Senin, 13 Februari 2012

Teror Palsu by Ali Savero Harahap

Akhir akhir ini, Indonesia sedang di ramaikan oleh sebuah terror SMS yg menyerang warga. SMS ini berbunyi seperti ini : “Nama ku Syahrini, aku tinggal di Jakarta, aku mempunyai kekasih bernama Teri. Iya, aku adalah seorang penyuka sesama jenis. Kami sudah 3 tahun berpacaran, tetapi akhir akhir ini dia sering mengabaikan aku. Sampai akhirnya aku selidiki dia, kenapa dia sangat mengabaikan aku. Dan ternyata, aku sangat terkejut. Dia sedang bermesraan dengan seorang pria. Betapa terkejutnya aku. Akhirnya, aku berencana untuk membunuh mereka. Akhirnya mereka pun terbunuh.. tetapi, aku kesepian. Akhirnya aku pun membunuh diriku sendiri. Nah, jika kau tidak menyebarkan sms ke 20 orang teman anda, nafas anda yg anda hirup sekarang akan menjadi nafas terakhir bagi anda. Sekian” Ya, hampir setiap hari aku mendapat SMS seperti ini. Tetapi, aku tidak pernah mem forward sms itu dan mengirim ke 20 orang lain. Untuk apa aku mengirim sebuah SMS bodoh seperti itu. Lebih baik aku simpan pulsaku untuk kepentingan lain. Lagian, bagaimana bisa seorang wanita yang sudah meninggal bisa membunuh kita lewat sebuah SMS. Betapa bodohnya orang yang membuat SMS ini. Begitu juga yang mengirimnya. 2 bulan berlalu, SMS itu sudah tidak ada lagi. Berita sudah berisi politik lagi. Handphone saya sepi kembali. Tetapi, 2 hari kemudian, saya mendapat telfon yang tidak saya kenal. Ketika saya angkat, ada seorang pria yang mengatakan : “Dunia lain ada, kita hanya berbeda dunia. Mahluk lain ada, kita hanya berbeda wujud. Semua ciptaan tuhan, semua mulya. Kenapa kau tidak menyebarkan pesan kematian yang kemarin kemarin.” Dengan suara serak seraknya. Aku pun langsung menutup telfon itu karena ketakutan. Bulu kuduku merinding, aku sangat bingung. Apa yang harus aku lakukan. Akhirnya aku mendapat ide, aku cari pesan dari orang orang yang tentang SMS wanita itu. Tetapi tidak ada! Akup pun sangat takut. Akhirnya, aku buatlah sms itu dengan bahasa yang semirip miripnya ke 20 orang temanku. Alhasil, aku mendapat caci makian yg sangat banyak. Ada orang yg mengatakan aku telat, aku bodoh, aku pengingkar janji, aku pengkhianat. Tetapi aku tidak menghiraukan mereka, yang ada di pikiranku hanyalah suara sang penelfon yang tadi. Akhirnya akupun tidur untuk menenangkan diri. 3 hari kemudian, aku datang ke sekolah dengan membawa handphone. Di kala istirahat, aku mendapat telfon dari nomor yang tidak dikenal lagi, aku langsung kabur ke toilet mengangkatnya. Ternyata itu pria bersuara serak yang meneror ku tiga hari yang lalu. Kali ini, ia berkata seperti ini : “Yang lalu biarlah berlalu, semua sudah terlambat. Hanya waktu yang menhadang. Seperti yang ku bilang, kau tinggal menunggu waktu. Menfaatkanlah hidupmu akhir akhir ini. Karena itu akan berakhir. AAAAAAAA” Di akhir telefon, ada seorang anak perempuan yang berteriak sangat nyaring. Aku pun kaget dibuatnya. Aku pun langsung ketakutan, apa yang harus aku lakukan lagi. Akhirnya, tanpa sepengetahuan orang tua ku, aku pergi ke kantor polisi untuk melaporkan telfon itu. Tetapi, kata polisi barang bukti yang ku punya kurang cukup. Aku hanya mempunyai nomor sang peneror. Dan ketika polisi mencoba menghubunginya, ternyata nomor itu telah di blokir. Aku pun disuruh polisi itu untuk pulang dan mengabaikannya. Tetapi aku tidak akan mengabaikannya. Aku dan temanku berniat untuk mencari tahu siapa yang menerorku. Ialah Andi dan Reta yang akan membantuku untuk mencari siapa penerorku. Andi dengan kemampuan teknologinya, Reta dengan kecerdasannya dalam menuntaskan masalah,,sempurna lah semua tim pemberantas terror ku ini. Hari pertama,: Andy sedang menyelidiki dimana letak sang peneror itu dengan mengetahui nomornya. Dan aku member nomor yang pertama itu. Akhirnya, Andy mendapat dimana lokasi sang peneror. Tepatnya, ia berada di Jl. Deperdag I, Kebayoran Baru. Aku dan teman temanku langsung menuju kesana. Disana, ia mencocokan tempat sang penenror dengan alatnya. Ternyata, alatnya berbunyi di depan sebuah rumah tua berwarna hijau yang dipenuhi banyak tanaman tanaman merambat yang menutupi semua bagian rumahnya. Semua temanku langsung yakin bahwa itu adalah rumahnya. Aku juga begitu. Kami pun langsung memasuki rumah itu. Kami gedor pintunya, tetapi tidak ada yang menjawab. Kami dobrak pintunya, tetapi tidak ada yang menjawab. Reta pun langsung berfikir untuk memasuki pintu belakang rumah itu, kami pun langsung lari disana. Ketika sampai, disana, ternyata ada sebuah api yang masih menyala. Kami pun curiga, kami langsung mendobrak pintu belakang. Akhirnya kami bisa masuk. Di dalam sana, tidak ada apa apa. Hanya ada sebuah kursi goyang tua yang berbunyi ketika kursi itu bergoyang. Andy pun memoto semua sudut di rumah itu. Tanpa ada yang ketinggalan. Setelah kami men check semua sudut rumah, ternyata tidak ada sesuatu yg mencurigakan. Akhirnya, kami pulang dengan tangan kosong. Hari kedua : Andy menyelidiki lokasi sang peneror dari nomor yang kedua. Yang ini, ia agak sulit untuk mendapatkan lokasinya. Jika nomor yang pertama Andy langsung mendapatkannya, tetapi yang ini tidak. Setelah mencoba 7 x berturut turut, akhirnya ia mendapatakan lokasinya. Alamatnya agak membingungkan. Yang pasti, itu ada di daerah Lembang, Bandung. Dengan tidak ragu ragu, kami pun langsung menuju kesana. Kami menaiki sebuah day trans yang mengantar kami dari Jakarta ke Bandung. Ketika sampai di Bandung, kami langsung mencari kendaraan untuk ke Lembang. Kami pun mendapat sebuah mobil bak yang sedang menuju ke daerah peternakan di daerah Lembang. Jadi, kami harus rela berbagi tempat dengan 5 ekor kambing. Jangan ditanya, kami sudah pasti kebauan. Semuanya bercampur, pusing karena belum mendapat alamat lengkapnya, kedinginan, lapar, dan kebauan. Kami pun tidur di perjalanan, akhirnya ketik sampai sang supir membangunkan kami. Kami langsung turun, tetapi, kata pak supir, kambing harus turun lebih dahulu, Kalau tidak, nanti mereka muntah. Yasudah. Kami tunggu. Dengan tidak ragu ragu, Reta pun menyuruh Andy untuk bergegas mencari alamat lengkap sang peneror. Andy pun langsung mendapatnya, itu berada di Gg. Semar. Kami pun langsung bertanya tanya kepada warga Lembang. Dimanakah Gg, Semar itu. Tetapi, tidak satu pun dari mereka yang tau dimana Gg. Semar berada, ada satu, tapi itu orangnya agak gila. Kami pun dibawa ke sebuah rumah gubuk miliknya. Hah betapa bodohnya kami mau mengikuti pria itu. Sudah jam 7 malam, dan kami belum tau dimana alamat lengkapnya. Reta pun langsung mengusulkan untuk beristirahat dan melanjutkan pencariannya besok. Kami pun menemukan sebuah motel yang berada di pedalaman. Karena sudah kecapean, kami pun langsung check in disana. Ketika check in disana, sang receptionist agak bingung. Ia bertanya Tanya kepada kami, “kenapa kalian bocah bocah ini berada di sebuah desa malam malam begini?” Reta pun menjawab “ kami sedang mencari seorang peneror yang meneror teman kami. Dan sang receptionistpun menjawab “APA? APAKAH IA MEMBAWA BAWA SMS TENTANG SEORANG WANITA YANG BUNUH DIRI?” Aku pun langsung menjawab “IYA!! Apakah mba mendapat telfon itu?” “iya! Aku mendapatnya!” aku pun menjawab “mba tau siapa yang itu penerornya?” ia pun menjawab “iya, aku tahu. Jadi begini, 2 bulan yang lalum aku mendapat sebuah telfon dari pria misterius yang menerorku bahwa ia akan membunuhku. Aku sangat terkejut. Ketika itu, aku masih tinggal di Jakarta. Peneror itu bilang aku harus ke Lembang untuk menemuinya dan memberi ia uang senilai 4 juta Rupiah. Akupun membawa uang itu, dan langsung ke Lembang. Katanya, sang peneror itu berada di Gg. Semar. Aku Tanya ke semua orang yang ada disini. Dimanakah itu Gg. Semar? Semua orang tidak tahu, tetapi ada seorang pria gila yang tahu dimana Gg, Semar itu. Tetapi, aku malah dibawanya ke sebuah gubuk dimana ia tinggal. Setelah itu, aku berniat untuk balik ke Jakarta. Tetapi, ternyata rumah ku telah terkena kebakaran. Aku tinggal sebatang kara, aku hidup sendiri di sini. Di Lembang. Akhirnya, aku berniat untuk berkerja disni, sebagai receptionist di motel ini.” Aku pun langsung menjawab “apa? Betulakah itu mba? Ceritaku sama persis seperti mba! Hanya, rumahku tidak terbakar. Dan orang tua ku masih ada. Bagaimana jika kita menemui orang gila itu? Aku juga dibawannya ke sebuah gubuk miliknya.” Reta pun menjawab “ ayo ! mumpung belum tengah malam! Ayo kita pergi” akhirnya kami pergi ke gubuk milik orang gla itu. Saat kami sampai, Reta mendapati si orang gila itu sedang menelfon orang dengan handphonenya. Dan ternyata, handphoneku pun berbunyi! Itu pun dari nomor yang tidak ku kenal. Dan sudah pasti, orang gila itulah yang meneror kami ber dua. Saatku Tanya Tanya, ia tidak menjawab sama sekali. Aku pun kebingungam, ya mau apa boleh buat. Akhirnya aku laporkan orang gila itu ke polisi, dengan bukti dari si mba itu yang mempunyai rekaman telefon orang gila itu dengannya. Dan ternyata, ia buronan semenjak 3 tahun yang lalu dengan kasus yang sama. Aku pun sangat berterimakasih kepada Reta dan Andy yang bisa membawaku ke Lembang dan menemuiku dengan sang Receptionist motel itu. Sang Receptionst juga berterimakasih kepada kami karena kami telah menemukan sang peneror. Akhirnya, pria itu dihukum 70 tahun penjara dengan denda 4 Milyar rupiah. Kami pun sangat lega. Hah, perjalanan kami sudah sampai dini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar