Rabu, 08 Februari 2012

Echa dan Ian by Vania Azaria B

Seperti biasa, Kesha, Adrian, Shela, Vino, dan Zura sedang bermain bersama sore itu. Yang berumur lima tahun yang perempuan, yang berumur 6 tahun yang laki-laki. Mereka semua teman sepermainan. Selalu bersama dan bermain bersama. Mereka mempunyai panggilan kecil tersendiri, karena penyebutan huruf mereka belum lancar. Seperti Kesha dipanggil “Echa”, Adrian dipanggil “ian”, Shela dipanggil “Ela”, Vino dipanggil “pino”, dan Zura dipanggil “Yura”. Sore itu mereka bermain sepeda. Kesha sedang berjalan ke belokan taman bermain komplek begitu juga Adrian. Tetapi mereka berjalan dari arah yang berlawanan. Kesha mengayuh sepedanya sangat cepat sambil membunyikan bel sepedanya. Ketika bertemu di belokan ‘BRAKK’. Mereka bertabrakan dan terjatuh. Tangan Adrian tergores aspal. Ia menangis. Anak-anak yang lain datang mengerubungi. “hayoo Echa bikin Ian luka”, “Echa jahat Echa jahat”, “Echa ga boleh gitu sama Ian” “Echa, Ian nangis tuh”. Begitu lah yang teman-teman lain katakana pada Echa. Echa tidak tahu harus berbuat apa dan akhirnya ia menangis. Adrian dan Kesha menangis berbarengan. Tapi sesaat Adrain berhenti menangis melihat Kesha menangis. “loh Echa kok kamu nangis? Kan yang luka aku harusnya aku yang nangis kok malah kamu?” kata Adrian. “aku takut kamu marah, aku takut yang lain ga mau temenan sama aku. Itu kan sakit banget” sahut Kesha sambil menangis. “Gapapa kok gak sakit. Aku mau temenan sama kamu” Adrian tersenyum sambil mengajak Kesha ke taman tempat teman yang lain berkumpul. Akhirnya mereka bermain kejar-kejaran. Mereka hamper melupakan kejadian Kesha ketika itu karena seru bermain. Tetapi ketika Kesha berlari kea rah Adrian ‘BRUKK’. Adrian jatuh lututnya terluka. “ih Echa jahat banget ya” “Echa bikin Ian luka dua kali” “aku ga mau ah temenan sama Echa” “aku mau pulang aja dari pada dilukain Echa”. Begitu teman-temannya berkata. Adrian menangis. Adrian meniup-niup lututnya yang perih itu. Kesha menangis lagi, dan kali ini lebih keras. Teman-teman yang lainnya sudah pulang. “Jangan nangis lagi cong, Cha! Kan yang sakit aku” Kata Adrian polos dan berhasil membuat Kesha berhenti menangis. “sakit gak?” Tanya Kesha penasaran. “Iya” Adrian mengangguk polos. “Rasanya gimana?” Kesha tetap bertanya. “Kaya ditusuk-tusuk gitu, Cha!” jawab Adrian. “ih jangan-jangan ada jarumnya tuh” Kesha panic. “engga kok kalau udah sembuh juga ditusuk-tusuknya hilang” jawab Adrian sambil tersenyum juga meniup-niup lutunya itu. “ya udah aku bantuin tiup ya” Kata ECha. Setelah beberapa lama, mereka baru menyadari mereka tinggal berdua saja. Dihati Kesha ia berkata “sejahat apa sih aku? Sampai temen-temen aku ngejauhin aku. Emang aku sebahaya itu?”. Tiba-tiba Kesha bilang kepada Adrian “ga ada yang mau temenan sama aku, kamu ga mau pulang?”. “engga, kamu temen yang baik kok” kata Adrian sambil tersenyum. Kesha hanya bisa menundukan kepala. “kita main yuk, cha!” ajak Adrian. Kesha mengucekan matanya yang basah dan meraih tangan Adrian. “yuk tapi kamu yang jaga ya!” kata Kesha. “loh kok aku yang harus jaga?” Tanya Adrian bingung. “kan kamu cowo! Ayo balik badan” kata Kesha. “oh iya ya” pikir Adrian polos sambil berbalik badan ke arah pohon besar. Kasha mencolek jarinya ke punggung Adrian. “yang ini?” Adrian menunjuk jari telunjuk Kesha. “bukan” jawab Kesha. “yang ini?” kali ini ia menunjuk ke jari manis. “bu-kan” jawab Kesha senang. “kalau yang ini?” kali ini ia menunjuk kelingking Kesha. “bener” Kesha senang. Adrian berbalik arah untuk menghitung. Tetapi belum jadi Kesha berlari ia bilang “kamu serius mau main sama aku?”. “iya” jawab Adrian dengan senyuman. “kamu bakal nyari aku sampai ketemu kan?” Tanya Kesha takut. “pasti bakal aku temuin” kata Adrian. Mereka berdua memulai permainan. Kesha bersembunyi di balik semak lebat. Ia tertawa senang karena amsih ada yang mau berteman dengannya. Adrian selesai menghitung. Ia mencari Kesha. Tetapi saat itu Adrian susah mencari dimanakah Kesha. 30 menit berlalu. “Echaaa kamu dimana? Udah malem nih!” Tanya Adrian teriak karena hari sudah mulai gelap. Kesha tetap cekikikan karena ia susah dicari. Saat itu pembantu Adrian datang, “Adrian, ayo pulang! Disuruh mama!”. “yah, tapi echa?” sahut Adrian. “ayo Adrian nanti dimarahin mama! Rumah kamu kan mau di perbaiki kamu harus pindah” kata pembantu itu dan langsung menarik tangan Adrian. 15 menit kemudian Kesha bingung kemana Adrian pergi apakah ia meninggalkannya? Benar. Di balik semak-semak itu Kesha menangis. Kali ini ia menangis tanpa suara. Ia tak tahu harus berbuat apa, dan ia pun tak tahu jalan pulang. Gelap pun datang ketika itu. Langit telah hitam. Tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya. “rumah kamu dimana? Aku anter pulang yuk” ketika itu Kesha terdiam “di situ” sambil menunjuk rumahnya yang lumayan jauh di depan mata. “aku anterin yuk, kamu jangan nangis” kata seorang cowok sekitar berumur 6 tahun itu dengan senyuman. Kesha meraih tangan lelaki itu dan pulang. 10 tahun kemudian….. “mah Kesha berangkat!” kata Kesha sambil mencium pipi mamanya itu dengan terburu-buru. Hari ini adalah hari pertama ia SMA. Ia tidak mau telat setelah memasuki MOPD. MOPD kali ini ia tidak hadir karena izin pergi ke Amerika. Sahabat karibnya Shela sekalian teman masa kecilnya telah menunggu di punti gerbang sekolah begitu juga dengannya belum masuk selama MOPD. Hari ini Kesha naik angkot karena papanya masih di Amerika. Justru itu mereka berdua tidak boleh terlambat karena mereka belum tahu dimana kelasnya. “nah ini dia si Echa” panggil Shela sahabatnya dari umur 5 tahun itu. “hey, gue telat ya aduh” kata Kesha menyesal. “lo udah tau kela skita dimana?” Tanya Kesha. “belum” jawab Shela polos. “aduh lo tuh ya bukannya dilihat dulu kelas kita dimana! Ayo kita lihat” ajak kasha sambil menarik tangan sahabatnya itu. Ini adalah SMA Bangsa Internasional atau sering disingkat SMA BI. Sekolah ini adalah SMA favorite si daerah sini. Ternyata Kesha dan Shela satu kelas. Mereka langsung berlari menuju kelasnya di lantai 2. Diperjalanan menuju kelas karena terburu-buru, mereka berdua tidak peduli terhadap orang-orang yang tersenggol. Anak kelas 2 bernama Adrian adalah kakak kelas Kesha di sekolah itu. Mereka tidak menyadari satu sama lain dan tidak saling kenal. Adrian setelah kejadian petak umpet itu pindah selama 9 tahun dan kembali SMA di SMA BI ini juga kembali ke rumah lama. Ia mempunyai sahabat karib bernama Tio. Mereka pun sering berdua selalu. Di tangga menuju lantai 2, Kesha dan Shela tidak sengaja menabrak Tio dan Adrian. Bukannya minta maafm mereka malah terus saja berjalan ke kelasnya. “wah songong banget tuh anak kelas 1. Pasti anak baru, baru lihat gue mukanya” kata Tio kepada Adrian. “haha biarin aja, bakal gue babat abis tuh anak ga sopan sama kita yo!” sahut Adrian. Mereka berdua akhirnya pergi ke kelas masing-masing. Pulang sekolah, Kesha bertemu dengan Adrian, “eh kak, tau lapangan basket indoor disini gak kak?” Tanya Kesha. Adrian tahu ini cewek yang menabraknya ketika di tangga. Ia mempunyai ide bagus untuk membalas dendam. “kak? Kok bengong?” kejut Kesha sambil menepuk lengan Adrian yang berotot itu. “oh iya, lurus aja nanti lo belok kiri. Abis itu ada pintu gede nah lo masuk situ” jawab Adrian. “oh gitu thanks ya kak” sahut Kesha sambil tersenyum. Belum sempat kasha berjalan Adrian menarik tangannya “eh ngapain ke lapangan basket indoor?” Tanya Adrian penasaraan. “enggak, mau lihat yang latihan. Kan biasanya anak basket ganteng-ganteng. Apalagi kapten timnya! Gue pacarin tuh!” Jawab Kesha semangat. Ia tak tahu bahwa kapten tim basket ialah yang berada di depannya. Adrian adalah kepala tim basket. Sudah jago, pintar, kaya, wajahnya pun tampan. Tak bingung wanita-wanita SMA ini mengagumi dirinya samapi primadona sekolah ini pun begitu walaupun sudah putus dengan Adrian. “oh, yakin mau macarin dia?” Tanya Adrian sambil tertawa di hatinya. “iya dong, dia pasti tergila-gila sama gue!” jawab Kesha pede. “eh lo siapa? Kelas 2 ya?” Tanya Kesha. “gue Adrian, iya gue kelas 2. Lo siapa? Pasti anak kelas 1?” Tanya Adrian. “oh kenalin gue Kesha kelas 1” Adrian tersenyum meninggalkan Kesha yang menuju ke ruangan yang ditunjuk Adrian. Sesampai di rumah, Kesha terdiam. Ia kesal ternyata yang ditunjunk Adrian bukannya lapangan basket indoor, bahkan yang ditunjuk ialah ruangan karate yang anak-anaknya sedang ganti baju. Untung saja Kesha tidak mati berdiri. Tapi saat itu ia bosan di rumahnya. Akhirnya ia pergi ke taman dekat rumahnya yang saat itu menjadi letak Kesha dan Adrian bermain. Tetapi saat itu dua bulan yang lalu kepala Kesha terbentur stir mobil ketika sedang latihan mengendarai. Ketika itu ia amnesia. Yang ia ingat hanya Shela, papa, dan mama. Saat itu ketika ia berjalan menuju taman, ia melihat lelaki yang familiar sekali dengannya. Tanpa tersadar bahwa itu Adrian. Kesha pun sadar. Kesha menuju lelaki itu dan, “eh elo, lo tinggal di sini?” Tanya Adrian bingung yang ternyata adik kelasnya itu sekomplek dengannya. “iya, dan lo rese banget!” jawab Kesha sambil mendorong Adrian. “eh lo nyari masalah aja sih dorong-dorong gue!” kasar Adrian. “lo yang nyari masalah duluan! Gue nanya baik-baik dimana lapangan basket indoor eh yang dikasih tunjuk ruang karate. Mana lagi pada ganti baju iiih untung y ague ga pinsan di sana!” bawel Kesha yang hanya ditanggapi senyuman dari Adrian. “lo sih ngapain nabrak gue di tangga? Inget ga lo?” Tanya Adrian sambil tersenyum sinis. Kesha memainkan rambutnya yang tebal panjang dan hitam itu dan berkata “oh itu elo? Sorry gue buru-buru”. “terus ga minta maaf?” Tanya Adrian sambil mengeshoot bola basket ditangannya dan masuk! “iya gue minta maaf deh. Sepele banget sih” sahut Kesha. “lo anak basket? Apa jangan-jangan lo kaptennya?” Tanya Kesha malu. “haha iya, kenapa? Malu? Katanya mau macarin kaptennya?” Adrian tersenyum sinis. Kesha mulai ngambek dan merebut bola dari tangan Adrian yang sedang memegang bola. Tapi belum sempat diambil Kesha jatuh tersandung kaki Adrian yang panjang itu. “aduh” keluh Kesha. “eh lo kenapa?” Tanya Adrian sambil jongkok mendekati Kesha. PLAKK. Ditamparlah Adrian. “eh apaan sih lo mending gue bantuin” Tanya Adrian. “lutut gue sakit tau!” keluh Kesha hampi menangis. Saat itu matanya tertuju pada semak-semak. Pusing menghampiri kepalanya. Yang teringat olehnya ialah kata “Echa”. “Echa?” kata Kesha tiba-tiba. “ha? Echa siapa?’ ka aAdrian. Saat itu ia mengingat-ingat echa yang dulu sering melukainnya. “lo echa?” Tanya Adrian. “ha? Gue Kesha” jawab Kesha bingung. “bukan, dulu pas kita kecil lo kita panggil echa, dan gue lo panggil Ian. Masa ga inget sih?” Tanya Adrian. Kesha menangis tentang dirinya yang amnesia. Di taman itu ia duduk di kursi taman menundukan kepala dan menangis. “cha, lo kenapa?” Tanya Adrian. “lo ga tau yang sebenernya!” jawab Kesha yang membuat Adrian bingung. “ha? Maksdunya?” Tanya Adrian. “ceritanya panjang” kata KEsha. “kenapa? Gue siap kok dengerin” rangkul Adrian dengan senyumannya yang bisa bikin meleleh satu sekolah jika ia menunjukannya. “gue amnesia sejak dua bulan yang lalu kata mama gue. Yang gue inget Cuma mama, papa, dan Shela. Gue ga inget semuanya dan lo mau akn bantuin Shela biar gue inget semuanya tentang masa lalu gue? Karna lo temen masa kecil gue” Tanya Kesha sambil tersenyum. Matanya masih berair. “oh oke, kamu gapapa kan?” Tanya Adrian. Kini mulai lembut karena ia sangat mengerti perasaan Kesha saat ini. “makasih ya” kata Kesha sambil tersenyum. Ia tak menyangka ternyata kapten tim basket berada di depannya saat ini. Mereka bertukeran nomor hpnya. Saat itu mereka pulang e rumahnya masng-masing karena hari muali gelap. Malam itu mereka asik berbicara lewat hp. Telfonan malam-malam. Sampai besoknya Kesha dijemput Shela untuk ke sekolah. Pulangnya ia ke lapangan basket indoor untuk melihat Adrian yang dikaguminya itu. Tanpa disadari ada Dinda sang sok senior tetapi primadona itu sedang menunggu sang mantannya, Adrian. Kesha hanya ingin meletakan botol air minum di atas tas Adrian tetapi dibuang Dinda. “eh sok banget sih kelas satu udah sok baik di depan pacar gue!” bentak Dinda sampai Adrian melihat mereka. “eh apa-apaan ini?” Tanya Adrian. Kesha yang mentalnya lemah hanya bisa menangis. “liat ya adek kelas kamu tuh sok baik pake ngasih minuman segala buat kamu” jawab Dinda manja kepada Adrian. Baru mau memegang tangan Adrian Dinda langsng diusri. “sana deh lo, lo bukan siapa-siapa gue lagi. Hak dial ah mau ngasih minuman buat gue atau enggak” bentak Adrian sambiil merangkul Kesha. Berharap ia tidak apa-apa. Dinda langsung keluar dan pulang. Kesha masih menangis berdiri. “kamu jangan nangis. Aku bialngin ya, dulu tuh kamu bikin aku jatoh berkali-kali aku ga nangis yang nangis malah kamu. Masih aja udah 15 tahun kayak gini. Ayo jangan nangis!” Kesha berhenti menangis “maaf kak, kalau aku ganggu aku pulang aja” kata Kesha sambil berbalik. “eh tunggu” Adrian meraih tangan Kesha. “jangan pulang, tungguin aku kita pulang abreng ya” ajak Adrian. “ga usah kak aku bisa pulang sndiri” kata Kesha. “aku bawa mobil, udah lah bentar lagi kok tunggu ya cantik kita pulang bareng” kata Adrian sambil tersenyum. Hati kasha berbunga-bunga. Ia tak menyangka akan dibilang cantik oleh cowok terkeren di SMA ini. Setelah Adrian berganti baju, ia mengambil botol minum yang tadi mau Kesha beri pada Adrian. “ini bener buat aku?” Tanya Adrian sambil tersenyum yang sekarang mulai menaruh perasaannya pada Kesha. “iya” jawab Kesha malu. “makasih ya” seru Adrian sambil mengacak-acak rambut Kesha. Akhirnya mereka pulang bersama. Ketika sampai di rumah Kesha, mereka duduk di teras. “aku merasa aku pernah main petak umoet bersembunyi di balik semak lebat ujung taman, aku sendirian samapi malam dan aku tak tahu jalan pulang. Tiba-tiba seorang lelaki datang padaku dan mengantarkanku pulang. Kakak tau gak itu siapa? Aku inget itu terjadi ketika aku kecil” Tanya Kesha. Adrian berpikir dan tidak berani mengatakan bahwa ia meninggalkannya di taman ketika itu. Tapi ia sudah berjanji akan membantu Kesha mengingat seglanya. “he is my hero. Kalau ga ada dia, aku ga tau bakal gimana di tempat itu” kata Kesha sambil tersneyum. “kamu ga bakal marah kan kalau aku bilang jujru?” Tanya Adrian. “ya iya lah. Aku mau tau yang sebenarnya!” jawab Kesha tegas. “ceritanya panjang” jawab Adrian. “cerita ayoooo!” paksa Kesha. “dulu kamu sering abnget ngelukain aku. Bikin aku jatuh dan luka” kata Adrian sambil memperlihatkan bekas lukanya di tangannya. ‘ah palingan bentar lagi hilang” kata kasha yakin. “aku malahan ga mau bekas ini hilang, karena ini special” seru Adrian. Kesha salah tingkah mendengar kata itu. “sampai dulu Shela aja ga mau temenan sama kamu lagi karena kamu itu berbahaya” kata Adrian. Mereka berdua tertawa. “samapi waktu itu tinggal aku yang mau temenan sama kamu. Kita berdua min petak umpet aku yang jaga kamu yang ngumpet. Kamu susah banget dicari! Aku aja sampe bingung dan ahirnya aku disuruh pulang sama pembantuku. Saat itu kamu masih bersembunyi. Aku pulang duluan. Sampai di rumah aku menelfon seseoran. Ia juga dulu tinggal disini. Aku memintanya menyarimu dan mengantarkanmu pulang. Aku minta maaf aku tidak bisa mengatakan siapa itu yang menyelamatkanmu” Adrian bercerita. “ayo lah, dia siapa? Aku bakal berterima aksih banget sama orang itu karena telah menyelamatkanku. Dan kamu, malah ninggalin aku!” seru Kesha ngambek. “maaf, Cuma itu yang bisa aku lakuin” senyum Adrian. Adrian pulang dan memikirkan suatu hal. Apakah ia harus mengakatan siapa lelaki itu atau tidak? TApi ia akan memikirkan hal itu besok dan mempertimbangkannya dengan sangat matang. Sudah berbulan-bulan mereka dekat, hamper semua ingatan Kesha pulih. Setiap hari Kesha tetap bertanya siapakah lelaki itu? Tapi mungkin ini bukan saatnya menurut Adrian. Tapi itu membuat kasha marah. “kamu ga niat bikin ingatan aku pulih? Padahal ya aku pengen bisa tahu semuanya. Kalau tau gini aku mending ga usah tau!” bentak kasha sebal. “bukan itu maksud aku! Aku ga mau kamu kecewa! Ini buat kebaikan kamu” seru Adrian. “tapi aku harus tau dia. HE IS MY HERO! Aku ga bakal bisa balik tanpa dia karena kamu yang ninggalin aku!” kasha menangis lagi. Hari itu hari minggu. “kamu jangan nangis” Adrian memeluk kasha yang sedang sakit hati mendengarnya. “aku ga mau kamu sakit hati kalau kamu tau siapa orang itu”. “tapi plis tolong aku pengen tau!” seru Kesha sambil menangis. Kali ini Adrian menturuti aktanya. “ayo kita ke mobil” ajak Adrian sambil meraih tangan Kesha. “ngapain kita ke mobil?” Tanya Kesha. “ga usah nanya, kamu bakal tau sendiri. Tapi mata kamu aku tutup pake kain aku dulu ya” Mereka pergi ke sebuah tempat. Kesha sudah senang karena akan bertemu pahlawannya itu. Ketika sampai, “loh kok kita ke makam orang? Ini siapa?” Tanya kasha penasaran. Adrian tersenyum “katanya kamu mau lihat pahlawan kamu. Ini dia. Dia kanker otak ketika menyelamatkan kamu di semak itu. Besoknya ia kritis dan meninggal” kata Adrian. Kesha mulai menangis tidak menyangka. Dipeluknya lagi Adrian. Ternyata orang ayng menyelamatkan Kesha itu adalah Dion. Tetangga mereka waktu kecil. Mereka berdua menaburkan bunga dan berdoa untuknya. Mereka di pantai. “makasih ya udah mau ngasih tau semuanya, aku inget banget” seru Kesha. Adrian hanya tersenyum. “eh lihat deh matahari yang mau tergelam….” Pembicaraan itu terpotong ketika mereka berciuman di tengah indahnya matahari terbenam. “jadi pacar aku ya, echa” tembak Adrian. Kesha hanya bisa tersenyum senang dan mengangguk. Mereka berjalan menelusuri jalan pantai, seperti kata pepatah “DIA MENCARIMU MATI-MATIAN SAMPAI DAPAT, DAN KAU SETIA MENUNGGUNYA SAMPAI SELAMANYA.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar