Kamis, 16 Februari 2012

Dina 30 Tahun ke Depan by Shalsabillah Gemi Nastiti

Malam itu Dina tertidur pulas di kasurnya. Buku-buku berserakan di tempat tidur dan lantainya. Yaa.. dia tertidur saat belajar. Besok adalah hari yang sangat membuat Dina gelisah. Besok dia akan melaksanakan ulangan fisika. Pelajaran yang sangat tidak ia sukai. Entah mengapa dari awal ia masuk kelas 1 SMP, ia selalu susah menangkap rumus-rumus dan pelajaran fisika tersebut. Salah satu alasan yang membuat dia susah menangkap pelajaran itu adalah karena guru fisikanya yang sangat killer! selain itu memang sifat malasnya yang sangat parah dan selalu menganggap enteng segala hal. Dina adalah anak yang sangat super duper malas. Sudah menjadi tradisi mamanya untuk memarahinya karena sifat malasnya. Mamanya sudah capai dengan sifat malas anaknya ini. Alarm berbunyi, saat Dina mendengar alarmnya, ia membuka matanya dan meloncat dari tempat tidurnya. Dilihatnya jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 6.45. keadaan pun semakin gawat. Saat diketahuinya ulangan fisika berlangsung 15 menit lagi. Dina langsung lari secepat kilat menuju kamar mandinya lalu bersiap-siap. Dina sering kali seperti ini di pagi hari. Walaupun mamanya sudah menggedor-gedor pintunya sekeras apapun, dan teman-temannya yang menelfoninya berkali-kali, dia tidak akan bangun. Itu bukan karena dia tuli, tetapi rasa malasnya yang membuat dia tidak beranjak dari tidurnya. Jam sudah menunjukkan pukul 7 tepat. Itu artinya sekolah sudah masuk. Dan pastinya murid-murid kelas ix-4 sudah siap ulangan fisika. Bu Fidha sudah membagikan kertas ulangan kepada anak-anak. Sedangkan Dina, dia sedang gelisah di dalam bis yang di naikinya. “aduuh.. gimana ini?? Masih sempat ulangan fisika ga ya??”. Sambil melihat jam tangan di tangannya. Walaupun Dina tidak suka dengan pelajaran fisika, tetapi setidaknya dia punya nilai untuk ulangannya. Karena nilai-nilai di kelas 9 ini, akan sangat mempengaruhi nem Ujian Nasional nanti. Ia semakin panik saat dilihatnya pintu gerbang sudah akan mau ditutup oleh satpam sekolahnya. Dia berlari secepatnya ke pintu gerbang yang akan ditutup oleh satpam. “Pak, pak! Ayoolah pak.. jangan dulu tutup gerbangnya. Izinkan saya masuk pak. Aduh pak saya mau ulangan nih pak..” katanya sambil memohon. “Peraturan tetap peraturan! Kalau sudah jam 7 tepat, gerbang ini harus saya tutup.” Kata satpam berkumis lebat itu kepada Dina. Dina semakin kesal, akhirnya ia mempunyai ide cermelang. “Pak, pak! Ada upil tuh!”. “hah? Mana??”. Saat satpam itu berkaca di kaca pos-nya, Dina langsung lari secepat-cepatnya kedalam sekolah. Dina memang anak yang usil lebih tepatnya. “heey kamu! Awas yaa nantii!! Saya adukan kamu ke kepala sekolah!”. Teriak satpam berkumis tebal itu ke Dina. “memangnya takut?”. Teriak Dina lagi ke satpam itu sambil tertawa dan memeletkan lidahnya. Satpam itu hanya terdiam dan menggelengkan kepalanya. “memang anak muda jaman sekarang cerdik-cerdik semua. Ckckck”. Dumel satpam itu sendiri. Akhirnya Dina sampai di depan kelasnya dengan selamat tanpa ketahuan dengan guru-guru piket. Sambil mengatur napasnya kembali, dilihatnya teman-temannya sedang mengerjakan soal-soal ulangan fisika. Dan dilihatnya pula bu Fidha sedang mengawasi mereka. Tidak lama kemudian, pintu kelas berbunyi karena ada yang mengetuk. Semua pandangan tertuju pada pintu kelas. Tidak lama kemudian bu Fidha membuka pintu kelas ix-4 tersebut. Dilihatnya seorang perempuan berdiri menunduk di depan pintu kelas. “Dina! Kenapa kamu baru datang?! Kamu terlambat 15 menit!”. Bentak bu Fidha. “maa.. maaf buu.. saa.. saya kesiangan bu.” Jawab Dina dengan wajah tertunduk. “kamu tidak boleh ikut ulangan! Kamu akan ikut ulangan susulan nanti di kantor guru! Sendirian! Temui Ibu sehabis istirahat pertama nanti! Sekarang silahkan kamu tunggu di depan kelas”. Wajah Dina langsung melongok. Dia menyesal datang terlambat. Karena dia tidak bisa ikut ulangan bersama teman-temannya. Dan pastinya tidak bisa mengikuti acara menyontek berjamaah. Selama bu Fidha memarahi Dina, anak-anak tidak menyia-nyiakan waktu kosong itu. Karena itulah waktu dimana mereka sibuk mencari jawaban soal ke teman-temannya. Selama ini anak-anak mengatakan bu Fidha sebagai guru killer, karena selain orangnya yang galak dan cerewet, matanya juga yang sangat tajam teliti mengawasi anak-anak ulangan. Sehingga anak-anak tidak bisa menyontek sama sekali. Setelah bel berbunyi, tandanya istirahat pertama. Sahabat Dina yang bernama nesha pun akhirnya keluar. “lo kenapa bisa terlambat sih?”. Tanya Nesha ke Dina. “gatau nih nes.. gue kesiangan. Tadi malem gue belajar abis-abisan. Eh tau-tau ketiduran sampe pules.” “ ckckck.. sifat males bangun lo itu yang harus lo ilangin!”. “hehehe.. iya sih.. huhh.. seandainya gue tau sifat malas gue 30 tahun ke depan masih ada apa hilang? Gue berharap sih hilang. haha” selesai berbincang-bincang, mereka berdua ke kantin bersama-sama. “mampus gue! Nanti gue ikut ulangan susulan lagi! Di kantor guru! Sendirian! HAAAAAA!!!”. “hahaha.. yang sabar yaa.. soalnya susah-susah loh..”. Kata Nesha meledek. “aduh please deh nesh.. gausah bikin gue tambah keki.” Nesha tertawa melihat tingkah laku sahabatnya itu. Setelah bel berbunyi tanda pulang sekolah, mereka pulang bersama menaiki bus yang setiap hari mereka naiki. “gilaaak.. soal-soal fisikanya gaada sama sekali yang gue ngertii!!”. Teriak Dina ke Nesha. “biasa aja kali mba.. gausah teriak di kuping gue juga.. hhh”. Jawab Nesha kesal. “iyaaiyaaa maap nesh… huhh gitu aja marah sih cantik.” Goda Dina. “hiihh.. jijiik!”. Akhirnya Nesha sampai di depan rumahnya. Dan pastinya dia turun duluan. “ Byeee!”. Teriak Nesha di luar bus ke Dina. Dina hanya duduk terdiam dan melambaikan tangannya ke sahabatnya itu. Dina merasa hari ini adalah hari tersialnya. Sesampainya Dina dirumah, tidak ada yang membukakan kan pintu rumah. Ternyata pembantu dan mamanya sedang pergi berbelanja di supermarket. Tetapi untungnya kunci rumah dititipkan ke tetangga. Sehingga Dina bisa masuk. Sampai di kamar, Dina melempar tasnya ke kasur lalu membaringkan badannya di kasur. Lalu Dina terdiam sebentar menatap keluar jendela kamarnya. Ya hari itu sangat melelahkan untuknya. Dina sangat bosan dirumah sendirian. “kenapa gue orangnya males ya?”. Dina bertanya pada dirinya sendiri. “Gimana gue udah besar nanti ya? Jadi orang sukses kah gue? Atau hanya menjadi sarjana pengangguran? Huuh.. andaikan gue tau gimana gue nanti besar?”. Lalu dia berjalan keluar kamar. Dina sangat bosan. Dan berfikir, “apakah masih ada barang alm. kakek jaman dulu? Kalau ada, aku mau mencarinya ah! Kan keren pasti” ucap Dina dalam hati. Lalu tujuan dia mencari barang kuno itu ada di gudang. Dina berada di sebuah gudang rumahnya. Lalu Dina berjalan mencari-cari di setiap sudut. Di temuinya banyak barang-barang bekas jaman dulu kakeknya. Entah mengapa, ia melihat satu barang yang menurut Dina paling bagus dari barang yang lain. Yaitu telepon jaman dulu yang cara pemakainnya masih memutar sebuah lingkaran untuk memencet nomor tujuan. Dina tertarik dengan telepon itu. Diambilnya telepon itu dan dibawanya ke kamarnya. Lalu Dina mencoba menyalakan telepon itu. Dan ternyata masih berfungsi! Dina mulai mencoba menekan tombol yang dia tuju, yaitu nomor telepon Nesha. Tetapi tidak ada yang mengangkat sama sekali. Lalu Dina iseng-iseng menekan nomor yang di tuju. Dan ternyata ada yang mengangkat! “ halo.. halo.. spada?” ucap Dina. Tetapi tidak ada yang menjawab yang Dina ucapkan. Akhirnya Dina mengakhiri telepon itu. “kayaknya ngerjain orang seru juga nih.. hahaha”. Ucap Dina jail. “tapi besok aja deh ngerjainnya, atau nanti malam. Sekarang gue tidur dulu aja deh.. hoaamm”. Ucapnya lagi. 2 jam pun berlalu, Dina masih tertidur. Tidak lama kemudian suara klakson mobil berbunyi dan membangunkan Dina. Mamanya telah pulang dari supermarket. Dia bangun dan membukakan pintu gerbang. Tidak terasa hari sudah mau maghrib. Dina akan segera berbuka puasa dan melanjutkan keusilannya lagi. Kali ini Dina benar-benar ngasal menekan nomor yang dituju. Tiba-tiba saja telepon itu tersambung. “ halo..?? spadaa..”. sapa Dina di telepon. “ini dengan Dina, disana siapa ya?” ucapnya melanjutkan pembicaraannya lagi. “ini dengan Dina 30 tahun kedepan.” Ucap wanita yang berbicara di telepon itu. Dina terkejut kaget! Dia tidak percaya dengan wanita yang berbicara dengannya pada saat itu. Kali ini Dina yang kebingungan. Karena orang yang di telepon oleh Dina adalah Dina 30 kedepan nanti. “Ini tidak mungkin!” ucapnya dalam hati. Lalu dia melanjutkan pembicaraannya lagi. “ hah? Maksudnya? Kamu itu aku? Atau? Sumpah aku ga ngerti!” ucap Dina kebingungan. “ iyaa... aku adalah kamu. Di 30 tahun depan nanti kamu akan menjadi orang yang sukses. Aku ini kamu di 30 tahun depan nanti. Kalau kamu tidak percaya, sekarang aku lagi kerja di kantor swasta, selingan kerjaanku adalah guru fisika di SMP. Aku punya apartemen sendiri, aku masih gadis.” Dina tidak percaya! Ternyata dia di 30 tahun depan nanti belum punya cowok! Hell! Dan yang lebih penting lagi adalah dia menjadi guru fisika! Pelajaran yang tidak Dina sukai! “Ini ga mungkin!” Jeritnya dalam hati. “aku belum punya cowok, karena aku orangnya cuek, malas dan terlalu sibuk dengan pekerjaan ku.” Ucap wanita yang mengaku Dina 30 tahun kedepan nanti. “itu benar-benar sama denganku!” ucap Dina dalam hati. Dina benar-benar tidak menyangka. Telepon kuno kepunyaan alm. kakeknya jaman dulu tersambung ke masa depan Dina nanti. “kamu ngga bohong kan ya? Aku serius loh.. memangnya di 30 tahun depan nanti ada apa saja? Sudah semakin berkembangkah teknologi?” kata Dina menguji kebenaran kata-kata wanita itu. “oo tentu saja. Di jaman ku sekarang, aku hanya perlu menggunakan lift yang bisa dituju kemana saja. Tidak bayar lagi. Lalu aku hanya perlu makan sekali 2 hari. Makanannya pun hanya biskuit. Kau masih tidak percaya juga?”. Ucap wanita itu meyakinkan. “baiklah aku akan percaya denganmu. Tetapi sekarang yang aku tanyakan kenapa kita bisa terhubung? Aku ini adalah kamu.” “aku juga tidak tahu kenapa.. mungkin berkat telepon kuno alm. kakekmu ini kita bisa terhubung.” “mungkin saja.. hm.. baiklah.. tetapi untuk apa kita harus terhubung? Apa untuk membuat ku semakin rajin karena aku tahu 30 tahun depan nanti aku akan menjadi orang yang sukses? Tetapi.. ini gila! Aku jadi guru fisika? Ini ga mungkin. Aku kan ga suka sama sekali sama pelajaran itu!” “ya begitulah.. semakin kamu gasuka sama pelajaran itu, mungkin kamu bakal jadi orang yang penting dari pelajaran itu.” Dina semakin bingung. Akhirnya mereka mengakhiri pembicaraan mereka dan akan melanjutinya besok. Pada keesokan harinya, Dina tidak terlambat bangun dan masuk sekolah. Bahkan dia semangat pergi sekolah pagi itu. “gue harus ceritain semua ini sama Nesha!”. Ucap Dina di dalam bus yang dia tumpangi setiap harinya. Sesampainya Dina di sekolah, Dina langsung mencari Nesha sahabatnya. Tak lama kemudian Dina menemukan Nesha di bangku kelas sendirian. “Nesha!! Pokonya nanti lo buka puasa dirumah gue ya! Gue mau ngasih tau lo sesuatu!” “iyaaa..iyaa.. ngasih tau apa?” “gue nemuin gue di 30 tahun nanti lewat telepon kunonya alm. Kakek gue” ucap Dina bersemangat. Nesha tidak percaya dengan omongan Dina. Nesha beranggapan Dina sedang capai. Nesha hanya medengarkan Dina bercerita. “ iyaa..iyaa..”. Setelah mereka pulang sekolah, mereka langsung menuju rumah Dina. Waktu berbuka puasa masih 1 jam setengah lagi. “ ayo Din! Sekarang aja kita teleponnya gue masih engga percaya.” Dina mengambil telepon kunonya di kolong tempat tidurnya. Dina tidak memberi tahu ibunya kalau dia mengambil telepon kuno kakeknya dari gudang. Setelah itu Dina memasangkan kabel teleponnya dan memulai menelepon. “nomornya lo simpan kan Din?” ucap Nesha. “ yaiyalah Nesh.. ya masa gue buang.” Lalu Dina menekan nomor telepon wanita itu yang dia simpan di secarik kertas. Mereka berdua masih menunggu diangkatnya telepon itu. Sudah beberapa kali Dina mencoba meneleponnya, tetapi tidak diangkat-angkat. “mana Din? Kok ga diangkat-angkat sih? Jangan-jangan lo ngigo ya?”. Kata Nesha mulai bosan. “heh! Enak aja lo! Gue ga ngigo! Tapi beneran kemarin diangkat kok, katanya dia itu adalah 30 tahun kedepannya gue! Gue masih mau cari informasi lagi sekarang. Tapi kenapa ga diangkat-angkat ya?”. Tidak lama kemudian telepon itu diangkat juga. “haloo… ini masih Dina 30 tahun ke depan?” “ iya…ini Dina kan?” ucap wanita itu. “Iyaa.. benar.. aku masih ingin bertanya-tanya lagi. Boleh kan? “tentu saja boleh.. mau bertanya apa?” “apakah aku di 30 tahun kedepan nanti benar-benar menjadi orang yang sukses? Apakah aku masih malas?” tanya Dina bersemangat. Sedangkan temannya Nesha hanya bingung dan terdiam melihat temannya itu. “aku tidak tahu.. aku ini bukan peramal. Ingat yaa.. aku ini adalah kau. Jadi aku tidak bisa menilai, kau lihat saja dirimu sendiri bagaimana? Apakah masih mals juga?.” ucap wanita itu. “oiyaya… hem.. maaf deh.. kamu ini sebenarnya benar-benar aku tidak sih?”. “hem.. aku hanya ingin memberi tahumu, lebih baik kau rajin-rajinlah belajar dan bersekolah. Agar masa depanmu tersusun dengan baik dan menjadi orang yang sukses.” “lah.. katanya kau bukan peramal, kau adalah aku kan? Tetapi kenapa kau memberi saran untukku agar aku menjadi lebih baik lagi?” “yaa… karena aku adalah ibumu.” Tidak lama kemudian mama Dina masuk ke kamarnya sambil memegang telepon dan tersenyum. Dina dan Nesha ternganga kaget. “loh mama?” ucap Dina kaget. “iyaa.. mama kemarin menerima telepon dari nomor yang tidak mama kenal di telepon seluler mama. Setelah mama mendengar suaranya, ternyata itu suara mu. Mama tahu pasti kamu akan menjahili orang kan? Dari pada kamu menjahili orang, lebih baik mama yang menjahilimu.” Ternyata selama ini Dina 30 tahun kedepan adalah mamanya Dina sendiri. Mama Dina melakukan itu karena mama Dina sudah pusing dengan tingkah laku Dina yang malas dan tidak bisa berubah. Jadi mama Dina berpura-pura menjadi Dina 30 tahun kedepan untuk memotivasikan Dina agar menjadi tidak malas lagi. Dina tidak marah dengan pengakuan mama ini. Dina dan Nesha tersenyum. “sumpah ma.. aku masih ga percaya kalo selama ini aku berbicara dengan mama. Terimakasih ya ma.. mama udah repot-repot menyamar jadi Dina 30 tahun kedepan hanya untuk membuat aku menjadi rajin lagi. Itu hal yang gila ma. Tapi itu keren” ucap Dina. “awalnya mama hanya iseng mengerjaimu, tetapi mama pikir-pikir tidak ada salahnya mengerjaimu bila itu membuatmu akan lebih baik lagi. Maafin mama ya udah berbohong sama kamu” “gapapa kali ma.. toh itu membuat aku jadi lebih rajin lagi dan termotivasi lagi untuk jadi orang yang sukses. Makasih ya ma untuk semuanya. Mama udah repot-repot banget nyamar-nyamar jadi Dina 30 tahun ke depan. Gila ya. Ternyata semalas itu gue? Ckckck” ucap Dina tidak percaya. “naah.. makanya lo sekarang jangan malas-malas lagi ya Din.. kasian tuh nyokap lo udah susah payah nyamar hanya buat lo untuk jadi lebih baik lagi.” Kata Nesha. “iyaa bu hajii.. hahahaha” mereka tertawa bersama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar