Minggu, 13 Mei 2012

Playlist

Lagu pertama Naff berjudul Terendap Laraku baru saja selesai diputar di headphone yang melekat melingkari kepala. Kini Semua Tak Sama milik padi berputar di telinga saat kuketikkan huruf "a" dalam nama “Josephine Davina”. Kosong, yah kosong adalah pengisi hati untuk saat-saat resah ini. Tak ada kebanggaan yang sungguh sebagai seorang manusia saat ternyata aku harus kehilangan dia dua pekan lalu. Sudah sepekan ini memang aktivitasku kembali normal dalam tajuk ‘pekerjaan’, tapi takkan pernah normal lagi bila kembali kuteringat akan hilangnya gadis kecil itu dari sisi. Tanpa pelukan, tanpa dekapan, juga tanpa pernah kurasakan embusan napasnya mendesiri indra perabaku, dia pergi dari diri. Kini track berikutnya mulai kembali mengalun, masih Padi, Kasih Tak Sampai. Yah, playlist-ku kali ini benar-benar akan menusuk hati. Dimulai tadi dengan Tak Lekang oleh Waktu by Kerispatih, artinya ini sudah empat lagu tentang kehilangan teralun di telingaku yang kotor. Lima belas jam yang sesungguhnya terindah itu harusnya kuselami detik demi detiknya dengan penuh cinta, tapi apa daya, diri ini tak cukup peka menangkap makna. Dua jam sebelum kepergiannya, di depan adikku dan aku, matanya membuka dan menangis seakan memanggil. Tapi, aku yang bodoh ini hanya sekadar bertanya dan puas saat ditenangkan dengan kata-kata; semua sudah normal kembali. Telinga ini kotor, bila tidak tentu tangisnya sudah kumaknai sungguh sebagai panggilan perpisahannya padaku. Dia pasti sedang bilang, "Kemarilah Ayah..., peluk aku....” Kini Jikustik mengalun, Saat Kau Tak di Sini. Dua hari melarikan diri dari rumah ini ternyata tak sepenuhnya berbahagia. Kala ada sesi berjoged ria, sesungguhnya yang kalian lihat dari diri ini tak lebih dari zombie dalam Resident Evil. Diri ini memang nampak hidup namun sesungguhnya tanpa jiwa. Lepas, mungkin kalian lihat itu dari luar, tapi ikatannya tak pernah hilang. Dan kini dia tak di sini, hati ini sungguh terpenjara. Lagu Chisye yang didaur ulang Peterpan mengalir berikutnya, Kisah Cintaku. Tanpa ada kejijikan pada Ariel, aku memaknai lagu ini sebagai kisah cinta yang benar-benar tragis dalam hidupku. Kami telah berusaha menjaga untuk berkali-kali purnama untuk semua ini. Vitamin, idaman, dan pelbagai ritual demi kemaslahatannya sudah digelar. Betapa cinta itu terus terpupuk sampai berbunga dan berbuah. Cinta itu sudah hampir sempurna, bahkan telah sempurna untuk 15 jam yang besar. Setelah subuh yang penuh perjuangan, Nak, ayahmu ini bangun dari tidurnya yang bahkan kurang dari 2 jam namun paling nyenyak seumur hidup. Dengan penuh kebanggaan aku berbahagia telah memilikimu di luar kandungan bundamu, di dunia nyata. Dalam tiap detik berikutnya aku terlena memikirkan nanti, hal-hal yang akan kulakukan hari-hari ke depan, tapi itulah bodohku (karena hari itu tak pernah datang untukmu). Kini Saat yang Tepat Tuk Berpisah dari Duta selesai berputar dan aku tetap bersedih. Playlist ini berakhir untuk saat ini, namun tidak dengan kerinduanku akanmu, tak akan pernah. Kau terlalu indah untuk jadi kenangan sayangku. Tak pernah kulihat sebelumnya putih kulit yang belum tersentuh siapapun itu mengembang di hadapan saat kau hadir di dunia ini. Harum tubuhmu takkan terlupa, masih terasa kini, bahkan saat kukecup dan endus dahimu untuk terakhir kali sebelum kuserahkan kau keharibaan-Nya yang lebih berhak akanmu. Selamat jalan anakku, sepatutnya kini kau berbahagia dengan Dia di sana. Aku dan bundamu akan terus berdoa untukmu, berdoa untuk hal-hal yang belum dan gagal kami lakukan sebagai orangtuamu. Kami rindu kamu sayangku, kami rindu.... (Minggu, 13 Mei 2012)