Senin, 13 Februari 2012

Bukan Sahabat by Asa Pertiwi

Ocha dan Niki, sedang bercanda berdua ditaman rumah Ocha. Ocha dan Niki, mereka memang sudah bersahabat dari mereka kecil. Awalnya mereka bertemu saat Ocha pindah rumah dekat dengan rumah Niki, ibunya Niki yang memang sangat ramah dan baik sekali, datang kerumah Ocha untuk berkenalan dan juga membantu mereka yang sedang membereskan barang-barang nya. Niki pun ikut, disitulah Ocha dan Niki bertemu. Mereka berkenalan dan bermain bersama. Sementara ibu mereka sedang membereskan barang-barang pindahan. Saat itu mereka masih berumur 8 tahun. Mereka bercanda dan tertawa bersama-sama. Dari situlah mereka berdua bisa menjadi sahabat. Sekarang umur mereka sudah 17 tahun, jadi mereka sudah bersahabat selama 9 tahun. Selama 9 tahun itu, mereka tidak pernah terpisah. Dari mulai rumah mereka yang berdekatan, sekolah mereka dari mereka SD sampai SMA sama, bahkan mereka juga satu tempat les. Mereka bersekolah di SMA TERATAI. Disekolah pun mereka juga sekelas. Ocha dan Niki sedang duduk berdua dibangku taman Ocha sambil bercanda-canda. Saat itu mereka baru saja pulang sekolah, Niki yang sudah janji pulang akan main kerumah Ocha untuk membantu Ocha mengerjakan PR menepati janjinya. ”Cha, dari tadi kita bercanda terus. Kapan kita mau ngerjain tugasnya??” tanya Niki. “Oiya, sampe lupa. Ya udah ayo masuk kita kerjain dikamar aja.” Jawab Ocha. Mereka memang saling membantu dalam masalah tugas. Ocha membantu Niki jika ada tugas yang berhubungan dengan IPS. Ocha memang sangat jago dalam pelajaran yang berhubungan dengan sejarah dan lain-lain. Sedangkan Niki membantu Ocha dalam pelajaran matematika. Niki sangat jago dalam pelajaran matematika, sedangkan Ocha sangat lemah dalam pelajaran matematika. Sebenarnya Niki tidak Cuma jago dalam pelajaran matematika, semua pelajaran dia bisa karena dia memang pintar sekali. Tetapi dipelajaran IPS dia tidak terlalu jago, makanya dia meminta bantuan Ocha kalau ada PR IPS. Jadi sebagai sahabat, mereka saling melengkapi satu sama lain. “Akhirnya, selesai juga tugas matematika nya! Makasih ya Niki yang pintar, baik hati dan tidak sombong.” Kata Ocha bercanda sambil tertawa-tawa. “Kalo udah dibantuin baru deh muji kaya tadi.” sahut Niki, Ocha pun hanya tertawa-tawa saja. “Udah ya Cha, aku pulang dulu. Udah sore, tadi keasikkan bercanda sih. Coba ngerjain tugas dulu sekarang kita masih bisa bercanda-canda dulu Cha.” Kata Niki. “Iya sih, tapi ya udahlah Nik gapapa kok. Besok pagi kita juga ketemu lagi. Bisa bercanda-canda lagi. Tenang aja masih ada hari-hari selanjutnya kok.” Jawab Ocha, “Iya juga sih ya, ya udah aku pulang dulu ya.” Kata Niki “Iya, aku anterin kedepan deh” kata Ocha. Ocha pun mengantar Niki kedepan rumahnya. Rumah Niki itu ada didepan rumah Ocha jadi rumah mereka berdekatan sekali. Besoknya pagi-pagi, Ocha sudah selesai bersiap-siap untuk berangkat sekolah dan juga sudah selesai sarapan. Jadi sekarang Ocha sedang menunggu Niki diteras rumah Niki untuk berangkat sekolah bersama-sama. Ocha dan Niki memang selalu berangkat bersama-sama kesekolah. Mereka berjalan kaki ke sekolah, karena letak sekolah dengan rumah mereka itu lumayan berdekatan. Jadi mereka memutuskan untuk jalan kaki saja kesekolah. “Hai Cha, maaf nunggu lama tadi mamaku minta tolong dulu sama aku. Maaf ya.” Kata Niki saat melihat Ocha sedang duk diteras rumahnya. “Iya gapapa, aku udah biasa nunggu kamu lama setiap mau berangkat sekolah.” Sahut Ocha, Niki hanya tertawa –tawa saja sambil mengajak Ocha untuk segera berangkat kesekolah. Sampai disekolah mereka langsung duduk dimeja mereka. Mereka juga satu bangku dikelas. Mereka itu kelas XII-2. Pas sekali saat mereka baru duduk bel sekolah berbunyi. Saat disekolah mereka kemana-mana juga selalu berdua ke kantin, kamar mandi, perpustakaan. Pokoknya kemana saja mereka selalu berdua, semua orang disekolah tau kalo mereka itu sahabatan dari kecil makanya nggak ada yang ngerasa aneh ngeliat mereka kemana-mana selalu berdua. Disekolah, Ocha adalah murid yang paling cantik, banyak yang suka sama dia, tapi nggak sedikit juga yang iri dan benci sama dia. Ada banyak sekali yang iri dengan Niki karena bisa sahabatan dengan orang yang paling terkenal disekolah. Sedangkan Niki adalah murid yang paling pintar apalagi dalam pelajaran matematika, memang tidak semua mata pelajaran dia pintar. Ada beberapa pelajaran yang merupakan kelemahannya Niki, tapi dia dikenal murid yang paling pintar. Kadang banyak sekali anak-anak disekolah yang ingin belajar bareng sama Niki. Mereka pulang sekolah pukul 2 siang. Saat pulang sekolah Ocha diajak Shinta dan Oliv untuk berkunjung kerumah Shinta. Shinta dan Oliv cukup terkenal disekolah, mereka juga cantik-cantik. Tapi tetap lebih terkenal dan lebih cantik Ocha dari mereka. Banyak yang bilang seperti itu. Dari awal Ocha masuk ke SMA ini, banyak sekali yang berusaha untuk dekat dengan Ocha. Karena mereka tau kalau Ocha terkenal disekolah, mungkin mereka ingin dekat dengan Ocha supaya mereka bisa jadi ikut terkenal. Ocha tau itu, dan dia sering cerita ke Niki soal itu. Bahkan sampe sekarang masih banyak yang berusaha deket dengan Ocha, termasuk Shinta dan Oliv. Tadi saat Shinta dan Oliv mengajak Ocha kerumah Shinta, Ocha sempat menolak karena merasa nggak enak dengan Niki. Ocha kasian kalau Niki pulang sendiri kerumah, “Cha, ayolah ikut kerumah aku bareng sama Oliv. Nanti kita seru-seruan bareng dirumah.” Ajak Shinta “Aduh, nggak deh aku mau pualng bareng sama Niki. Kasian nanti dia pulang sendiri kerumah” Ocha menolak. “Aku nanti juga mau minta bantuin ngerjain tugas sejarah cha, kamu kan lumayan jago tuh!” kata Oliv “Tugas ya? Gimana ya? Tapi bener ya ngerjain tugas sejarah?” tanya Ocha “Iya beneran kok!” jawab Oliv. “Ya udah deh.” Kata Ocha “Nik, sorry ya hari ini nggak pulang bareng dulu. Aku mau bantuin mereka ngerjain tugas sejarah. Maaf yaaa” tambah Ocha, “Ya udah Cha gapapa, aku bisa kok pulang sendiri.” Jawab Niki “Okee, sekali lagi maaf yaa nik.” Kata Ocha sambil pergi bareng sama Shinta dan Oliv. Sebenernya Niki agak kesal juga, soalnya baru kali ini mereka berdua yang sahabatan kepisah. Biasanya nggak pernah, dan Niki juga sempet bingung. Biasanya Ocha selalu nolak kalo ada yang ngajak pergi kaya tadi “Kenapa tadi Ocha mau ya nerima ajakan Shinta sama Oliv?” tanya Niki dalam hati. “Masa Cuma gara-gara tambah alesan ngerjain tugas sejarah aja dia jadi mau gitu? Tau sih Ocha emang suka banget pelajaran sejarah, tapi aneh!” tambah Niki dalam hati. Niki masih kesal sekali sebenarnya tapi dia coba buat ngelupain masalah itu. Ocha ngerasa enak dan asik juga ngobrol bareng sama Shinta dan Oliv. Sampai dirumah Shinta, ternyata mereka emang beneran mau ngerjain tugas sejarah. Ocha sempet mikir kalo itu cuma dijadiin alasan supaya Ocha mau kerumah mereka tapi ternyata mereka emang serius mau ngerjain tugas sejarah itu. “Makasih ya Cha kamu udah mau kesini buat bantuin kita ngerjain sejarah, ternyata kamu jago juga ya sejarah nya.” kata Oliv “Iya sama-sama, aku juga seneng kok bisa bantuin kalian. Biasa aja kok nggak jago-jago banget. Oiya kayanya aku langsung pulang deh, ini udah sore banget. Aku takut dicariin ibuku, aku belom bilang kedia soalnya.” Jawab Ocha. “Ya udah kalo mau langsung pulang, nanti biar dianterin sama supir ku.” Jawab Shinta “Oke kalo gitu aku pulang dulu” jawab Ocha, “Sekali lagi makasih yaa Ocha udah bantuin kita, besok-besok bantuin kita ngerjain sejarah lagi ya Cha!” kata Oliv “Sama-sama, pasti aku bantuin kok!” jawab Ocha. Saat dirumah karena Ocha merasa bersalah karena nggak pulang bareng sama Niki, dia main kerumah Niki. “Nik, kamu nggak marah kan sama aku gara-gara aku nggak pulang bareng sama kamu?” tanya Ocha, “Nggak kok, aku nggak marah sama kamu,” jawab Niki “Makasih ya Nik, kamu emang sahabatku yang paling baik,” kata Ocha. Niki hanya senyum mendengarnya. Mereka kadang suka bergantian main kerumah nya, kadang Ocha yang kerumah Niki, kadang Niki yang main kerumah Ocha. Besoknya seperti biasa mereka sama-sama berangkat ke sekolah jalan kaki. Saat sampai disekolah Ocha disambut sama Shinta dan juga Oliv, Shinta dan Oliv sudah mulai merasa enak untuk berteman dan dekat dengan Ocha semenjak kemarin. Ocha pun juga merasa begitu karena dia mulai yakin kalau Shinta dan Oliv mendekati Ocha bukan supaya ikut populer disekolah seperti Ocha, tapi memang karena mereka tulus ingin berteman dengan Ocha. Hari ini dikelas Ocha ada pelajaran sejarah, dan ternyata guru sejarah memberikan tugas lagi kepada murid-muridnya. Saat istirahat, Ocha dan Niki sedang dikantin. Tiba-tiba Shinta dan Oliv datang “Cha, kan tadi ada tugas sejarah lagi. Kamu bisa nggak kalo hari ini kerumah nya Oliv buat ngerjain bareng-bareng lagi?” tanya Shinta, “Iya Cha, bisa nggak? Kita mau ngerjain sekarang soalnya kan nanti hari Jumat ada pelajaran sejarah lagi,” sambung Oliv. Saat oliv berkata seperti itu, Ocha langsung mengingat-ingat dan ternyata benar kalau hari Jumat ada sejarah lagi. “Hari ini hari Rabu kalau nggak dikerjain sekarang takutnya lupa, terus nggak sempet buat ngerjain,” pikir Ocha. “Aku sih mau-mau aja, tapi Nik gapapa ya hari ini kamu pulang sendiri lagi?” jawab Ocha sekaligus bertanya pada Niki, “Atau kamu ikut sama kita aja, ngerjain sejarah bareng-bareng?” sambung Ocha, “Nggak usah deh, aku ngerjain sendiri aja nanti. Aku juga gapapa pulang sendiri lagi,” jawab Niki, “Sorry lagi yaa Nik, oiya tolong bilangin ke ibuku juga yaa aku pulang agak telat soalnya aku mau ngerjain tugas dulu dirumah temen. Maaf ngerepotin ya Nik.” kata Ocha meminta maaf pada Niki, “Iya gapapa, nanti aku bilangin. Aku pulang dulu.” Kata Niki sambil berjalan pulang. Saat dirumah Niki kesaal sekali, karena sudah 2 hari sikap Ocha seperti itu ke Niki. Niki sudah sangat kesal dan marah kepada Ocha, tapi dia nggak bilang ke Ocha. Sikap Ocha juga sekarang berubah ke Niki, sekarang Ocha lebih memilih ngobrol dan kumpul sama teman baru nya yang juga cantik-cantik dan juga cukup populer itu “Mungkin sekarang Ocha lebih milih temenan sama yang cantik dan populer kaya dia, bukan sama aku yang mungkin menurut dia kutu buku” Niki berbicara sendiri. “Seenaknya aja lagi dia minta tolong ke aku buat bilangin ke ibu nya kalo dia pulang telat, sedangkan aku harus pulang sendiri!” kata Niki masih berbicara sendiri, “Aku nggak akan bilangin ke ibu nya kalo dia pulang telat hari ini, biarin nanti dia dimarahin sama ibunya!” kata Niki, “Aku akan bales sikap Ocha tadi ke aku nanti!” Niki melanjutkan didalam hati. Ocha sampai dirumah sudah sore sekali, karena tugas yang dikasih sama guru sejarahnya tadi ternyata cukup banyak. Bahkan mereka tadi tidak sempat mengobrol banyak, saat sampai dirumah Oliv mereka langsung mengerjakan tugasnya itu. Saat sampai dirumah, ibunya juga marah-marah ke Ocha karena pulang telat tidak bilang dulu ke ibunya. Ocha juga sangat bingung, padahal tadi dia sudah minta tolong Niki untuk kasih tau ke ibunya. Tapi ibunya masih marah-marah juga saat Ocha sampai rumah. “Mungkin Niki lupa untuk memberi tau ibu tadi, besok aku tanya ke Niki. Kalo sekarang udah terlalu sore, besok aku juga sekalian minta maaf lagi sama Niki” Kata Ocha dalam hati. Niki dirumah sedang bingung karena Ocha nggak dateng kerumahnya untuk minta maaf seperti kemarin “Kenapa Ocha nggak dateng kerumah lagi buat minta maaf kaya kemarin ya? Mungkin dia udah lupa kalo dia punya sahabat disini. Liat besok Cha” pikir Niki. Besok paginya Ocha setelah siap-siap dan sarapan, langsung kerumah Niki. Setelah menunggu lama Niki keluar “Nik, sorry ya kemarin. Jangan marah sama aku ya..” kata Niki, “Iya gapapa,” jawab Niki, “Oiya, kemarin kamu kenapa nggak kasih tau ibuku kalo aku kemarin pulang agak telat?” tanya Ocha, “Aku lupa,” jawab Niki, “Ooh aku kemarin juga mikirnya kalo kamu lupa, ternyata bener.” Kata Ocha. Sampai disekolah seperti biasa mereka duduk dimeja nya. “Cha, aku ke kamar mandi dulu ya,” kata Niki sambil jalan keluar kelas sehingga Ocha tidak sempat mengejar Niki karena dia juga sedang asik ngobrol dengan Shinta dan Oliv. Hari ini Ocha dan Niki pulang bersama lagi setelah 2 hari mereka tidak pulang bersama-sama lagi. Besoknya Ocha harus berangkat kesekolah sendiri karena Niki nggak bisa masuk sekolah karena sedang tidak enak badan. Sampai disekolah Ocha merasa seperti ditatap oleh orang banyak, Ocha jadi takut dan malu sendiri. Apa lagi sekarang dia sendiri, nggak ada Niki karena sedang sakit. Saat sampai kelaspun dia juga diliatin sama anak-anak lainnya, diperhatikan dengan tatapan yang tidak bersahabat. Karena merasa risih dan tidak enak ditatap seperti itu, Ocha mencari Shinta dan Oliv. Saat sudah bertemu dengan mereka berdua Ocha lebih merasa lega karena paling tidak sekarang dia sudah ada teman, tetapi waktu Ocha menghampiri mereka, Ocha baru sadar kalau ternyata mereka pun juga sama dengan yang lainnya menatap Ocha dengan tatapan yang tidak bersahabat, “Ngapain kamu disini? Aku kira kamu udah pindah sekolah!” kata Shinta dengan sinisnya, “Masih berani kamu disini setelah semua orang tau apa yang kamu bilang ke temen-temen kamu diluar dan adek kelas tentang sekolah dan angkatan kita?!” sambung Oliv. Ocha merasa bingung dengan apa yang diucapkan oleh Shinta dan Oliv, “Pasti ada kesalah pahaman,” kata Ocha dalam hati. “Maksud kalian apa? Aku nggak pernah ngomongin tentang sekolah dan angkatan kita ke temen-temenku yang lain dan juga ke adek kelas,” kata Ocha, “Nggak usah boong dan nggak usah pura-pura nggak tau dan nggak ngerti!” kata Shinta, “Semua orang juga udah tau kamu ngomong apa ke temen-temen kamu dan juga ke adek kelas! Udah deh ngaku aja!” sambung Oliv, “Tapi aku emang beneran nggak ngerti apa yang kalian omongin dari tadi!” jawab Ocha, “Gini ya tuan putri,” kata Shinta, “Kamu ngejelek-jelekin sekolah kita kan ke temen-temen kamu itu? Kamu juga bilang ke adek kelas kalo angkatan kita nggak suka sama angkatan mereka kan? Kenapa sih kamu kaya gitu? Semua orang disekolah ini tau kamu murid populer dan baik, tapi ternyata sifat asli kamu yang sebenernya kaya gini?!” lanjut Shinta, Ocha bingung, dia tidak pernah berkata seperti itu sama orang lain ataupun adik kelas. “Tapi aku nggak pernah ngomong kaya gitu ke temen-temen ku yang lain ataupun adik kelas!” Ocha membela dirinya, “Udahlah kamu nggak usah boong lagi!” kata Oliv sambil jalan untuk kembali ke kelas. Ocha bingung sekali, dia tidak tau harus gimana. Dia mau cerita, tapi dia sendiri bingung mau cerita sama siapa. Niki sahabatnya sedang sakit dirumah dan tidak bisa masuk sekolah. “Siapa yang tega buat ngefitnah aku kaya gitu?” pikir Ocha. “Nanti pulang sekolah aku harus ketemu sama Shinta dan Oliv buat nanya siapa yang nyebarin itu semua ke seluruh sekolah.” Pikir Ocha lagi Saat pulang Ocha langsung menghalangi Shinta dan Oliv untuk pulang, “Kamu ngapain sih halangin kita?!” bentak Shinta, “Aku cuma mau nanya, siapa yang nyebarin gosip itu??” tanya Ocha, “Tara! Puas?!” kata Oliv sambil pergi meninggalkan Ocha. Ocha langsung mengingat-ingat siapa Tara itu, “Tara? Dia itu anak XII-1! Tara itu kan anaknya nggak bisa jaga rahasia, jadi sekalinya ada gosip pasti langsung disebarin keseluruh sekolah! Pantesan semuanya pada tau!” pikir Ocha sambil pergi untuk mencari Tara, “Semoga aja Tara belom pulang!” kata Ocha dalam hati sambil berjalan menuju kantin, berharap Tara sedang ada dikantin. Selama Ocha jalan menuju kantin, banyak sekali anak-anak lain yang masih menatap Ocha dengan sinis. Tapi Ocha nggak menghiraukannya, karena Ocha pikir gosip itu nggak bener. Sampai dikantin, Ocha langsung mencari Tara dan Ocha bersyukur sekali karena Tara masih belum pulang. Dia langsung menghampiri Tara “Tar, gue mau ngomong sebentar,” kata Ocha, Ocha merasa tidak enak ngomong didepan teman-teman Tara. Karena tadi waktu Ocha menghampiri Tara, Tara sedang makan bersama teman-temannya. “Mau ngomong apa sih?!” tanya Tara dengan galak nya, “Nggak bisa diomongin disini, ikut gue sebentar aja,” jawab Ocha. Akhirnya Tara mau diajak ngomong berdua sama Ocha, “Udah deh, cepet mau ngomong apa?!” tanya Tara, “Gue Cuma mau nanya, dari mana lo dapet gosip tentang gue itu?” jawab Ocha, “Lo nggak perlu tau itu!” jawab Tara cuek, “Tapi gue harus tau, gue harus ngomong sama orang itu! Gosip itu tuh nggak bener! Lo juga seharusnya nggak seenaknya nyebarin gosip yang nggak bener itu!” jawab Ocha sedikit kesal, “Percuma Cha, lo mau jelasin kaya gimanapun juga semua orang pasti nggak akan ada yang percaya lagi sama lo!” balas Tara sambil pergi meninggalkan Ocha. Karena Tara nya sudah pergi dan Ocha juga bingung harus ngomong apa lagi, akhirnya dia pulang. Sampai dirumah Ocha segara ganti baju, dan langsung pergi kerumah Niki untuk menjenguk Niki dan cerita tentang kejadian tadi ke Niki. Saat dirumah Niki, Niki sedang istirahat dikamar nya. “Hai Nik, udah baikan?” tanya Ocha saat masuk ke kamar Niki, “Udah lumayan enakan sih Cha, makasih ya udah jenguk aku,” kata Niki, “Kamu kenapa? Kok mukanya kaya lagi sedih gitu?” tanya Niki, “Aku bingung Nik!” jawab Ocha, “Bingung? Bingung kenapa?” tanya Niki, “Tadi pagi disekolah waktu aku baru datang, aku ngerasa kalo aku diliatin banyak orang Nik, dan teryata waktu aku liat tuh bener kalo aku diliatin banyak orang.” Jawab Ocha, “Lah, biasanya juga emang banyak yang ngeliatin kamu kan? Apalagi cowok-cowok Cha,” jawab Niki, “Bentar dulu Nik, aku belom selesai cerita. Mereka ngeliatin aku dengan tatapan yang nggak bersahabat Nik, karena aku ngerasa nggak enak ditatap kaya gitu aku langsung nyari Shinta dan Oliv yang ternyata mereka juga sama kaya yang lain. Ngeliatin aku dengan tatapan yang nggak bersahabat juga Nik. Setelah aku tanya ke mereka ternyata ada orang yang nyebarin gosip kalo aku tuh bilang ke teman-temanku diluar sekolah kalo sekolah kita itu sekolah jelek dan aku juga digosipin kalo aku bilang ke adek kelas kalo angkatan kita itu nggak suka sama angkatan mereka,” kata Ocha cerita ke Niki dengan sedih, “Ya ampun, siapa sih Cha yang tega banget ngelakuin itu ke kamu? Mungkin orang itu Cuma iri aja kali Cha sama kamu. Karena dia tau kalo kamu itu kan populer dan banyak disukain sama anak-anak disekolah, walaupun nggak sedikit juga yang nggak suka sama kamu. Mungkin dia salah satunya dari anak-anak yang nggak suka sama kamu itu Cha..” jawab Niki, “Iya Nik, mungkin juga kaya gitu. Tadi aku sempet nanya ke Shinta sama Oliv siapa yang nyebarin gosip itu, mereka bilang Tara. Waktu aku ngomong sama Tara dan nanya ke Tara dari mana dia dapet gosip itu, Tara nggak mau kasih tau dan bilang kalo aku nggak perlu tau orang yang buat gosip itu siapa,” kata Ocha, “Ya udah ya Cha, nanti pasti cepat atau lambat kamu akan tau siapa yang buat gosip itu.” Kata Niki menenangkan. Sudah 3 minggu berlalu dan ternyata Ocha masih belum tau siapa yang membuat gosip itu. Ocha sudah mencari tau kemana-mana, tapi nggak ada yang mau ngasih tau karena mereka sudah nggak percaya lagi sama Ocha. Ocha juga sudah menjelaskan tapi tetap belum ada yang percaya sama Ocha, Niki juga membantu tapi tetap belum ada yang percaya juga. Sudah 3 minggu juga, Ocha dijauhi sama semua teman-teman seangkatannya dan sampai sekarang pun masih banyak yang menatap Ocha dengan tatapan yang tidak bersahabat. Sebagai sahabat, Niki menenangkan Ocha dan membantu Ocha agar lebih kuat menghadapi masalahnya ini. Ocha berharap paling tidak ada 1 orang dari teman-teman seangkatannya ini yang percaya kalau Ocha tidak pernah berkata seperti yang digosipkan itu, dan mau membantu Ocha dan Niki untuk mencari tau siapa yang membuat gosip itu. “Sabar ya Cha..” kata Niki, “Iya Nik, aku yakin pasti nanti ada orang yang percaya sama aku. Aku Cuma tinggal nunggu aja,” jawab Ocha. Lumayan lama Ocha dijauhi oleh teman-temannya, untungnya ada Niki yang masih percaya dan mau sahabatan sama Ocha. Hari ini Ocha harus berangkat sendiri ke sekolah, karena Niki harus pergi bersama keluarganya. Tadinya Ocha hampir tidak mau masuk sekolah karena dia nanti disekolah sendirian, Ocha takut melihat tatapan teman-temannya yang masih tidak bersahabat sampai sekarang. “Aku harus masuk sekolah, masa Cuma gara-gara nggak ada teman disekolah sampai nggak masuk sekolah?” pikir Ocha, jadi Ocha akhirnya masuk kesekolah walaupun nanti dia akan sendirian disekolah. Sampai disekolah Ocha berusaha untuk tidak menghiraukan tatapan teman-temannya itu dan juga sindiran-sindiran teman-temannya. Waktu istirahat Ocha tidak ke kantin, dia hanya dikelas sendirian. Tiba-tiba Esti datang dan duduk disebelah Ocha, “Hai Cha!” sapa Esti sambil tersenyum, “Kamu ngapain Es kesini? Kamu bukannya marah juga sama aku?” tanya Ocha, “Aku percaya kok sama kamu, sebenernya aku percaya dari awal-awal kamu ngejelasin ke anak-anak lainnya,” jawab Esti, “Kamu beneran percaya sama aku?” tanya Ocha tidak percaya, “Iya aku beneran percaya kok sama kamu,” jawab Esti, “Tapi kenapa kamu nggak bilang ke aku dari awal? Aku selama dijauhi sama anak-anak lain, aku berharap banget ada 1 orang yang mau percaya sama aku. Akhirnya setelah aku nunggu lama, ada juga yang percaya sama aku.” Kata Ocha, “Sorry ya Cha aku nggak bilang dari awal, ada alasan tertentu sebenarnya. Tapi aku belom bisa bilang sekarang,” jawab Esti, “Ya udah, gapapa kok. Aku udah seneng banget ada oranglain yang percaya sama aku selain Niki!” jawab Ocha senang. Esti hanya tersenyum mendengarnya. Sepanjang hari itu disekolah Ocha kemana-mana selalu berdua dengan Esti. Esti mau menemani Ocha karena Esti kasihan melihat Ocha dijauhi seperti itu, Esti tau bagaimana perasaan Ocha sekarang. Ocha dan Esti sedang dikantin, “Cha, aku pesan makanan dulu ya.” Kata Esti, “Kamu mau sekalian aku pesenin nggak?” tawar Esti, “Boleh deh, tapi aku masih kenyang. Pesenin es teh manis aja ya Es,” jawab Ocha, “Oke, aku pesan dulu.” Jawab Esti. Saat Esti pergi memesan makanan, Elia dan Winna datang ke meja Ocha. “Ngapain kamu disini?! Masih berani juga ya kamu sekolah disini, setelah ngejelek-jelekin nama sekolah kita! Masih untung nggak dibilangin ke kepala sekolah!” kata Elia dengan sinisnya, “Kalo aku jadi kamu, aku nggak akan mau masuk sekolah ini lagi dan langsung pindah sekolah! Harusnya kamu tuh malu! Pake segala bilang ke adek kelas kalo kita nggak suka sama angkatan mereka lagi!” tambah Winna, “Jangan harap ada yang bakalan suka dan ngejar-ngejar kamu lagi kaya dulu, yang katanya dulu kamu cwek populer bakalan udah nggak ada lagi!” kata Elia lagi, “Mungkin kalo yang terkenal jeleknya sifat kamu sih bisa aja!” kata Winna sambil tertawa, “Kamu bakalan jadi bahan omongan anak-anak sampe lulus nanti!” tambah Winna sambil berjalan menjauhi meja Ocha. “Cha, tadi Elia sama Winna kemeja kita ngapain?” tanya Esti, “Mereka marah-marah tadi sama aku,” jawab Ocha, “Marah-marah? Mereka ngomong apa aja tadi??” tanya Esti lagi, “Panjang Es, dia bilang aku nanti bakalan jadi bahan omongan anak-anak sampe luluslah, apalah!” jelas Ocha, “Sabar ya Cha, mereka itu kan memang sangat galak Cha. Banyak yang takut juga kan sama mereka. Udah ya Cha nggak usah didengerin,” kata Esti menenangkan. Ocha hanya mengangguk mendengar omongan Esti. Esti yang merasa kasihan sekali melihat temannya seperti itu, sempat berpikir untuk memberi tau sesuatu ke Ocha. “Kasian Ocha, aku kasih tau aja kali ya tentang itu?” tanya Esti dalam hati, “Tapi kalo nambah masalahnya gimana? Biarin deh aku harus kasih tau ini ke Ocha! Kasihan dia!” pikir Esti. “Cha, aku mau ngomong sama kamu,” kata Esti, “Ngomong apa Es?” tanya Ocha, “Mmmm... Aku mau bilang kalo yang buat gosip tentang kamu itu...” belum selesai Esti berbicara, “Siapa??!!” kata Ocha tidak sabar sampai memotong pembicaraan Esti, “Mmmm... Niki Cha,” jawab Esti. Ocha yang mendengarnya sempat merasa tidak percaya dan menganggap Esti berbohong, tapi setelah melihat bukti dari Esti yang berupa rekaman dihp nya, Ocha mau tidak mau harus percaya. “Tapi kapan dia bilang itu ke Tara?” tanya Ocha, “Inget waktu dia keluar kelas cepet-cepet yang bilang ke kamu mau ke kamar mandi? Waktu kamu lagi ngobrol sama Shinta dan Oliv? Waktu itu kebetulan aku juga baru mau keluar kelas buat ke kelas XII-1 , aku yang ngeliat Niki malah ke kelas XII-1 juga bukannya ke kamar mandi udah curiga. Akhinya aku ngeliatin dia terus selama dikelas itu, ternyata dia manggil Tara terus langsung keluar kelas. Aku ikutin mereka, ternyata mereka ke kamar mandi. Tapi aku tetep ikutin mereka, terus mereka ngobrol-ngobrol gitu dan saat mereka ngobrol itu aku rekam mereka.” Kata Esti menjelaskan, “Kok kamu bisa langsung ngerekam mereka? Padahal awalnya kamu kan belum tau mereka mau membicarakan apa?” tanya Ocha, “Waktu itu aku ngerasa kalo mereka itu punya rencana jahat, akhirnya aku punya pikiran buat ngerekam supaya bisa jadi bukti untuk ngebantuin orang yang mau dijahatin sama mereka kalo itu emang rencana jahat. Dan ternyata feeling ku itu benar Cha!” kata Esti lagi menjelaskan, “Oh, gitu. Tapi makasih ya soalnya kamu udah berani buat ngasih tau itu ke aku. Itu sangat membantuku,” kata Ocha, “Iya Cha sama-sama, kamu nggak usah sedih gitu Cha. Aku tau setelah kejadian ini persahabatan kamu sama Niki nggak akan kaya dulu lagi, tapi pasti nanti kamu akan dapet sahabat yang lebih baik!” kata Esti. Setelah mendengar cerita dari Esti, Ocha sempat bingung harus bagaimana. Dia ingin bertanya pada Niki tapi dia tidak bisa membayangkan setelah dia bertanya seperti itu pada Niki persahabatannya akan tidak seperti dulu lagi. Tapi cepat atau lambat dia harus bertanya untuk memastikan semuanya supaya dia bisa menjelaskan kepada teman-temannya kalo gosip itu memang tidak benar. Keeseokan harinya disekolah Ocha sudah memikirkan untuk tidak usah bertanya pada Niki, karena setelah dia pikir-pikir lagi, untuk apa bertanya lagi sedangkan Ocha sudah melihat bukti yang waktu itu sempat ditunjukkan oleh Esti. Rencananya hari ini Ocha akan menjelaskan semua nya kepada teman-temannya disekolah. Tadi pagi Ocha tidak bertemu Niki sama sekali, karena dia langsung berangkat menuju sekolah. Saat disekolah dia bertemu dengan Niki, dan dia berusaha bersikap biasa saja pada Niki. Karena kalau dia bersikap cuek pada Niki, nanti Niki akan tau kalau Ocha sudah tau tentang siapa yang membuat gosip itu. Dia memang sedih sekali karena Niki tega berbuat seperti itu pada Ocha, tapi dia juga kesal sekali karena Niki telah menghianati sahabatnya sendiri. Jadi dengan bantuan, mereka mendatangi kelas-kelas untuk meminta anak-anak seangkatannya berkumpul dikelasnya. Niki memang agak bingung dengan sikap Ocha, tapi dia tidak terlalu memikirkannya. Tapi tidak lama tiba-tiba banyak anak-anak kelas lain yang masuk kekelasnya, setelah dia bertanya dia malah makin bingung lagi. “Untuk apa Ocha menyuruh anak-anak kelas lain berkumpul dikelasnya seperti ini?” tanya nya dalam hati. Tiba-tiba Ocha meminta teman-temannya untuk tenang, “Maaf kalo kalian jadi nggak bisa istirahat karena aku suruh kumpul disini, tapi disini aku mau menjelaskan suatu hal yang sangat penting,” kata Ocha, “mungkin langsung ke masalahnya aja, kali ini aku mau menjelaskan lagi kalo gosip jelek yang sudah beredar tentang aku menjelek-jelekan nama sekolah dan bilang ke adik kelas kalo angkatan kita nggak suka sama angkatan mereka itu bukan aku yang ngomong, dan nggak pernah ada yang ngomong kaya gitu. Gosip itu nggak benar, dan aku punya bukti kalau aku memang tidak pernah berkata seperti itu,” lanjut Ocha, “Iya, Ocha memang nggak pernah berkata seperti itu. Ocha Cuma difitnah sama seseorang,” kata Esti, “Siapa orang yang membuat gosip itu terus memfitnah Ocha?” tanya salah satu anak, “Maaf sebelumnya, aku kalau bisa sebenarnya nggak mau bilang tapi aku sendiri tau aku harus menjelaskan semuanya jadi maaf ya Nik, aku harus bilang kalo kamu yang memfitnah aku,” jawab Ocha dengan ragu, semuanya melihat Niki, mereka tidak percaya dengan jawaban Ocha itu. Mereka berpikir justru Ochalah yang memfitnah Niki. “Aku nggak percaya, aku perlu bukti!” kata salah satu orang lagi, “Aku punya saksi, Esti saksinya! Waktu itu dia sendiri yang melihat Niki sedang berbicara dengan Tara tentang gosip itu. Aku berpikir kalau Niki mengarang gosip itu lalu memberi tau Tara supaya Tara menyebarkan keseluruh sekolah!” jawab Ocha, “Iya itu benar, aku yang melihatnya sendiri. Waktu itu mereka mengobrol dia toilet sekolah,” kata Esti, “Menurutku bisa saja kamu dan Esti mengarang cerita itu supaya masalahmu selesai! Nik, itu semua bener?” kali ini yang berpendapat sekaligus bertanya anak yang sempat bertanya juga, “Mmm.. itu mmm... nggak! Itu nggak bener!” jawab Niki sambil bingung, “Aku punya buktinya!” Kata Esti sambil mengambil hpnya untuk menunjukkan videonya. Setelah anak-anak melihat videonya, barulah mereka percaya kalau Ocha memang tidak pernah berkata seperti itu. Nikipun malu setalah ketauan oleh teman-temannya dan dia langsung menghampiri Ocha, “Cha, kamu marah? Aku minta maaf! Aku nggak bermaksud kaya gitu!” kata Niki, “Aku nggak marah sama kamu,” jawab Ocha sambil tersenyum, “tapi kamu tau kalo kita udah nggak bisa sahabatan lagi. Sorry. Kamu udah ngehianatin aku Nik, tapi ya udahlah aku nggak marah sama kamu. Aku juga udah maafin kamu, tapi yaa.. seperti yang kubilang tadi, kita nggak bisa sahabatan kaya dulu lagi.” Lanjut Ocha sambil tetap tersenyum dan pergi meninggalkan sendirian. Kali ini Niki yang ditatap sinis oleh teman-teman seangkatannya dan Ocha sudah seperti biasa lagi. Tidak ada yang menatap Ocha dengan tatapan sinis, dan banyak yang meminta maaf kepada Ocha termasuk juga Shinta dan Oliv. “Maafin kita ya Cha karena nggak percaya sama kamu, kita minta maaf banget! Kita harap kamu nggak marah dan kesal sama kita,” kata Shinta mewakili Oliv juga, Oliv juga mengangguk-ngangguk saat Shinta berbicara dengan Ocha. “Iya gapapa kok, aku nggak marah sama kalian,” jawab Ocha sambil tersenyum, “Kamu nggak usah sedih karena nggak punya sahabat dekat lagi! Biarin aja si penghianat itu! Nggak usah dipikirin, kamu bisa sahabatan sama kita kalau kamu mau! Esti juga!” kata Oliv dengan bersemangat berbicara dengan Ocha dan Esti juga yang sedang ada disamping Ocha. “Iya aku mau kok bersahabat sama kalian semua!” jawab Ocha dengan senang karena banyak yang mau bersahabat dengan dia, “Esti! Aku hampir lupa! Makasih banyak ya buat bantuan nya, kalo nggak ada kamu mungkin masalahnya nggak akan selesai,” lanjut Ocha, “Sama-sama Cha, senang bisa membantumu,” jawab Esti dengan senang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar