Senin, 13 Februari 2012

Anak Baru by Fikri Ramdhani

Hari ini ada anak baru disekolah, dia keturunan afrika dan dia tidak bicara banyak karena mungkin dia kurang mengerti bahasa Indonesia. Anak ini bernama Edwin dan Erik mencoba berbicara dengan dirinya, pertama Erik berbicara dengannya menggunakan bahasa Indonesia, dan saat Erik menanyakan namanya dia tidak menjawab, lalu aku mencoba berbica menggunakan bahasa inggris dan dia menjawab ”my name is Edwin”. Erik tidak berbicara dengan Edwin lagi karena Erik kurang mengerti bahasa inggris, dan yang Erik bisa hanya menanyakan nama saja. Tapi dia terus menerus bertanya pada Erik, tapi Erik hanya bisa menjawab “yes” ke semua pertanyaannya. Satu minggu telah terlewat dengan anak baru itu, dan dia mulai diejek oleh teman-teman Erik karena kulitnya berwarna hitam dan dia tidak bisa berbicara bahasa Indonesia, Erik ingin membelanya tapi sayang Erik tak bisa berbicara bahasa inggris, dan Erik hanya bisa menepuk pundaknya dan berbicara ”sabar yak” dan yang mengagetkan dia menjawab ” iya”. Erik langsung bingung dan kaget, dan aku mulai bertanya “kamu bisa bahasa sini?” dan Edwin menjawab “bisa”, dan Erik bertanya lagi “kenapa ga ngomong”, dan Edwin berkata bahwa ia ingin menilai orang Indonesia, karena rata-rata kalau orang Indonesia bertemu orang kulit putih orang Indonesia langsung berubah drastis menjadi sopan, dll, sedangkan kalau bertemu orang kulit hitam, biasanya akan dianggap bodoh, aku ingin mencoba apakan perlakuan ini berlaku kepadanya, kata Edwin. Dan Erik menjawab “kalau disini mendingan ngomong aja, kalo kamu ga ngomong entar tambah parah”. Dan Edwin mengikuti perkataan Erik, dan dia dikenalkan ke teman Erik yang bernama Andi. Andi merupakan teman yang agak sombong, dia hanya berteman dengan anak-anak yang “eksis” dan sayangnya hal itu tak pernah terwujud karena sifatnya, dan dia tidak pernah “ngeksis”, lalu Erik berpikir dua kali untuk mencarikan teman untuk Edwin, lalu Erik melihat temanku bernama Nana. Walaupun perempuan dia baik sekali dan mau bergaul ke siapa saja, dan Erik mengenalkan Edwin dengan Nana. Tangan Edwin tiba-tiba dingin dan mukanya nampak pucat, dan kalau Erik perhatikan sepertinya Edwin suka dengan Nana. Erik mengenalkan Edwin dengan Nana, dan Edwin hanya bersalaman dengan Nana dan pergi. Teman-teman Nana tertawa-tawa dibelakang Nana, dan Nana bertanya pada Erik “kenapa dia?” dan Erik menjawab “gak tau tuh”. Erik langsung mengikuti Edwin dan Erik bertanya “kenapa win?” dan Edwin menjawab “gapapa kok”, Erik mulai curiga dengan Edwin, dan Erik bertanya kembali “kok kabur?”, dan Edwin ingin menjawab tapi dia berbicara seperti tersendak dan mulai membuat alasan yang tidak masuk akal. Hari ini hari jumat, dua minggu telah berlalu setelah kejadian itu. Edwin mulai bergaul ke beberapa orang teman Erik, tapi Erik masih penasaran, kenapa Edwin tiba-tiba bertingkah seperti itu. Saat pulang Erik menghampiri Edwin dan aku bertanya “eh, pas aku kenalin ke Nana kamu kenapa sih?”, dan Edwin Nampak seperti bingung ingin menjawabnya, dan Edwin membisikan rahasia itu, ternyata dia suka dengannya, tapi ada satu masalah yaitu dia kurang percaya diri dengan penampilannya karena dia berkulit hitam, lalu aku bilang ”santai aja, yang menakdirkan diatas”. Edwin Nampak lebih lega. Beberapa bulan telah terlewat, Edwin Nampak sudah mempunyai banyak teman dan sekarang Edwin nampak senang disini, walaupun sekarang Edwin agak sombong, dan Edwin selalu bermain bola dengan teman-temannya. Edwin sangat handal bermain bola, tetapi dia tidak pernah bilang kepadaku, malah Edwin bilang ke salah satu teman Erik yang belum dia kenal, awalnya Edwin ditertawakan, lalu Edwin mengajak bermain bola dan tim Edwin menang, dari saat itu dia mulai mempunyai benyak teman. Erik sebenarnya agak kesal padanya karena sekarang Edwin berlaga seperti jagoan dikelas. Erik sering menegornya tapi Edwin selalu hanya menganggukkan kepalanya dan pergi. Sekarang Erik kurang berbicara dengan Edwin karena Erik kurang suka dengan dirinya sekarang. Suatu hari Edwin mulai menjahili Erik dengan kodok mainan, Erik bertambah kesal padanya, tapi Erik masih sabar. Berbulan-bulan Erik dijahili oleh Edwin dan kawan-kawannya, hingga suatu hari Edwin menjahili Erik dengan sesuatu yang dapat merengut nyawa Erik. Di hari itu kami ingin belajar olahraga dan kami harus melewati perkampungan karena tidak ada ruangan di sekolah kami untuk belajar olahraga. Disitu ada jembatan yang terbuat dari beton, tapi sayang jembatan itu tidak berpegangan, dan hanya motor yang bisa lewat, jadi itu merupakan jembatan yang kecil, dan dibawahnya terdapat jurang yang dasarnya adalah batu-batu kali yang besar dan tajam, dan Edwin mendorong Erik dan Erik hampir jatuh ke jurang tersebut. Erik sangat murka disitu. Pertama Erik menampar muka Edwin, lalu Edwin memukul Erik sehingga mereka berdua akhirnya berkelahi di jembatan itu,. Untungnya ada orang-orang sekitar yang melerai Erik dengan Edwin, dan mereka berdua dipanggil kepala sekolah seusai pelajaran olahraga. Awalnya mereka berdua saling menyalahkan didepan kepala sekolah, lalu Erik berpikir apabila Erik mengalah mungkin mereka bisa berteman lagi, dan akhirnya Erik berbohong kepada kepala sekolah dan Erik diskors selama dua hari, tapi Edwin hanya berubah baik sesaat, dua hari Erik mulai masuk sekolah Erik mulai dijahili lagi oleh Edwin. Erik ingin sekali Edwin berubah seperti saat dia baru masuk sekolah disini, tapi sepertinya hal itu tidak dapat terjadi, jadi Erik sekarang sudah tidak pernah berbicara dengan Edwin. Sebenarnya Erik bisa membalas perbuatan Edwin, tapi sekarang Edwin mempunyai lebih banyak teman daripada Erik, jadi apabila Erik membalasnya Edwin akan dibela oleh teman-temannya. Suatu hari Edwin seperti biasa sedang bermain dengan tema-temannya, dan tiba-tiba Erik melihat Edwin dipukuli oleh beberapa orang yang tidak dikenal. Teman-teman Edwin hanya dapat melihat dan kabur. Erik pun langsung menarik Edwin dan lari, dan mereka bersembunyi di rumah tua yang sudah tidak berpenghuni. Erik bertanya kepada Edwin “kok kamu digebukin si?”, dan Edwin menunjukan sebuah kalung emas. Erik sempat bingung untuk beberapa saat, dan Erik berpikir bahwa Edwin telah mencuri.”kamu mencuri win?”, dan Edwin menjawab”iya”. Erik langsung menggelengkan dan bilang ”astaga win, kamu udah ngapain, tobat”. Edwin hanya menundukan kepalanya dan terdiam untuk sejenak dan Edwin bilang “tapi,hanya dengan cara ini teman-teman mau berteman dengan saya”. Lalu Erik menjawab ”sekarang aku Tanya, temen-temen kamu mana?”. Edwin kembali menjawab ”kabur”, dan Erik menjawab “kalo dia temen-temen kamu mana mungkin mereka meniggalkan kamu”. Edwin merasa omongan Erik benar dan Edwin meminta Erik untuk menemaninya untuk mengembalikan kalung itu. mereka berdua mengembalikan kalung itu, dan awalnya warga nampak masih kesal dan Erik harus berbohong ”bukan dia yang mengusulkan untuk mencuri, tapi temannya yang bernama heri”. Warga masih tidak percaya dan Erik menyakinkan warga “masa orang afrika mencuri?, ngomong bahasa sini aja ga bisa”. Warga-warga pun percaya dan mereka meminta kalung tersebut, dan Edwin mengasihnya. Warga langsung pergi setelah mengambil kalung dari Edwin. Teman-teman Edwin nampak kembali dari persembunyiannya, awalnya Edwin ingin kembali ke teman-temannya, tapi dia sadar bahwa mereka bukan teman-temannya yang sesungguhnya. Dan Edwin nampak berpaling dari mereka dan mengikuti Erik untuk menjauh dari mereka. Saat masuk Edwin nampak seperti anak baru lagi karena dia nampak seperti dulu lagi. Erik pun senang karena Edwin bisa seperti dulu lagi, walaupun terkadang Edwin sering dikucilkan oleh teman-teman lamanya, tapi Edwin nampak biasa saja dan berteman dengan Erik lagi. Karena Erik nampak kasihan kepada Edwin aku pun mengenalkan Edwin kepada teman-teman Erik. Edwin nampak cepat berbaur dengan teman-teman Erik dan akhirnya Edwin, Erik, dan teman-temannya akhirnya dapat berteman seperti dulu lagi. Dua tahun telah berlalu Edwin harus kembali ke rumahnya yaitu di Afrika, karena orangtuanya telah dipindahkan kembali ke Afrika. Erik turut sedih karena Edwin telah menjadi teman baik bagi Erik. Erik mengantar Edwin dan keluarganya ke airport. Awalnya mereka berdua nampak biasa saja, tapi saat nama keluarga Edwin dipanggil untuk memasuki pesawat mereka berdua nampak sedih sekali, lalu Erik bilang” hubungi aku apabila kau sudah di afrika sana”. Dan Edwin menjawab “ok”. Erik pulang dengan rasa sedih dan dia akhirnya dapat membuang kesedihan itu saat Edwin menelpon Erik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar