Rabu, 08 Februari 2012

Raport Palsu by Armando Hayban

“Kriiiiiiiiing.. kriiiiiiiing.. kriiiiiiiing..”. Tepat pada pukul 12.30 bel sekolah berbunyi, menggangu semua konsentrasi murid yang semula sedang belajar menjadi riuh tak terkendali. Hari ini hari Sabtu, wajar jika para murid sangat terburu-buru untuk meninggalkan kelas atau sekolah. Mungkin mereka semua telah membuat jadwal untuk menghabiskan hari libur mereka. Termasuk Alvin, bayangan komputer di kamarnya sudah terus saja menghantuinya. “Kecanduan Game online” mungkin itu ungkapan yang tepat untuk menjelaskan keadaannya saat ini. Jika hari libur sudah tiba Alvin sangat sulit untuk keluar dari kamarnya. Untuk mandi pun rasanya malas sekali. Belajar diabaikan dan game online dikedepankan. Padahal minggu depan UAS semester 1 sudah menunggu di depan mata.“Alvin.. makan dulu nak”. Terdengar suara Ibunya yang terus saja mengetuk-ngetuk pintu kamar Alvin. Alvin tak bisa bangun, semalam Alvin tidur jam setengah 1 karena bermain game online. Akhirnya ibunya masuk ke kamarnya. Melepaskan selimut yang masih menutupi seluruh tubuhnya dan terus saja membujuknya untuk pergi sarapan pagi bersama. “Mama ga suka kalo kamu main komputer sampai lupa waktu kayak gini. Bisa-bisa nanti komputer kamu mama buang lho. Ayolah Alviin.. papa udah nunggu buat kita sarapan pagi bareng”. “Iya Ma, tapi komputernya jangan dibuang ya ma. Alvin mau cuci muka dulu deh sekarang”. Akhirnya Alvin pun bangun dari tempat tidurnya menuju ke toilet. Terlihat jam menunjukkan pukul 08.00 pagi. Menurutnya hari minggu adalah hari yang cocok untuk bermalas-malasan.“Papa perhatiin kayaknya akhir-akhir ini kamu main komputer terus ya? Papa sengaja pasang internet di komputermu biar kamu gampang cari info tentang pelajaran. Bukan buat main game online terus”. Papanya bicara saat sedang sarapan pagi, yang berhasil membuat selera makannya hilang. “Mama juga tau seminggu lagi kamu ada UAS. Kamu kan baru kelas IX, bagus banget kalo kamu bisa nunjukin prestasi kamu di sekolah baru kamu. Pokoknya pertahanin ranking kamu kayak waktu di kelas VIII”. Sekarang giliran mamanya yang berbicara padanya. Selera makannya akhirnya berkurang lagi. “Iya ma, pa. Alvin bakal buktiin kalo papa yang udah baik hati masang internet di komputer Alvin sejak sebulan yang lalu itu ga nurunin prestasi Alvin. Alvin makannya udah dulu ya ma, mau balik ke kamar dulu terus mandi”. Alvin meninggalkan papa dan mamanya yang masih belum selesai sarapan. Masuk ke kamar dan mengambil setumpuk buku pelajaran dan buku tulis yang hampir semuanya penuh dengan PR. Hari yang dia rencanakan untuk bermalas-malasan dan bermain game online saja berubah menjadi hari mengerjakan PR. Seminggu ini Alvin jarang bermain game online. Terbayang semua wajah teman-teman dunia game onlinenya yang pasti merasa heran karena Alvin tidak pernah bermain bersama mereka. Alvin tidak ingin membuat Mama dan Papanya kecewa. Selama ini mereka sudah terlalu baik padanya. Semua hal yang dia inginkan pasti dipenuhi oleh mereka, itupun selama mereka bisa. Hari ini hari Sabtu, pembagian hasil belajarnya selama satu semester pun diumumkan. Terbayang wajah mama dan papanya yang akan merasa senang jika Alvin pulang membawa raport yang bertuliskan bahwa Alvin mendapat ranking 1. Dia perhatikan dan dia dengarkan terus pengumuman dari Bu Wulan. Tapi namanya tak kunjung disebutnya. Dia merasa kaget, kecewa dan merasa bersalah. Dia memberanikan diri untuk mengambil raport dari tangan Bu Wulan dan bertanya padanya. “Bu, saya gak masuk 10 besar ya bu?”. Tanyanya dengan nada sedih. “Iya Alvin, kamu belajar lebih giat lagi ya. Tapi selama ini kamu sudah cukup menonjol kok selama di kelas”. Terlihat seuntai senyuman terlihat dari bibir Bu Wulan. Namun aku tak bisa membalas senyumannya.“Udah dong Alvin.. kamu gak boleh sedih terus kayak gini. Di mata saya kamu itu pinter banget kok. Pinter itu kan gak harus dapet ranking 1”. Bu Wulan menyemangatinya terus menerus. Beliau memang setia, setiap Alvin mendapatkan kesulitan dia selalu mensuport nya. Memberinya semangat dan memberinya 1001 solusi yang membuatnya kuat. Alvin menyesal, tidak bisa menggunakan kepercayaan mama dan papanya dengan baik. Terlebih lagi dia tidak bisa mempunyai komputer sendiri lagi. Saat dia pulang ke rumah Mamanya bertanya tentang rankingnya, dan dia hanya menjawab dengan raut wajah yang sedih. Mamanya hanya berkata “Maaf” dan segera menelepon papanya yang masih berada di kantor. Sejam kemudian Papanya pulang dari kantor. Dia membawa 2 orang yang tidak dia kenal. Masuk ke kamarnya dan menggotong satu set komputerku keluar kamar. Jaringan internet tidak lagi dipasang. Semakin membuatnya sedih karena tidak bisa lagi bermain game online. Setelah komputernya dibawa keluar kamar dia hanya bisa menangis. Seharusnya Alvin sadar dari dulu bahwa ayahnya adalah orang yang tegas. Dia tidak bisa menganggapnya remeh. Dia hanya bisa menangis. Tidak akan ada lagi teman-teman barunya dari dunia game online. Jika harus setiap hari pergi ke warnet rasanya tidak mungkin. Karena tidak semua warnet mempunyai program game seperti yang dia punya. Sejak siang hingga malam hari dia tidak pergi keluar kamar. Mama dan papanya tentu sudah tahu kebiasaannya ini jika sedang sedih atau kesal. Alvin akhirnya tertidur setelah lelah menangis. “Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiing..”. suara alarm dari handphonenya terdengar begitu bising. Ternyata sekarang sudah pukul 05.30. waktunya dia pergi ke toilet dan segera mandi. Saat berjalan menuju toilet dia merasa heran karena ada satu set komputer dan modemnya ada di tempat komputernya. Tapi komputer ini berbeda dengan komputer miliknya kemarin. Ini komputer baru, komputer terbaru yang dia lihat di internet seminggu yang lalu. “CyberPower Gamer Extreme 3000 Core i7 860 System” itu adalah nama komputernya. Dia ingat itu. Langsung saja dia keluar dari kamar dan tidak jadi pergi ke toilet. Di meja makan sudah ada mamanya, papanya dan Donny, temannya. Semuanya tersenyum padanya dan Donny membawa kue ulang tahun ke hadapannya. Sepertinya dia telah melupakan hari ulang tahunnya sendiri karena terlalu sering bermain game online.“Selamat ulang tahun ya Alvin.. Semoga panjang umur”. Ucap Donny padanya sambil tersenyum. “Makasih banyak ya Don”. Dia balik tersenyum padanya. “Tadi ada apa vin di kamar?”. Mamanya bertanya padanya. “Ada komputer baru yang bagus banget ma, makasih ya maaaaa”. Dia langsung memeluk mama dan papanya.“Ini raport kamu Alvin”. Papanya memberikan sebuah raport, dan setelah dia baca ternyata dia mendapatkan ranking ke 1. Sontak Alvin merasa kaget sekaligus merasa heran. “Kemarin kan raport Alvin udah ada Pa. Ini raport siapa?”. “Itu raport kamu yang asli. Selamat ya, papa bangga sama kamu”. Papanya tersenyum lagi.“Bu Wulan juga udah tau kok kalau kamu ranking 1. Bu Wulan juga ada di balik semua kejutan ini. Pengumuman ranking yang kemarin cuma pengumuman palsu. Hihihi”. Donny pun tertawa terbahak-bahak. Tetapi Alvin menangis, bahagia. “Toniiiiiiiiii.. gue kangen sama lu. Udah lama banget ga main bareng lu lagi. Temen-temen yang lain mana?”.“Alviiiiiin.. akhirnya lu balik juga. Yang lain belum pada online. Tunggu bareng aja yuk”. Dia kembali pada dunianya, dunia game online. Yang pasti dengan komputer barunya yang lebih canggih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar