastien walaupun kurang jelas.”Sebastien,terima kasih sudah mengajakku ke tempat ini.Tempat yang basus…untuk kita berdua”Suara Lucy terdengar aneh.Mungkis sedang mabuk.”Aku sudah tidak kuat minum lagi,Sebastien”Lalu terdengar suaraterjatuh pelan.”Sudah tidak kuat lagi?Kalau begitu inilah saatnya”Terdengar suara Sebastien yang seperti suara orang mendapatkan sesuatu.Aku dan Ciel berpandangan.”Ciel,sekarang saatnya”Kataku kepada Ciel.Ciel hanya mengangguk,lalu kami bergegas keluar ruangan. Ciel mengetuk ruangan yang ditempati Lucy dan Sebastien.”Katakan sesuatu dalam suara wanita”Bisik Ciel.”Akan kulakukan sebisaku”Balasku.”Siapa?”Terdengar suara Sebastien dari dalam.”Saya membawakan pesanan anda”Kataku dengan suara di tinggi-tinggikan.”Baik tunggu sebentar”Beberapa detik kemudian,pintu terbuka menmpakkan sosok Sebastien yang terkejut melihatku dan Ciel.”Sekarang!”Tanpa aba-aba lagi,Ciel menendang Sebastien,aku menyelinap kedalam dan menarik Lucy.Sebastien yang tersungkur segera bangkit lagi dan menekan tombol alarm di intercom . Suara alarm yang keras terdengar di penjuru restoran.”Kalian tidak bisa lari lagi”Kata Sebastien licik.”Mengapa?Kau tidak bisa seenaknya menangkap kami!”Kataku.”Tentu aku bisa.Tahu kenapa karena akulah pemilik tempat ini!”Kaito tersenyum penuh kemenangan. Sepertinya buruk.Aku dan Ciel mendengar kegaduhan di luar ruangan. Uh... Para satpam akan menangkap kami.Dengan cepat,aku dan Ciel meraih kedua lengan Lucy dan berlari ke jendela di kamar 4. Aku melindungi Lucy dalam rangkulanku dan Ciel.Kami berdua menerjang jendela tersebut.Jendela itu pecah dengan mudah dan kami terhempas ke sebuah taman. Aku dan Ciel menggotong Lucy. Sialnya ada Lucy yang memperlambat kami, dan kami hampir saja terkejar.Beruntung, kami masuk ke sebuah gang yang sepi dan banyak tempat sampah. Kami masuk ke tong sampah besar yang kosong dan diam beberapa saat. Setelah yakin tidak ada yang mengejar kami lagi,aku,Ciel dan Lucy segera menuju rumah Wendy dekat restoran itu,melalui pintu samping. Anjing milik Wendy kali ini tidak mengonggong dan hanya menatap kami.Wendy tampak harap-harap cemas menunggu di teras rumah.Setelah melihatku,Ciel, dan Lucy datang dari samping,dia tampak lega.”Gil,Ciel,Lucy!Kalian tidak apa-apa?”Tanya Wendy.”Kami tidak apa-apa.Lucy yang harus dicemaskan.Dia mabuk”Kataku mejelaskan.”Kalian menginap saja disini.Aku yakin rumah kalian jauh”Kata Wendy.”Eh…baiklah terima kasih” Aku menidurkan Lucy di kamar yang di tunjukkan Wendy.Lalu kembali ke ruang tamu dimana Wendy sudah menyiapkan the hangat dan Ciel.”Kamar siapa itu?”Tanyaku.”Kamar orangtua ku.Mereka sedang bekerja di luar kota”Jelas Wendy.Wendy lalu melihat ke lenganku.”Gil kau terluka”Wendy mengambil kotak obat dan mengobatiku.Wendy mengambil kapas dan alcohol lalu membersihkan lukaku.Terasa perih,namun aku tidak ingin terlihat lemah di depan Wendy.Ia lalu membalut lukaku dengan cekatan.Tidak lama kemudian,Wendy selesai membalut lukaku.”Ciel,kau terluka juga?”Tanya Wendy.”Tidak aku baik-baik saja”Jawab Ciel. "Kalian berdua terlihat lelah.Tidur saja di kamar yang kosong di sebelah kamarku"Ciel dan aku mengucapkan selamat malam pada Wendy dan berjalan ke kamar dengan langkah gontai karena kelelahan. "Sudah kita harus mengintai mereka berdua kesana kemari, sekarang kita harus kocar-kacir menyelamatkan Lucy. Benar-benar hari yang aneh"Kata Ciel sambil menguap.Aku hanya mengangguk. Kamarnya ternyata sangat nyaman.Tempat tidurnya di atas dan di bawah.Biarpun hiasan di kamar itu minim,tetapi pencahayaannya cukup terang.Aku memilih tidur di atas,sedangkan Ciel di bawah.”Langsung tidur?Tidak makan dulu?”Tanya Ciel.”Tidak aku sangat lelah.Kalau ingin makan,kau minta saja ke Wendy”Kataku setengah sadar.”Baiklah,selamat malam Gil”Kata Ciel sambil mematikan lampu.”Terima kasih Ciel”Setelah Ciel keluar dan menutup pintu,aku langsung tertidur. “Gil.Hei Gil bangunlah cepat”Terdengar suara Ciel membangunkanku.Aku hanya membalikkan badanku.”Gil,bangunlah!Ada yang ingin bertemu denganmu”Ciel mengguncangkan tubuhku.”Kumohon Ciel.Aku lelah sekali.Bilang aku tidak bisa menemuinya”Kataku dengan mata masih terpejam.”Ayolah Gil,mana bisa aku mengatakan itu.Yang ingin menemuimu itu seseorang dari kepolisian”Kepolisian?Ada perlu apa ia ingin bertemu denganku?Aku turun dari tempat tidur.Setelah cuci muka dan ganti baju,aku dan Ciel menuju ruang tamu.Lucy duduk bersama seorang wanita yang tidak kukenal.”Gilbert Nightray?”Tanya wanita itu.Aku hanya mengangguk.”Duduklah”Kata wanita itu mempersilahkan aku dan Ciel untuk duduk.Aku duduk di samping Lucy.Ia tampak gelisah walaupun dalam batas wajar.”Aku ahli kriminologi dan detektif swasta,Sharon Knightwalker”Kata wanita itu seraya menjulurkan tangan untuk bersalaman.Aku segera menyambut tangannya.”Seperti yang telah engkau ketahui tadi malam…”Sharon terdiam.Tadi malam?Apa ini berhubungan dengan kejadian antara aku,Ciel,dan Sebastien tadi malam?”Apa tentang aku dan Ciel yang masuk restoran di depan rumah ini”Tanyaku.”Tidak ada yang lebih penting”Suara Sharon terdengar serius dan dia berdiri “Sebastien terbunuh tadi malam dengan kepala terpenggal”lanjutnya.Aku tidak bisa berkata apa-apa.Tadi malam aku masih bisa mendengar suaranya,lari di kejar olehnya,membayangakn hari senin akan bertemu dia di sekolah…tetapi sekarang…siapa yang telah membunuhnya? “Apakah ada saksi mata?”Tanya Ciel.Sharon hanya menggeleng.”Alasanku kesini adalah aku harus mengumpulkan keterangan dari setiap orang yang tidak jauh dari perkara.Sebastien dibunuh di taman belakang restoran itu”lanjutnya.”Aku akan memberikan keterangan yang diperlukan dan sejauh yang aku tahu”Sharon mengangguk.”Baik.Sebelumnya apa kau punya masalah dengan Sebatien?”Tanya Sharon sambil mengeluarkan buku catatannya.”Tidak.Walaupun ada tidak terlalu serius”Kataku.”Ceritakan kejadian tadi malam”Aku pun mulai bercerita Aku mengakhiri ceritaku.”Baiklah.Kalau begitu Gilbert,Ciel,kalian datanglah ke kantorku besok pukul 10.00”Kata Sharon sambil menyerahkan kartu nama.Disitu tertera alamat beserta nomor telephone.”Kalau begitu saya permisi dulu”Sharon berdiri sambil bersalaman dengan kami.Wendy masuk ke ruang tamu.Kami hanya terdiam.Aku pun berdiri “Ciel,Lucy ayo kita pulang.Wendy,terima kasih untuk tumpangannya”Wendy ikut berdiri.”Kalian kan belum sarapan lebih baik kalian sarapan dulu”Kata Wendy.”Tidak usah,Wendy kami sudah cukup merepotkanmu”Kata Ciel.Kami pun pulang naik taksi yang sudah dipesankan Wendy. “Kakak!aku lihat berita di koran!Sebastien…dia…”Ellie terlihat panic sekaligus sedih.Ia memberikan Koran yang dipegangnya padaku”Iya aku tahu Ellie,Sebastien tewas”Kataku.”Tapi siapa yang melakukannya?”Tanya Lucy.Aku terdiam.”Mungkinkah…The Headhunter?”Kataku kepada Ellie.Ellie terdiam.Lalu menggeleng.Aku hanya mengangkat bahu.Aku menuju ke kamarku dan membaca Koran yang tadi diberikan Ellie.Mataku tertuju pada salah satu artikel.”Malam tadi,ditemukan seorang laki-laki tewas dengan kepala terpenggal.Korban bernama Sebastien Michaelis.Ia ditemukan di taman belakang Michaelis’s Restaurant …”Siapa sebenarnya headhunter itu? “Ah,Gilbert,Ciel,silahkan masuk.Duduklah”Sharon menyambut kami.Setelah itu kami duduk.”Mala mini aku ingin kita mengintai Lucy Hertfilia.Kemungkinan dialah The Headhunter”Kata Sharon tanpa basa-basi.Aku dan Ciel berpandangan.”Atas dasar apa kau menduganya sebagai The Headhunter?”Tanyaku.Sharon berdiri menuju ke sebuah lemari.Ia mengambil amplop berwarna coklat dan mempersilahkan kami untuk melihatnya.Ternyata isinya daftar-daftar korban headhunter.Bisca Mulan.Senior Lucy di sekolahnya yang lama.Alzack Conell.Mantan pacar Lucy sebelumnya.Sebastien Michaelis.Pernah berkencan sekali dengan Lucy.Korban-korban ini berhubungan dengan Lucy.”Semua korban berhubungan dengan Lucy.Aku menggelengkan kepala.”Tidak mungkin”.Sharon melihat ke daftar korban itu.”Daftar itu mengatakan semuanya”.Ciel mulai berbicara. "Memang banyak orang dekat Lucy yang menjadi korban.Tetapi bukan berarti secara pasti Lucy pelakunya kan?"Sharon menatap kami serius."Kita tidak bisa menurunkan kewaspadaan kita,Ciel.Siapapun mungkin menjadi pelaku dan menjadi korban.Setidaknya kita harus melakukan sesuatu"Kami terdiam.”Baiklah,kalau kalian setuju,kita lakukan nanti malam” “Kalian siap?”Tanya Sharon.Kami mengangguk mantap.Tepat saat itu,aku melihat Lucy dari kejauhan.Kami sedang berada di dekat rumah Lucy.Tempat yang sama seperti waktu aku dan Ciel mengintai Lucy dan Sebastien.”Itu Lucy!”Aku berbisik pada Ciel dan Sharon. Ciel dan Sharon segera menoleh, dan melihat Lucy sedang berjalan bersama Ellie.Mereka berjalan bersama menuju arah pulang. Muka Ellie tampak tegang, begitupun dengan Lucy. Kami mengintai dari jauh, dan perlahan-lahan bergerak sesuai dengan posisi Lucy. Di rumah Lucy, Lucy segera berpisah dengan Ellie dan masuk ke rumahnya. Kami mengambil posisi di gang depan rumah Lucy. Sementara kami menunggu adanya pergerakan dari Lucy, kami mulai berbicara untuk menghilangkan rasa tegang.Menjelang tengah malam,Lucy tiba-tiba keluar sambil berlari. Aku segera membangunkan Ciel yang tertidur dan memperingatkan Sharon. Kami semua mengejar Lucy, tetapi sayangnya Lucy cepat sekali. Ditambah kami diperlambat oleh Ciel yang susah dibangunkan.Akhirnya Ciel menghilang dari pandangan. Tiba-tiba terdengar deru angin tidak wajar. Kulihat sekelebat cahaya di atas kami.Aku segera tersadar apa yang kami hadapi. Sebuah serangan. Aku segera menerjang Sharon dan Ciel sehingga mereka jatuh ke tanah. Bersamaan dengan itu,suara angin mendesah di atas kami,seakan ada seseorang yang dengan cepat mengayunkan senjata.” Kalian orang pertama yang lolos dari seranganku" terdengar suara wanita,tetapi tidak terdengar seperti suara Lucy.Aku mendongak.Tampak seseorang berjubah hitam, mengenakan tudung kepala.Dia memegang sesuatu yang tampak seperti scythe yang sangat panjang,tetapi wanita itu tetap tidak tampak terbebani.Wajahnya tertutupi bayangan kegelapan malam yang pekat.Diakah The Headhunter? Headhunter mengayunkan scythe nya sekali lagi.Kami dengan sigap menghindar.Dengan cepat,ia berpindah tempat,mengayunkan scythe nya kea rah Sharon.”Sharon awas!”Aku mendorong Sharon.Ia tidak apa-apa. Aku kemudian melirik lukaku di lengan.Terlihat darah merah mengalir di lenganku dan membasahi kemejaku yang berwarna hitam.”Gilbert!”Sharon sedikit berteriak melihat luka di lenganku.”Gil,lenganmu…”Aku memotong kata-kata Ciel.”Aku tidak apa-ap…awas!” Scythe nya kembali menyayat udara.Kami dengan sigap menghindar. “Tadi baru saja kita bermain-main. Bagaimana kalau sekarang...”Kalimatnya terpotong oleh suara tembakan.Sharon mengeluarkan pistolnya.The Headhunter berhasil menghindar.”Harus ada yang mengalihkan perhatiannya,saat lengah kita serang dia”Kataku.”Siapa yang melakukannya?”Tanya Ciel.”Aku.Karena aku yang mengusulkan”Kataku.”Tidak,Gilbert”Kata Sharon.”Sudahlah!”Aku menerjang menuju headhunter. “Headhunter!Jangan lukai temanku!Biar aku saja yang menjadi lawanmu!”The Headhunter mengalihkan pandangannya kepadaku,dan tersenyum sadis. Rasanya senyumnya mengingatkanku akan seseorang... Seseorang yang biasa kulihat tersenyum... “Kalau engkau sedemikian terburu-buru ingin mati, maka aku akan senang hati membunuhmu!” Angin berderu dengan cepat,terdengar bunyi scythe mendekatiku.Aku menghindar,dan mendengar suara tembakan.The Headhunter berteriak mengaduh. Dia terjatuh di dekatku, masih memegangi scythe-nya.Kami semua mendekati sosok The Headhunter yang terbaring di jalanan. Siapakah The Headhunter sebenarnya?Aku membuka kerudungnya yang menutupi kepalanya, sementara Sharon tetap siap dengan pistolnya.Aku terkejut sekali mengetahui siapa sebenarnya The Headhunter.Lucy Heartfilia.Lucy mengerang kesakitan.Aku berusaha melihat lukanya, namun tangan Lucy berusaha menepis tanganku.”Jangan sentuh aku!”Seru Lucy.Lucy kembali mengaduh kesakitan. Tetapi saat dia mengaduh aku merasa ada yang berbeda dengan suaranya.Suaranya terdengar seperti Lucy yang biasa aku temui.”Gil…”Aku memandang Lucy.”Kumohon,bertahanlah.Ciel sedang menelepon ambulans”Lucy hanya menggeleng.”Tidak Gil sudah terlambat.Ini hukuman untukku karena telah menjadi pembunuh”Lucy tersenyum sedih.”Kau bukan The Headhunter”Lucy kembali tersenyum. “Perbuatannya adalah perbuatanku,karena dia menggunakan tubuh ini,aku mempunyai dua kepribadian,Gil”Aku menggeleng tidak mengerti.” Kepribadianku yang satu lagi tercipta saat aku masih kecil,Gil.Aku seringkali merasa diganggu oleh orang-orang di sekitarku.Kepribadian ini berusaha melindungiku,Gil.Tetapi cara-caranya semakin sadis, dan aku kehilangan kontrol atas kepribadianku ini, Gil” Aku diam saja.Sejuta pertanyaan bergelayut di pikiranku,tetapi aku tidak berani menanyakannya pada Lucy.Lucy mengerang kesakitan.”Aku…ingin berkata…sesuatu…padamu,Gil”Ucap Lucy terbata-bata.Aku mendekatkan kepalaku untuk mendengarnya berbisik.”Aku…mencintaimu…Gil” Aku tidak percaya.Kata-kata yang kutunggu selama ini,ternyata Lucy ucapkan pada saat keadaan seperti ini.Keadaan di mana Lucy hampir mati, tertembak oleh Sharon.Setelah dia mengucapkan kalimat seperti itu,aku memeluknya dengan erat.Ia balas memelukku.Sampai akhirnya tangannya mengendurkan pelukannya padaku dan terkulai lemas. Aku menangis dengan keras.Aku tidak peduli dilihat oleh Ciel maupun Sharon.Aku hanya ingin menumpahkan seluruh perasaanku... Kupandangi wajah Lucy dengan mataku yang berair.Wajah itu masih sama cantiknya saat dia masih membuka matanya. Sekarang Lucy menutup mata untuk selamanya.Aku harus kuat... Aku harus kuat... Perasaanku berkecamuk antara kelegaan karena The Headhunter sudah tidak ada, dan kesedihan karena Lucy adalah The Headhunter.Aku tidak ingat lagi apa yang kulakukan saat itu.Suara sirine ambulans terngiang-ngiang di telingaku.Aku tidak dengar apa yang dkatakan Sharon,Ciel,polisi,atau siapapun.Pikiranku hanya tertuju pada kalimat terakhir Lucy.Kenapa ia tidak mengatakannya dari awal?Kenapa ia mengatakannya di saat-saat terakhir hidupnya?Kenapa aku tidak memiliki keberanian untuk mengajaknya kencan lebih dulu?Sehingga mungkin kejadian ini tidak akan pernah terjadi. Cuaca hari ini benar-benar tidak menentu.Padahal pagi tadi masih sangat cerah.Sekarang tiba-tiba hujan turun.Aku dan Ellie berdiri di depan makam Lucy.Ellie meletakkan bunga.Ia lalu berdiri lagi.”Kak,ayo kita pulang”Aku tidak bergerak.”Baiklah aku pulang duluan kak”Ellie lalu meninggalkanku sendirian.Aku hanya terdiam.Masih tidak percaya hal ini akan terjadi.Lalu seseorang berdiri di sebelahku dan meletakkan bunga.”Jangan bersedih terus seperti itu,Gil.Lucy tak akan mau melihat kau seperti ini”Ternyata orang itu Wendy Marvell.”Saat kau ber-crossdress waktu itu,Lucy sedang mabuk jadi mungkin tidak melihat kau dengan dress dan wig-mu”Wendy tersenyum.”Kumohon jangan membicarakan itu lagi!memalukan tahu!”Aku melihat Wendy tertawa.”Mungkin kau harus ber-crossdress sekali lagi,agar aku bisa memfoto mu!”Kata Wendy sambil berjalan.Aku menyusulnya “Tidak akan pernah lagi!”Wendy tertawa sekali lagi.Jantungku berdetak cepat.Pikiranku kacau.Sama seperti pertama kali aku bertemu Lucy.Mungkin aku harus melupakan Lucy.Tidak tentu saja tidak.Aku akan selalu mengingatnya.Bukan sebagai The Headhunter tetapi sebagai Lucy Heartfilia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar