Rabu, 23 Maret 2011

Cinta dan Sahabat by Heradea Nuresa

Acara televisi sore ini tak satupun membuat aku tertarik. Kalau sudah begini aku bingung entah apa yang harus aku lakukan. Tio bersama Sany kekasihnya, sahabatku Ricky entah kemana? Mall, bioskop ataupun perpustakaan, bukan tempat yang aku suka, apalagi mesti pergi sendirian.
mmm…Pantai.
Ya pantai. kayaknya hanya pantailah, tempat yang mampu membuat aku merasa damai dan tak aneh jika aku pergi sendirian.
Kuambil jaket, lalu kusamber kunci dan pergi menuju garasi. Kukendarai mobil mama yang nganggur di sana. Papa dan mama lagi keluar kota, jadi aku bisa keluar dan mengendari mobilnya dengan leluasa.
Terik panas masih menyengat, walaupun waktu sudah menjelang sore. Namun tak membuat manusia-manusia di Ibukota berhenti beraktivitas meskipun di bawah terik matahari yang mampu membakar kulit. Jalan-jalan macet seperti biasanya. Dipenuhi mobil dari merek ternama ataupun yang sudah tak layak dikendarai.
Lalu di depan kulihat pemandangan lain lagi. Pedagang kaki lima duduk lesu menunggu pelangannya.
Krisis yang melanda membuat banyak orang hati-hati melakukan pengeluaran, bahkan untuk membeli jajan pasar.Walaupun tak seorang yang menghampirinya, namun dia tetap semangat menyapa orang-orang yang lewat dan akhirnya ada juga satu pembeli yang menuju arahnya.
Sekilas kulihat orang itu kok mirip sekali dengan Ricky. Kugosok-gosok mataku, menyakinkan pandanganku. Kutepikan mobilku, lalu aku berhenti di tepi jalan itu. Dengan setengah berlari, aku mengejar sosok itu.
Ah…kendaraan sore ini banyak sekali, sehingga membuat aku kesulitan untuk menyeberang jalan ini. Tapi akhirnya terkejar juga, dengan nafas tersengal-sengal, kujamah bahunya.
“Ky!” seruku tiba-tiba, sehingga membuatnya terkejut.
“Anda siapa?” tanya Ricky pura-pura tak mengenalku.
“Ky. Sekalipun kamu jadi gembel , aku akan tetap menggenalmu.” jelasku mendenggus kesal.
“Sudahlah, Sophia, jangan membuat aku terluka lagi.” tukasnya begitu sinis seraya beranjak pergi.
“Ky…Ky…knapa kamu tak pernah mau mendengarkan penjelasanku!” teriakku sekeras-kerasnya. Namun bayangan Ricky semakin menjauh dan akhirnya tak kelihatan.
Ricky, Tio dan aku adalah sahabat karib dari kecil. Setelah tumbuh besar, aku tetap mengganggap Ricky adalah sahabat terbaikku, tapi Ricky punya rasa berbeda dari persahabatan kami. Yang aku cintai adalah Tio. Ini yang membuat Ricky menjauhiku. Tapi yang Tio cintai bukan aku, tapi Sany, teman sekelasnya.
Cinta, sulit di tebak kapan dan di mana berlabuh!
Banyak orang tak bisa terima, jika cintanya ditolak, tapi bukankah cinta tak mungkin dipaksa?
Tak mendapatkan cinta Tio, tak membuatku menjauh darinya, tapi aku akan tetap menjadi sahabat baiknya. Walaupun ada sedikit rasa tidak puas, kadang rasa cemburu menganggu hati kecilku, saat kutahu untuk pertama kali, orang yang Tio cintai adalah orang lain.
Aku harus bisa menerima keputusannya , walaupun terasa berat . Bukankah, kebahagian kita adalah melihat orang yang kita cintai hidup berbahagia, baik bersama kita atau tidak?
Tapi tidak dengan Ricky, dia lebih memilih, meninggalkanku, mengakhiri persahabatan manis kami. Pergi dan aku tak pernah tahu kabarnya. Tapi apapun yang terjadi, aku akan selalu berharap suatu saat kami akan dipertemukan lagi.
Karena bagiku, cinta dan persahabatan adalah dua ikatan yang sama. Ikatan yang tak satupun membuat aku bisa memilih satu diantaranya.
Sudah seminggu, setiap hari, aku datang kepersimpangan ini. Berharap bisa melihat sosok Ricky lewat disekitar sini lagi. Tapi, Ricky hilang bagai ditelan bumi. Aku hampir putus asa.
Aku sudah capek menunggu, akhirnya aku bangun dan ingin beranjak pergi. Knapa tiba-tiba, indera keenamku, memberiku insting, kalau Ricky ada di sekitarku.
Kubalikan kepala, kulihat sosok Ricky setengah berlari menyeberang jalan di belakang posisiku. Aku berlari menggejar sosok itu. Kuikuti dia dari belakang. Aku pingin tahu dimana dia berada sekarang.
Akhirnya kulihat Ricky, masuk ke sebuah gang kecil, kuikuti terus , sampai akhirnya dia masuk ke sebuah rumah yang sangat sederhana.
“Knapa Ricky lebih memilih hidup disini, daripada di rumah megah orangtuanya?”
”Knapa dia, tinggalkan kehidupannya, yang didambakan banyak orang?”
”Knapa semua ini dia lakukan?”
“Knapa?”
Banyak pertanyaan yang tiba-tiba muncul di kepalaku.
Setelah dia masuk kurang lebih 10 menit, aku masih berdiri terpaku dalam lamunanku, dengan pertanyaan-pertanyan yang jawabanya ada pada Ricky. Aku dikejutkan suara seekor anak anjing jalanan, yang tiba-tiba menggonggong.
Aku memberanikan diri memencet bel di depan rumahnya itu.
“Siapa?” terdengar suara dari balik pintu.
Aku diam, tak memberi jawaban. Setelah beberapa saat aku lihat Ricky pelan-pelan membuka pintu. Nampak keterkejutannya saat melihatku, berada di depannya.
“Ky…boleh aku masuk?” tanyaku hati-hati.
“Maukah kamu memberikan sahabatmu ini, segelas air putih.” ujarku lagi.
Tanpa bicara, Ricky mengisyaratkan tangannya mempersilahkan aku masuk. Aku masuk keruangan tamu. Aku terpana, kulihat rumah yang tertata rapi. Rumah kecil dan sederhana ini ditatanya begitu rapi, begitu nyaman. Kulihat serangkai bunga matahari plastik terpajang di sudut ruangan itu.
“Ricky, kamu tak pernah lupa, aku adalah penggagum bunga -bunga matahari.” gumanku.
Dan sebuah akuarium yang di penuhi ikan berwarna-warni, rumput-rumput dari plastik dan karang-karang di dalamnya. Ricky tahu betul aku penggagum keindahan pantai dan laut. Walaupun hal-hal ini dulunya, setahuku, kamu tak menyukainya. Kulihat juga banyak foto persahabatan kami yang di bingkainya dalam bingkai kayu yang sangat indah, terpajang di dinding ruang tamu ini.
Bulir-bulir air mataku, perlahan-lahan mulai tak mampu aku bendung. Aku benar-benar terharu dengan semua yang Ricky lakukan. Begitu besar cinta Ricky buatku. Kupeluk dia, yang aku sendiri tak tahu, apakah pelukan ini adalah pelukkan seorang sahabat ataupun sudah berubah menjadi pelukan yang berbeda?
Ricky kaget, namun akhirnya dia membalas pelukanku, dan memelukku lebih erat lagi , seakan-akan ingin menumpahkan segala rindu yang sudah hampir tak terbendung dalam hatinya.
Kami menghabiskan sore ini dengan berbagi cerita, pengalaman kami masing-masing selama perpisahan yang hampir 2 tahun lamanya dan akhirnya Ricky mengajakku makan, ke sebuah restoran kecil yang sering dikunjunginya seorang diri, di dekat rumahnya. Terdengar alunan tembang-tembang romatis , suasana hening, membuat kami terbuai dalam hangatnya suasana malam itu.
Sekarang Ricky sudah tahu, Tio sudah bersama Sany. Kami sekarang menjadi 4 sekawan. Sany juga telah menjadi anggota genk kami.
Ternyata setelah aku mengenalnya lebih lama, Sany adalah sosok yang sangat baik hati, menyenangkan, ramah dan peduli dengan sahabat. Ah…menyesal aku tak mengenalinya lebih dalam sejak dulu.
“Ky , biarlah semua berjalan apa adanya, mungkin cinta akan pelan-pelan muncul dari hatiku.” ujarku suatu hari, saat Ricky mengungkit masalah ini lagi.
“Oke, aku akan selalu menunggumu. Sampai kapapun. Karena tak akan ada seorangpun yang mampu membuatku jatuh cinta . Hanya kamu yang mampu membuat aku damai, tenang dan bahagia.” jelasnya panjang lebar
Sekarang aku memiliki tiga orang sahabat baik. Tak akan ada lagi hari-hariku yang kulalui dengan kesendirian, kesepian dan kerinduan.
Hampir setiap akhir pekan, kami menghabiskan waktu bersama, ke pantai, ke puncak ataupun hanya sekedar berkaroke di rumah sederhana Ricky. Hidup dengan tali persahabatan yang hangat, membuat hidup semakin berarti dan lebih bahagia.
Waktu berjalan begitu cepat. Tiga tahun sudah berlalu. Kebaikan-kebaikan Ricky mampu membuat aku merasa butuh dan suka akan keberadaannya di sampingku. Rasa itu pelan-pelan tumbuh tanpa kusadari dalam hatiku.
Aku jatuh hati padanya setelah melalui banyak peristiwa. Cinta datang, dalam dan dengan kebersamaan.
Apalagi dengan sikap dan perbuatan yang ditunjukannya. Membuat aku merasa, tak akan ada cinta laki-laki lain yang sedalam cinta Riky.
Sekarang Ricky bukan hanya kekasih yang paling aku cintai tapi juga seorang sahabat sejati dalam hidupku.

The King From Dragon Tails by M Hanif Dwi A

Kenji adalah seorang anak laki-laki yang berumur 12 tahun dan polos. Sejak ibunya meninggal, dia tinggal dengan ayahnya. Suatu hari dia dan ayahnya pergi ke bank, dan terjadi perampokan di bank itu. Ayahnya disuruh oleh perampok itu mengeluarkan uangnya tapi dia tidak mau. Akhirnya, dia ditembak oleh perampok itu. Ayahnya yang sudah sekarat mengatakan pada Kenji, “larilah!... Kenji!”. Kenji pun lari dari bank itu dan berhasil lolos dari kejaran perampok. Sejak kejadian itu, Kenji menjadi hidup sendirian, dia memutuskan untuk belajar ilmu bela diri yaitu Kungfu.

Kenji mengembara mencari dojo untuk berlatih kungfu selama tiga hari tapi masih belum ketemu juga. Dan akhirnya dia menemukan sebuah dojo yang bernama Dragon Tails. “Akhirnya kutemukan juga dojo untuk berlatih kungfu.” Kata kenji. Lalu dia masuk ke dojo itu dan meminta pada ketua dojo itu yang bernama Law untuk berlatih kungfu. Tapi Kenji harus di tes dulu apakah dia cocok untuk belajar kungfu atau tidak. Ternyata dia cocok untuk berlatih kungfu.

Besoknya Kenji pun memulai latihannya, tapi… latihannya tidak seperti yang dibayangkan Kenji, ternyata untuk berlatih kungfu berat sekali, dan dia harus latihan terus setiap hari. Berbulan-bulan Kenji latihan tapi belum menghasilkan apa-apa. Suatu hari Kenji sedang melamun dan memutuskan apakah dia mau berhenti berlatih kungfu atau mau meneruskan. Suatu hari, Kenji disuruh masuk ke ruang para senior untuk membicarakan sesuatu. Ternyata para senior tidak senang dengan keberadaan Kenji karena dianggap tidak berguna. Para senior pun ingin memukuli Kenji dan disaat itu datanglah Guru Law dan menahan serangan-serangan mereka. Akhirnya para senior babak belur.


Sejak kejadian itu, Kenji ingin lebih berusaha agar bisa melampaui para senior dan gurunya. Kenji pun jadi semakin kuat setelah itu. Dia telah berlatih selama 5 tahun dan berhasil melampaui para seniornya ketika ada pertandingan uji coba dan hasilnya sangat mengejutkkan. Kenji berhasil mengalahkan seniornya dalam waktu hanya beberapa menit saja. Dia sekarang sudah mempunyai teman yang bernama Len , Seiji, dan Raiki. Mereka membuat kelompok dan menjadi yang terhebat di dojonya. Suatu hari mereka dipanggil oleh ketua dojo itu untuk mengikuti kejuaraan bela diri. Mereka pun mau menerimanya.

Di kejuaraan itu mereka berhasil terus menang melawan orang-orang tangguh lainnya dan berhasil masuk final kejuaraan itu. Di final, mereka melawan kelompok tangguh yang dijuluki Red Shadows. Mereka adalah orang-orang yang berhasil memenangkan kejuaraan bela diri tahun lalu. Pemimpin mereka adalah Creed, dan sisanya adalah Shun, Goki, dan Rei. Pertandingan pertama dimulai dengan Len melawan Goki. Len melawan Goki dengan kekuatan penuh, Begitu pula Goki. Ternayata kekuatan mereka seimbang, tak satupun dari mereka yang menang. Tapi Goki berhasil membuat Len terpental dengan tendangan Goki, Len sudah hampir kalah tapi masih punya sisa kekuatan untuk melawan Goki.
Kali ini Goki yang memimpin, dia terus mendesak Len dengan kekuatannya. Len yang terdesak berhasil menahan tendangan Goki dan mematahkan kakinya, lalu melemparnya keluar ring sehingga Len yang menjadi pemenangnya. Len tak punya sisa kekuatan… dia pun pingsan setelah berhasil mengalahkan Goki. Pertandingan berikutnya adalah Seiji melawan Shun. Seiji berkata pada teman-temannya, “ aku pasti akan jadi pemenangnya, kalian dukung aku agar bisa menjadi pemenang ya!” Pertandingan pun dimulai, Seiji memimpin di awal pertandingan. Tapi, anehnya… Seiji terus memukuli Shun tapi Shun sama sekali tak membalas serangan Seiji atau menahannya.

Shun akhirnya membalas serangan Seiji dan berhasil mementalkan Seiji dengan tendangan super kuatnya. Penonton pun bersorak karena kagum melihat tendangan Shun, Seiji keluar dari ring dan menabrak tembok sehingga menjadi hancur. Seiji berhasil kembali ke ring tapi tubuhnya kaku sekali karena tendangan itu. Shun berkata pada Seiji, “ tadi aku sengaja terkena pukulanmu karena kupikir pukulan dan tendanganmu kuat… tapi malah tidak ada efeknya sama sekali. Tendanganmu lemah!” “Apaaaa katamuuuu!!!” Kata Seiji dengan kesal. Kali ini Seiji kembali memukuli Shun tapi Shun sama sekali tidak terluka. Shun membalas dengan pukulan-pukulan dasyat dan Seiji kembali terlempar ke luar ring. Seiji pun akhirnya pingsan dan kalah.

Pertandingan pun dimenangkan oleh Shun dan sekarang skornya menjadi 1-1. Pertarungan pun diteruskan, sekarang pertarungan antara Raiki dan Rei. Selama pertarungannya tak ada satupun pukulan dan tendangan yang mengenai Raiki dan Rei. Mereka sama-sama bisa menghindari serangan. Kali ini mereka melakukan adu tinju dan ternyata pukulan Rei lebih kuat dari pukulan Raiki sehingga pukulan itu berhasil mengenai Raiki. Sekarang Raiki hanya bisa memakai tangan kirinya karena tangan kanannya kesakitan. Kali ini Raiki berhasil memukul Rei tapi Rei juga membalasnya dengan kepalanya dan dibenturkan ke kepala Raiki.

Kali ini mereka terus saling pukul dan tendang, dan mereka sudah terluka dan babak belur. Tubuh mereka penuh pukulan. Kali ini Raiki bergerak sangat cepat dan melakukan tendangan dasyat ke rahang Rei. Rei terpental ke luar ring, tapi dia juga melakukan hal yang sama, dia melakukan pukulan dasyat yang membuat Raiki terpental ke luar ring. Kali ini, mereka melakukan adu tinju lagi tapi kali ini Raiki yang memenangkan adu tinju itu. Raiki akhirnya menang karena Rei suadah pingsan karena terkena pukulannya tadi.

Skornya sekarang 2-1. Kelompok Dragon Tails telah memimpin dari kelompok Red Shadows dan akhirnya dimulai juga pertarungan antar pemimpin yaitu Kenji dari Dragon Tails dan Creed dari Red Shadows. “Akhirnya dimulai juga ya…” kata Creed. “Huh, ternyata kelompokmu kuat Creed… aku sama sekali tak menyangka.” Kata Kenji. “Baiklah kita lihat siapa yang terkuat diantara kita!”Kata Creed. Pertandingan pun dimulai, mereka bertarung dengan sangat sengit dan mereka sama-sama kuat. “Rasakan ini!”Kata Creed. Creed melakukan pukulan keras tapi Kenji berhasil menghindarinya. Mereka sudah kelelahan karena mereka berdua sama-sama kuat.Creed pun menunjukan kekuatan yang sebenarnya pada Kenji.

Creed berlari sangat cepat dan Kenji tak mampu mengejarnya. Duaaakkk!!! Creed menendang Kenji ke atas dan Kenji sampai terpental ke bangku penonton. Ternyata pukulan Creed dua kali lebih kuat dibandingkan pukulan-pukulannya yang tadi. Penonton bersorak kegirangan karena sudah memastikan kemenangan Creed. Wasit pun mulai menghitung mundur kekalahan Kenji. “Satu!!!, Dua!!!, Tiga!!!, Empat!!!, Lima!!!, Enam!!!, Tujuh!!!, Delapan!!!, saat hitungan ke sembilan, Kenji melompat ke ring dengan badan yang sudah berdarah-darah. Penonton sangat kaget melihat kenji yang masih bisa bergerak. Kali ini Kenji berlari secepat Creed dan menghajar Creed dengan satu serangan yang membuatnya pingsan. Creed sudah tak bisa bangun lagi dan Kenji jadi pemenangnya. Kelompok Dragon Tails menang dengan skor 3-1. Karena terluka, mereka dirawat di rumah sakit karena terluka. Setelah mereka sembuh, mereka kembali ke dojo dan membawa hadiah piala juara bela diri. Ketua dojo sangat bangga pada mereka karena berhasil menang.

Beberapa hari kemudian, dojo itu diserang oleh kawanan ninja yang sangat kuat. Ninja-ninja itu berniat mengambil barang-barang berharga dari dojo itu. Kenji dan teman-temannya melawan para ninja itu, tapi mereka hebat sekali, karena sulit dikalahkan. Mereka berhasil mengalahkan para ninja itu tapi ada beberapa yang kabur dan membawa uang serta membawa barang berharga lainnya. Sekarang dojo sangat berantakan dan miskin karena barang-barang berharga telah dicuri. Kenji berniat mencari ninja-ninja itu, dan dia mencarinya di kota. Setelah berkeliling di kota dia menemukan sebuah perusahaan besar bernama Silver Arrow dengan lambang panah perak. “Lambang itu… sama dengan lambang yang ada di baju para ninja itu.” Kata Kenji. “Jangan-jangan para ninja itu dari perusahaan ini.” Katanya.

Kenji kembali ke dojo dan menceritakan yang dilihatnya kepada Ketua dojo. Ketua Dojo itu berkata, “Kau bodoh ya! Itu tidak mungkin!” Tapi aku benar-benar… “Ahhh! Itu tidak mungkin, kalau itu benar… coba buktikan!” Kata ketua dojo itu. Kenji sangat kesal karena ceritanya tidak mau didengarkan. Dia sangat kecewa, tapi dia ingin membuktikan bahwa ceritanya benar. Akhirnya dia memutuskan untuk menyusup ke perusahaan itu. “Kalau piala juara bela diri ada disana, berarti yang mencuri memang mereka.” Katanya. Sesampainya di perusahaan itu dia menyusup dengan sangat hati-hati agar tidak ketahuan. Tapi ternyata sangat sulit karena disana-sini banyak penjaganya dan seorang samurai.

Pelan-pelan dia berhasil menyusup dan akhirnya dia sampai di ruang benda berharga dia mengambil banyak uang dan dia melihat piala juara bela diri. “Ternyata ini memang perbuatan mereka.” Katanya. Dia pun mengambil piala itu dan keluar dari perusahaan itu dan kembali ke dojo. Kenji memperlihatkan banyak uang dan piala juara bela diri. Dia berkata, “ ini memang perbuatan perusahaan itu, dan ninja-ninja itu dari perusahaan mereka. Akhirnya Ketua dojo itu percaya yang diceritakan Kenji. Tapi dia meminta pada Kenji untuk menjaga rahasianya, “Jangan kau beritahu orang selain di dojo ini.” Kenji mengangguk senang lalu dia menceritakan kejadian itu pada teman-temannya yaitu Len, Seiji, dan Raiki. Semua penasaran mendengar cerita itu kecuali Len, dia langsung pergi dan terlihat kesal saat mendengar cerita Kenji. “Kamu kenapa Len?” Tanya Kenji. Len pun tak menjawab lalu pergi meninggalkan mereka semua. Semua penasaran melihat sikap Len.

“Aneh sekali sikap Len… dia kenapa sih?” Tanya Seiji. “Entahlah, apa aku telah menyinggungnya?” Kata Kenji. “ Mungkin dia ada hubungannya dengan perusahaan itu.” Kata Raiki. “Kurasa itu tidak mungkin dia kan baru 17 tahun, mana mungkin dia ada hubungannya dengan perusahaan itu…” Kata Kenji. Suatu hari, ketika Kenji sedang ada di kamarnya, dia mendapat pesan dari Len untuk datang ke taman di dekat dojo saat sore. Kenji penasaran untuk apa dia menyuruhnya ke taman itu. Saat sore hari, dia pergi ke taman itu lalu dia bertemu Len. “ Untuk apa kau memanggilku ke sini?” Tanya kenji. “Ada hal yang belum kau ketahui siapa aku sebenarnya Kenji.” Kata Len.

Tiba tiba sekeliling Kenji banyak ninja yang memakai baju yang sama lambangnya dengan perusahann Silver Arrow yang ada lambang panah perak di baju. “Kenji, aku adalah pemimpin perusahaan Silver Arrow… aku sengaja bergabung dengan dojo Dragon Tails untuk memperkuat diri. Sekarang kau paham kan?” Kata Len. Sekarang Kenji harus bertarung dengan para ninja itu. Kekuatan mereka sama seperti saat mereka merampok dojo, oleh karena itu Kenji sulit melawan mereka sendirian. Kenji berhasil mengalahkan ninja-ninja itu, tapi kali ini Len memukulnya dari belakang dan membuat Kenji pingsan.

Kenji diseret dan dibawa ke perusahaan mereka. Tangan dan kakinya diikat, sehingga dia tak bias bergerak. Ketika sadar, Kenji sedang berada di pesawat milik Len. Len berkata, “ Ternyata kau sudah bangun Kenji.” “Dimana ini?” Kata kenji. “Di pesawat milikku.” Kata Len. “Karena kau sudah tahu bahwa perusahaankulah yang telah merampok dojo itu, maka kau harus dibunuh Kenji. Sebentar lagi, aku juga berniat menghancurkan dojo itu.” Katanya. Lalu ketika berada di atas laut, Kenji dijatuhkan dari pesawat dan tercebur ke laut. Kenji tak bisa berbuat apa-apa karena tangan dan kakinya diikat. Setelah menceburkan Kenji ke laut, Len berniat melanjutkan ambisinya untuk menghancurkan dojo Dragon Tails. Kenji ditemukan oleh seorang nelayan di pinggir pantai. Dia melepaskan tali yang ada di tangan dan kakinya.

Kenji pun sadar beberapa saat kemudian, lalu dia dibawa ke rumah nelayan itu. Nelayan itu meminta menjelaskan apa yang terjadi dan Kenji menceritakan semuanya. Nelayan itu merasa kasihan pada Kenji, lalu dia memberikan sebuah ramuan untuk Kenji. Dia berkata, “ Ini ramuan yang dapat memulihkan kekuatanmu dan sekarang kembalilah ke dojo itu sebelum dihancurkan. Setelah minum ramuan itu, tenaganya pun pulih kembali lalu dia pun pamit kepada nelayan itu. Dia langsung pergi ke dojo itu. Kenji terus berlari ke dojo dan berharap dojonya belum dihancurkan dan sesampainya disana, para ninja Silver Arrows berperang dengan kelompok Dragon Tails. Banyak yang dari Dragon Tails mati. Mereka kesulitan menghadapi ninja-ninja itu.

Kenji langsung menghajar ninja-ninja itu lalu dia menemukan Seiji, dan Raiki. Kenji langsung bergabung dengan mereka dan menghajar ninja-ninja itu. Sekarang para ninja itu yang kesusahan menghadapi mereka, kalau Kenji, Seiji, dan Raiki bersatu, mereka akan jadi yang terkuat. Tapi kali ini mereka harus berpencar, karena ada ninja-ninja baru yang datang dan semakin banyak. Lalu muncul pemimpin ninja itu dan membawa granat. Ternyata ninja-ninja lainnya juga membawa granat lalu mereka melempar granat kea rah dojo sehingga dojo jadi hancur dan terbakar. Setelah dojo itu hancur, ninja-ninja itu pergi juga pemimpinnya.

Kenji dan yang lainnya harus menerima kekalahan mereka dan dojo Dragon Tails sekarang sudah tidak ada. Kenji pun menyerah ingin menjadi pemimpin dojo, hari-harinya sudah tidak ada apa-apa lagi, sekarang dia hanya diam dan memikirkan peristiwa hancurnya dojo Dragon Tails. Suatu hari dia bertemu dengan seorang yang bernama Jin. Dia adalah seorang yang sangat dikagumi di desa karena dia adalah orang yang terkuat. Tak seorang pun yang berani bermain-main dengannya. Jin melihat Kenji dengan wajah yang aneh, seperti mengenal Kenji. Dia pun berkata, “Disini tak ada yang berharap mau memperbaiki dojo Dragon Tails yang jelek itu.” Jin pun tertawa lalu pergi meninggalkan Kenji. Kenji heran kenapa dia bisa tahu soal kehancuran Dragon Tails lalu dia membuntuti Jin.

Kenji melompat naik ke atap rumah-rumah dan membuntuti Jin, lalu Jin sampai di istana yang besar dan Kenji tidak mengetahui adanya istana itu. Kenji kali ini menghajar salah satu prajurit dan memakai bajunya lalu menyamar jadi prajurit. Kenji tidak diketahui sebagai seorang penyusup karena baju prajurit itu juga memakai helm. Ternyata sesampainya di ruangan besar, Jin duduk di sebuah singgasana. Dia ternyata seorang raja. Dan disebelahnya itu ada… Len? “Mustahil, itu kan… Len? Kenapa dia ada disini?” Dan disekelilingnya banyak ninja dari perusahaan Silver Arrow, perusahaan milik Len. Kenji dengan baju prajurit muncul di hadapan Jin dan Len. “Ada apa Prajurit?” Kata Jin. Lalu Kenji melepas helmnya, “Ini aku Len…” “Kenji!?” Len heran. Bukannya kau sudah mati? “Sayang sekali Len… aku masih hidup, dan aku akan membalas dendam atas kehancurannya dojo Dragon Tails!” Seru Kenji.

Kenji lalu nekat menyerang mereka. “Prajurit dan ninja habisi dia!” Kata Jin. Sebelum sempat menghajar Jin dan Len, Kenji harus menghadapi para prajurit dan ninja. Tapi walaupun mereka banyak, Kenji masih bisa menghadapinya lalu jumlah prajurit dan ninja itu makin sedikit dan akhirnya mereka kalah semua. Akhirnya Kenji bisa melawan langsung Jin dan Len. Tanpa sempat bergerak Jin langsung dihajar oleh Kenji dengan kecepatannya yang luar biasa dan Jin terpental dan menabrak tembok dengan keras, lalu Len bertarung dengan Kenji dan saling pukul. Tapi, Jin belum kalah… dia lalu menendang Kenji dan Len menghajar Kenji juga. Kenji sudah tak punya kekuatan setelah dihajar oleh dua orang itu. Tapi Kenji belum menyerah, dia mengambil pedang yang ada di tangan prajurit yang pingsan dan menusuk jantung Jin ketika dia sedang menyerang.

Jin lalu mati dan akhirnya tinggal pertarungan melawan Len. Tapi Kenji yang terdesak oleh gerakan Len yang cepat dan lincah, dan terus menghajar Kenji. Tapi Kenji juga membalas dengan kekuatannya dan menghajar Len juga. Pertarungannya benar-benar seimbang tapi dua-duanya sudah tak punya kekuatan. Len pun mengambil sesuatu dari kotak yang besar dan ternyata itu adalah granat. Len melempar granat itu ke arah Kenji tapi dia berhasil menghindar lalu dia mendapat akal. Dia menendang balik granat yang dilempar Len dan mengarah padanya, lalu Len terkena ledakan itu dan akhirnya dia mati. Kenji berhasil memenangkan pertarungan.

Setelah prajurit-prajurit lain melihat kematian Rajanya dan juga Len, ternyata mereka sadar mereka bukan yang terkuat dan Kenji yang pantas jadi yang terkuat. Penduduk desa menyambut Kenji dengan rasa hormat. Kenji sangat senang mendapat penghormatan dari mereka. Kenji menemukan Seiji, dan Raiki lalu menceritakan kebenarannya. Seiji dan Raiki pun akhirnya tahu bahwa Len bukan lagi temannya.

Setelah peristiwa kematian Jin, dan Len, penduduk desa memutuskan Kenji untuk menjadi raja, lalu Seiji dan Raiki menjadi pengawal raja yang hebat. Lalu ternyata diantara penduduk desa ada nelayan yang pernah ditemuinya waktu dia pingsan dan menolongnya. Karena nelayan itu juga memiliki jasa yang besar pada Kenji, dia pun diubah statusnya dari nelayan menjadi penasihat raja. Setelah Kenji menjadi raja, penduduk desa pun tenang berada di kekusaannya.

Amanat: Untuk mendapatkan tujuan yang besar, harus melakukan pengorbanan yang besar juga

Pemain Terbaik by Faiz Arbifianto

Temanku bernama Joe, saya cukup kenal ,karena Joe anak yang ternakal di kelasku. Kami adalah anak sekolah Mizuho,dan saya adalah anak kelas 8.2 tapi teman saya Joe sangat nakal ,karena Joe sering bolos sekolah dan juga sering berkelahi walaupun begitu saya ingin menjadi temannya mungkin teman satu-satunya di sekolahan saya Karena kami punya hobi yang sama yaitu bermain bola basket. Walaupun Joe sering bolos tapi Joe bisa dalam bidang bola basket tapi Joe tidak hebat seperti aku, makanya Joe mau menjadi temannku karena saya adalah pemain terbaik di kota ini dalam bola basket.
Padahal sewaktu kelas satu smp Joe jarang bolos sekolah tapi pada saat ibu dan bapaknya Joe meninggal,Joe jadi anak yang sering bolos dan sering berkelahi. Jadi Joe tinggal dengan kakaknya tapi kakaknya juga frustasi jadi kakaknya minum-minuman keras.
Joe punya musuh yang banyak karena berkelahi salah satunya adalah Zack. Mungkin Zack tidak pandai berkelahi tapi dia sering menantang Joe berkelahi walaupun dia tahu kalau Joe akan dikalahkan oleh Joe.
Dan ada satu perempuan yang menyukai Joe yaitu Sonora Sonora adalah anak terpintar di kelas 8 tapi anehnya Sonora suka dengan Joe yang nakal. Walaupun Sonora tidak pernah mengatakannya tapi sudah terlihat dari sorot matanya. Walaupun sebenarnya Joe suka juga dengan Sonora.
Joe mungkin ahli dalam semua bidang olahraga bukan Cuma bisa dalam bola basket tapi dia juga ahli dalam bermain badminton,dia mungkin bukan yang terahli dalam bidang badminton tapi dia pernah ikut dan dia masuk 8 besar di kejuaraan sejabodetabek.Dia ahli juga dalam bidang sepak bola. Dia adalah pemain belakang terbaik di sekolah tapi dia tidak terlalu mendalaminya,kerena dia lebih meminati di tim basket karena tim basket putra hanya sedikit.
Dia mungkin sekolah hanya untuk berolah raga karena jarang sekali dia masuk sekolah. Dia selalu sendirian,walaupun aku dan Joe berteman tapi aku tidak selalu menemaninya,seperti saat dia berkelahi dia hanya sendiri walaupun musuhnya banyak.
Ada guru yang sangat ingin Joe keluar yaitu pak Frank. Dia guru tergalak di sekolahku,Joe selalu dimarahi oleh pak Frank tapi Joe selalu menghiraukan perkataan pak Frank. Ada juga guru yang baik yaitu pak James,mungkin dia mukanya menyeramkan tapi hatinya tidak jahat seperti pak Frank.
Dia anak yang sederhana,dia mendapatkan uang dari bibinya tapi mungkin tidak terlalu cukup untuk berdua makanya dia berkelahi untuk mengambil uang musuhnya dan kadang-kadang saya memberi sisa uang jajan saya ke Joe.




Pada suatu ketika Joe sedang bermain bola basket denganku dan kawan-kawanku. Joe tidak biasanya bermain dengan seserius ini Joe bermain aggressive dia sangat serius sehingga Joe membuat pemain yang lain terluka mungkin ada yang menahan di hatinya tapi aku tidak tahu karena Joe orangnya sangat tertutup.
Baru kali ini saya melihat Joe seperti ini. Dan setelah bermain aku coba bicara dengan Joe tapi itu percuma Karena Joe hanya bilang tidak ada apa-apa. Dan juga pelatih pun mencoba bicara dengan tapi jawabannya sama saja Joe tidak memberi tahu apa yang menahan di hatinya. Dan suatu ketika dia sekali masuk sekolah untuk belajar dia biasanya hanya tidur di kelas atau hanya di atap sekolah. Di dalam hati ku berkata,” apakah Joe sudah berubah?”.
Namun akhirnya dia bolos sekolah lagi karena Joe mungkin berlatih saat dia bolos sekolah dan dia juga sudah jarang terlihat lagi dan juga jarang berkelahi lagi.
Suatu ketika saya melihat Joe sedang bermain di suatu lapangan basket Joe sangat serius sekali,Joe berlatih bola basket sangat serius mungkin karena Joe tidak mau kalah denganku. Tapi sepertinya bukan karena tidak mungkin sekeras itu dia berlatih. Munkin dia tiduk di lapangan itu karena bajunya basah karena keringat. Saya pun mendekati Joe dan menanyakan mengapa dia berlatih seserius itu.
Saat saya mendekat dia pun langsung mengajakku bermain basket satu lawan satu aku pun menerimanya tapi seperti biasa Joe kalah melawanku. Setelah itu saya bertanya tapi Joe masih tidak mau menjawabnya. Saya pun akhirnya pulang tapi Joe masih di lapangan untuk berlatih basket. Tapi sebelum saya pulang Joe menjelaskan apa yang terjadi. Dia menceritakan bahwa dia berlatih sampai seperti ini karena saya ingin membahagiakan ibunyadan bapaknya yang sudah meninggal. Dan setelah itu saya menemaninya untuk berlatih. Dia berlatih sampai malam dan saya mengajarinya bermain basket yang membuat orang terkesan.
Dan saat paginya sekolah libur jadi saya terus menemani Joe berlatih dan kami pun mencoba bertanding satu lawan satu lagi melawanku tapi hasilnya sama saja dia kalah mungkin Karena dia terlalu kaku dan belum terbiasa akhirnya saya suruh Joe untuk berlatih fisik dan kelenturan badan.
Keesokan harinya dia berlatih fisik dan kelenturan tubuh bersama saya dia sangat serius sekali berlatih fisik dan kelenturan tubuh sehingga dia sampai sakit tapi saya rasa dia bisa menjadi pemain hebat karena dia serius menekuni dunia basket. Dan malamnya saya pulang karena besok saya masuk sekolah.



Dan seperti biasa Joe tidak masuk hari ini mungkin Joe sakit karena kemarin dia sakit mungkin sekarang dia masih sakit. Dan setelah pulang sekolah Joe datang dan dia langsung menantangku bermain basket lagi dan saya menerimanya. kita bermain basket dan kita dilihati oleh semua orang yang ada di sekolahan. Pertarungan saya dan Joe sangat sengit ternyata dia sudah semakin ahli dalam memainkan bola basket. Tapi karena saya lebih berpengalaman dari dia saya memenangkan pertandingannya. Walaupun saya menang kalau saja saya lengah sedikit saya bisa kalah melawan dia karena hanya berbeda beberapa angka.
Dan keesokan harinya saya dan Joe berlatih bersama tim basket smp.dia sangat serius berlatihnya mungkin karena sebentar lagi ada turnamen basket antara pelajar dia pun sangat bersemangat karena kalau menjadi pemain terbaik dia akan dakapkan uang yang tidak sedikit. Dia berkerja keras untuk bisa menjadi pemain yang hebat dan menjadi pemain yang terhebat. Saya dan dia berlatih setiap hari. Kami berlomba untuk menjadi pemain terbaik di kota ini.
Sebenarnya tim basket sekolah kami tidak terkenal tapi karena ada saya jadi terkenal. Dan ada satu lagi yaitu kapten tim basket yaitu Fian dia sangat tinggi dan tidak mudah dilewati pertahanannya tapi saya pernah melawannya memang agak susah tapi saya tetap menang.
Walaupun tim kami lemah tapi kerjasama kita sangatlah kuat tidak mudah mencuri bola dari tim kami karena operan bolanya sangat cepat.itulah keunggulan tim kami. Tapi di turnamen antar pelajar banyak pemain yang mungkin lebih kuat dari saya.
Pada saat sehari sebelum kami mengikuti turnamen bola basket antar pelajar pelatih kami memberi nasehat agar kami istirahat untuk turnamen besok karena kita telah melakukan latihan jadi kita harus istirahat yang cukup agar bisa bermain maksimal saat pertandingan.
Setelah diberi nasehat saya pun langsung pulang tapi Joe masih berlatih untuk bisa hebat di turnamen. Saya memberi nasehat tapi dia tetap saja berlatih hingga larut. Dan pada saat sudah agak larut dia datang ke rumahku untuk menginap. Tapi saya tidak bisa tidur memikirkan cara untuk menang di turnamen dan menjadi pemain terbaik di kota ini. Dan mungkin Joe juga memikirkan hal yang sama seperti aku karena dia ingin berprestasi dalam bidang olah raga dan membuat orang tuanya bangga dan juga bisa mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pada saat Joe bangun tidur dia bersemangat sekali Joe dia dan saya menyiapkan pakaian basket dan bersiap karena ada pembukaan sebelum bertanding. Jadi kami bersegera untuk menuju ke lapangan di sekolah kami .kami berangkat naik sepeda motor,tapi kami berurusan dengan polisi karena kami tidak karena tidak membawa SIM dan juga kami terjebak macet.akhirnya kami datang terlambat padahal itu adalah pembukaan tapi tidak terlalu penting.
Setelah pembukaan kami memilih urutan dan grup mana kita waktu bermain.Ada 16 tim basket dan 16 tim di bagi 4 grup. Kami ada di grup ketiga bersama tim-tim yang hebat-hebat. Dan untungnya kami tidak se grup dengan tim juara tahun lalu yaitu tim sainan mereka ada di grup ke 1 jadi kami akan bertemu tim itu di final. Pertama kami melawan tim gunadasa mereka tim yang terkenal tapi kalah saat semifinal tahun lalu.

Setelah pembukaan dan pemilihan grup Kami langsung siap-siap untuk bermain,sebelum bertanding kami latihan ringan dan memikirkan taktik untuk melawan tim musuh. Saya akan dimainkan pertama dengan kakak kelas kami tapi Joe ada di bangku cadangan padahal sia bermain bagus saat latihan. Pada awalnya kami unggul dari tim gunadasa 24-15 tapi saat Joe main Joe mengacaukan permainan dan mereka pun mengeluarkan pemain andalan mereka kami pun langsung kalah24-25. Pada saat istirahat semua menyalahkan Joe dan kapten pun berkata,”hei kau Joe kau bisa main basket dengan betul tidak kalau tidak kau tidak usah bermain”. Saya pun membela Joe dan berbicara,”kapten kita kasih kesempatan sekali lagi untuk Joe mungkin kalau Joe bermain sekali lagi dia akan terbiasa dan membuat tim menang”. Akhirnya pelatih member satu kesempatan lagi. Tapi dia tidak perubah dia bermain kacau dan akhirnya Joe di keluakan dari lapangan. Dan akhirnya tim kami menang dengan perbedaan skor tipis 56-57.
Pada keesokan harinya kami tidak bertanding dan Joe sedang latihan seperti biasa dan dia berlatih dengan tekun dia tanpa henti berlatih shoot bola masuk ke ring karena dia ingin sekali bermain hebat tapi ternyata dia menyusahkan tim dia pun berlatih sampai maksimal agar bisa bermain hebat di pertandingan kedua.
Keesokan harinya kami bertanding melawan tim wenegawa tapi sebelum bertanding Joe minta kesempatan sekali lagi untuk membuktikan dia berguna bagi tim.dan ternyata Joe dengan hebat dia bermain dengan tenang dan serius dia mungkin senjata rahasia kami karena mungkin dia bermain hebat melebihi saya karena di mencetak skor terbanyak pada pertandingan itu,dia sangat bersemangat saat bermain di pertandingan itu dan dia membuat tim lawan kesusahan dengan akurasi shoot nya dia juga membuat kakak kelas percaya kepada Joe .
Kami akhirnya menang di pertandingan kedua melawan wenegawa dengan skor 79-45 kami menganlahkan smp wenegawa dengan telak itu semua berkat Joe. Kami pun terus menang dan kami muncul sebagai wakil dari grup 3 dan di grup 1 perwakilannya adalah juara tahun lalu yaitu tim sainan dan di grup 2 ada tim sudan dan di grup ke 4 ada tim manugure. Mereka tim yang sangat kuat termasuk kami tapi hanya ada satu tim yang tidak terkenal yaitu tim sudan tapi mereka lolos dan masuk semifinal kami tidak tahu seberapa kuat tim sudan. Tapi mereka akan kalah melawan tim sainan.
Ini baru pertama kali tim kami bermain di semifinal,kami sangat senang sekali kami pun membuat pesta. Pada saat di pesta kapten pun berkata,”kau Joe dan Fian kalian sangat bagus jadi teruskan bermain dengan hebat agar kita bisa memenangkan kejuaraan ini”. Saya dan Joe pun sangat senang dan Joe juga berkata,”ayo kita bermain semaksimal mungkin saat bermain agar kita tahu siapakah yang akan menjadi pemain terbaik di turnamen tahun ini”. Saya jadi sangat tertantang saat Joe mengatakannya.


Pada keesokan harinya kami melawan tim manugure mereka adalah juara kedua pada tahun lalu tim kami pun bersemangat untuk bermain pada awal pertandingan sudah cukup sengit pertandingan ,kami kejar-kejaran angka karena tim mereka mempunyai tubuh yang tinggi jadi kami mengalami kesulitan tapi saya dan Joe pada saat babak kedua kami terbakar oleh semangat saya dan Joe bekerja sama untuk mengalahkan tim manugure mereka selalu menjaga ring mereka tapi karena keahlian dan kerja sama kami mereka akhirnya kalah karena mereka kalah kecepatan melawan tim kami.
Dan setelah itu kami melihat pertandingan antara tim sainan dengan tim sudan walaupun sudah pasti sainan yang menang. Tapi dugaan saya itu salah Sudan adalah tim yang sangat kuat mereka mempermainkan tim sainan, mereka menyusahkan tim Sainan akirnya tim Sainan kalah oleh tim Sudan itu di luar dugaan.Tim Sainan yang sangat kuat di kalahkan oleh tim Sudan yang tidak terkenal.
Akhirnya tiba juga pertandingan final antara tim kami dan tim Sudan. Seperti biasa kami melakukan latihan ringan dan membuat taktik untuk mengalahkan tim sudan mereka mempunyai pemain andalan bernama Reira dia sangat cepat dan lincah jadi kami lebih memperketat pertahanan terhadap dia. Saya dan Joe bertugas untuk menjaga Reira.
Dan wasit pun meniup peluit tanda permainan di mulai. Saat pertama mereka sudah menekan tim kita ,meraka langsung mencetak angka pertama kami pun langsung cepat menyamainya tapi kami mengalami kekalahan pada babak pertama. Dan Joe pun sangat bersemangat dan kita pun mengejar di babak kedua tapi tidak mudah untuk melawan Reira dia sangat cepat tapi kita bermain dengan kerja sama tim yang hebat. Mereka sangat kuat sehingga kami bermain semaksimal mungkin. Pada akhir babak kami masih tertinggal tapi saat detik-detik akhir kami mengalahkan dan menjadi juara di turnamen itu kita sangat senang sekali dan saat yang di tunggu-tunggu telah tiba yaitu pengumuman pemain terbaik dan ternyata yang mendapatkan gelar itu adalah Joe itulah yang telah di tunggu-tunggu oleh Joe dia mendapatkan uang 10.000.000 dan piala. Dia sangat gembira sehingga dia mengeluarkan air mata dan saya pun terharu karena kerja kerasnya selama ini berguna.
Dan setelah kemenangan itu akhirnya Joe menantang aku untuk mengutahui siapa yang menjadi pemain terbaik yang sesungguhnya. Dan Joe pun berkata,”Hei Fian inilah waktu yang ku tunggu untuk mengetahui siapa yang terhebat diantara kita”. Saya langsung bermain dengannya dia sangat kuat sekarang berbeda dengan yang dulu . dia sekarang telah menjadi pemain yang terhebat dan pada akhirnya saya kalah dalam pertandingan satu lawan satu itu dan saya mengaku kalah walaupun saya berpengalaman tapi saya kalah dalam kerja keras dia lebih bermental juara dari pada saya dan dia pantas menjadi pemain terbaik.

Persahabatan by Sayidina Emir Aqsana

Pagi hari saat aku terbangun tiba-tiba ada seseorang memanggil namaku. Aku melihat keluar. Ivan temanku sudah menunggu diluar rumah kakekku dia mengajakku untuk bermain bola basket.
Ivan: Ayo kita bermain basket ke lapangan.
Arief: Sekarang?
Ivan : Besok! Ya sekarang!
Arief: Sebentar aku cuci muka dulu. Tunggu ya!
Ivan : Iya tapi cepat ya.
katanya.setelah aku cuci muka, kami pun berangkat ke lapangan yang tidak begitu jauh dari rumah kakekku.
Arief: Wah dingin ya. .
Ivan: Cuma begini aja dingin payah kamu.
Arief: Ramai sekali pulang aja males nih kalau ramai.
Ivan: Dasarnya kamu aja males ngajak pulang!, Kita ikut main saja dengan orang-orang disini.
Arief: Males ah! Kamu aja sana aku tunggu disini nanti aku nyusul.
Ivan: Terserah kamu aja deh. .Arief! seseorang teriak memanggil namaku. Aku langsung mencari siapa yang memanggilku.

Tiba-tiba seorang gadis menghampiriku dengan tersenyum. Sepertinya aku mengenalnya. Setelah dia mendekat aku baru ingat.
Arief: Bella? , kami udah tidak pernah bertemu lagi sejak kami lulus 3 tahun lalu. Bukan hanya itu Bella juga pindah ke Bandung ikut orang tuanya yang bekerja disana.
Bella: Hai masih ingat aku nggak? .
Arief: Bella kan?
Bella: ia aku Bella teman lama kamu rief.
Setelah kami ngobrol tentang kabarnya aku pun memanggil Ivan.
Arief: Van! Sini. panggilku pada Ivan yang sedang asyik bermain basket.
Ivan: Apa lagi?
Arief: Ada yang datang.
Ivan: siapa?
Arief: Bella!

Akhirnya Ivan pun datang menghampiri aku dan Bella.Dengan heran ia melihat kearah kami. Ketika ia sampai dia heran melihat Bella yang tiba-tiba menyapanya.
Ivan: Bela? Ivan sedikit kaget karena melihat Bella .
Ivan: Kenapa kok tumben ke Jogja? Kangen ya sama aku?
Arief: Ye GR! Dia tu kesini mau ketemu aku.
Bella: Bukan aku kesini mau jenguk nenekku.
Ivan: Yah nggak kangen dong sama kita.
Bella: Ya kangen dong kalian kan sahabat ku. .

Akhinya Bella mengajak kami kerumah neneknya. Kami berdua langsung setuju dengan ajakan Bela. Ketika kami sampai di rumah Bela ada seorang anak laki-laki yang kira-kira masih berumur 4 tahun.
Arief: Bell, ini siapa?
Bella: Kamu lupa ya ini kan Dafa adikku.
Arief: Oh iya aku lupa! Sekarang udah besar ya.
Ivan: Dasar pikun!
Arief: Emangnya kamu inget tadi?
Ivan: Nggak sih!
Arief Ye sama aja!
Ivan Biarin aja!.
Bella: Udah-udah jangan pada ribut terus. Bella keluar dari rumah membawa minuman. Bella: Eh nanti sore kalian mau nganterin aku ke rumah temanku nggak?
Arief: Kalau aku jelas mau dong! Kalau Ivan tau!
Ivan: Ye kalau buat Bella aja langsung mau, tapi kalau aku yang ajak susah banget.
Maaf banget Bell, aku nggak bisa aku ada latihan nge-band.
Bella: Oh gitu ya! Ya udah rief nanti kamu kerumahku jam 4 sore ya!
Arief : Ok deh.

Saat saat yang ditunggu udah datang, setelah dandan biar bikin Bella terkesan dan pamit keorang tuaku aku langsung berangkat ke rumah nenek Bella. Sampai dirumah Bella aku mengetuk pintu dan mengucap salam ibu Bella pun keluar dan mempersilahkan aku masuk. Eh Arief sini masuk dulu! Bellanya baru siap-siap Iya tante! jawabku sambil masuk kedalam rumah. Ibu Bella tante Vivi memang sudah kenal padaku karena aku memang sering main kerumah Bella. Bella ini Arief udah dating. Iya ma bentar lagi, teriak Bella dari kamarnya. Setelah selesai siap-siap Bella keluar dari kamar, aku terpesona melihatnya. Udah siap ayo berangkat! ajaknya padaku.Setelah pamit untuk pergi aku dan Bella pun langsung berangkat. Dari tadi pandanganku tak pernah lepas dari Bella. Arief kenapa? Kok dari tadi ngeliatin aku terus ada yang aneh? tanyanya kepadaku. Eh nggak apa-apa kok! jawabku kaget.Kami pun sampai di tempat tujuan.

Kami naik ke lantai atas untuk mencari barang-barang yang diperlukan Bella. Setelah selesai mencari-cari barang yang diperlukan Bella kami pun memtuskan untuk langsung pulang kerumah. Sampai dirumah Bella aku disuruh mampir oleh tante Vivi. Ayo Arief mampir dulu pasti capek kan?. Ya tante. Setelah waktu kurasa sudah malam aku meminta ijin pulang. Sampai dirumah aku langsung masuk kekamar untuk ganti baju. Setelah aku ganti baju aku makan malam. Kemana aja tadi sama Bella? tanya ibuku padaku. Dari jalan-jalan! jawabku sambil melanjutkan makan. Selesai makan aku langsung menuju kekamar untuk tidur.

Tetapi aku terus memikirkan Bella. Kayanya aku suka deh sama Bella. Nggak! Nggak boleh aku masih kelas 3 SMP, aku masih harus belajar. Satu minggu berlalu, aku masih tetap kepikiran Bella terus. Akhirnya sore harinya Bella harus kembali ke Bandung lagi. Aku dan Ivan datang kerumah Bella. Akhirnya keluarga Bella siap untuk berangkat. Pada saat itu aku mengatakan kalau aku suka pada Bella.
Arief: Bella aku suka kamu! Kamu mau nggak kamu jadi pacarku kataku gugup.
Bella: Maaf rief aku nggak bisa kita masih kecil! Kita lebih baik Sahabatan kaya dulu lagi aja!
Aku memberinya hadiah kenang-kenangan untuknya sebuah kalung. Dan akhirnya Bella dan keluarganya berangkat ke Bandung. Walaupun sedikit kecewa aku tetap merasa beruntung memiliki sahabat seperti Bella.

Aku sempat berbicara kepada Ivan sesudah Bella pergi.
Arief: Van kaya nya aku suka sama bela deh.
Ivan: kenapa ko kamu bisa suka rief?
Arief: ya aku nggak tau, tiba tiba aja aku suka sama dia.
Ivan: menurutku Bella juga suka sama kamu rief. Tp aku juga ga tau si rief, mungkin aja dia udah punya pacar.
Arief: ia juga si van.
Ivan: coba aja dulu rief. Kan ga ada salah nya rief.
Arief: iasudah ku coba tadi tapi Bella mengajak ku untuk bersahabat saja. Tetapi kenapa ya aku terus memikirkan nya?
Ivan: mungkin kamu memang benar benar suka sama Bella rief.
Arief: ia kali ya.
Ivan: pun mengajak arief bermain basket

Saat mereka bermain basket mereka bertemu dengan teman mereka yang bernama Ano, ano ayo kita main basket, aku tidak bias bermain basket , aku bisanya main bola. Sini kita ajarin cara mainnya. Hari makin lama semakin sore. Arief,Ano dan Ivan pun pulang ke rumah masing masing. Arief mandi dan makan malam, sehabis makan malam Ivan memanggil Arief dan mengajak Arief menginap di rumah Ivan. Ivan pun bertanya kepada arief soal yg tadi sore.
Ivan: rief kamu masih mikirin si Bella?
Arief: ia tapi sedikit, kenapa ya pikiranku suka melintas wajah Bella?
Ivan: aku ga tau juga deh rief.
Arief: oh ya sudah deh.
Arief dan Ivan pun tidur karena hari sudah malam.

Keesokn harinya Ifan dan Arief, jalan jalan di dekat rumahnya untuk mencari udara segar. Mereka pun bertemu Ano lagi. Mereka berbincang bincang , udara semakin panas mereka berteduh di bawah pohon yang rindang sambil memesan minuman.
Ivan: wah.. panas ny bukan main ya.
Arief: ia nih udara semakin panas. jd males kemana mana ya.
Ano : ia nih, eh kelapa nya udah jadi tuh.
Arief: wah enak sekali, panas panas minum kelapa di bawah pohon yang rindang lagi.
Ivan: ia jadi pngen disini terus.

Sesaat sudah tidak panas lagi mereka pun berjalan ke rumah Ano.
Sesampainya di rumah Ano pun mereka bercerita tentang apa saja yang menurut mereka menarik, tiba tiba Ivan ketiduran di rumah Ano. Arief dan Ano juga mengantuk Karena hari ini hari yang melelahkan. Mereka tidur dengan lelap di rumah Ano. Sekarang Ano menjadi sahabat Arief,Bella dan Ivan. Karena Bella sudah pindah ke Bandung lagi mereka hanya bertiga sekarang. Sesudah bangun Arief bangun pertama kali dan langsung pulang ke rumah nya dan pamit ke orang tuanya Ano. sesudah sampai rumah arief tidur lagi karena masih lelah kondisi tubuhnya. Sesaat ia terbangun hari sudah sore, ia mandi lalu menonton tv di kamarnya. Ternyata kepala Arief pusing secara tiba tiba. Ia mengisi perutnya lalu minum obat pusing dan istirahat.

Keesokan harinya Ano dan Ivan memanggil Arief, lalu mereka di beritahu ibu nya arief kalau Arief sedang sakit dan harus banyak istirahat. Ivan dan Ano masuk ke rumah Arief untuk menjenguk Arief. Mereka menanyakan keadaan Arief.
Ivan: bagaimana keadaan kamu rief?
Arief: kepalaku pusing sekali van. Seperti ada yang memukuli kepalaku.
Ivan: kamu udah minum obat rief?
Arief: udah ko. Kemarin udah di minum obatnya. Mungkin aku terlalu lemas .
Ano: ia mungkin kamu tidak istirahat secukupnya kemarin.
Arief: ia munkin ya. Badan ku memang sudah panas dari kemarin.
Ivan: pantas saja kemarin kamu lemas sekali kelihatanya.istirahat yang banyak ya rief.
Arief ia makasih ya teman teman.beberapa hari berlalu Arief pun sudah sembuh dan mereka bertiga berkumpul lagi seperti dulu

3 Cinta by Prasetya Dyah Windu N

“hmm.. gw dapet apa setelah gw korbanin hidup gw demi menyambung hidup sahabat gw?” itu kata-kata yang selalu ada di kepala dan otak gw, seorang Flower Nictha Ayudia Sanura Timo ini. Semua berawal dari cerita bodoh gw sewaktu di SMA tepatnya sewaktu gw masih hidup. LOOHHH?!! Sewaktu gw hidup, gw selalu nulis apa yang terjadi di dekeliling gw dengan menulis diary di laptop gw. Dan merangkainya menjadi sebuah cerita, tentu aja pemerannya orang-orang di sekitar gw. Gw sebenernya udah meninggal akibat gw donorin hati gw ke sahabat gw, dan cerita ini adalah cerita yang gw buat sewaktu gw masih hidup. Cerita yang sengaja gw tinggalin untuk orang-orang yang gw sayangin.
Lulus SMP, gw ngelanjutin SMA di sekolah yang sama. Bukan Cuma gw ko yang ngelanjutin SMA di sini. Temen-temen gw dari SMP banyak yang masuk SMA sini. Ada Kanya, Bonnie, Lara, Anggie, Gat dan Kiki, juga gak ketinggalan sahabat gw dari SD, Nata. Pembagian kelas, ok gw sekelas sama Nata, Kanya, Gat dan Bonnie juga beberapa anak dari sekolah lain. Anggie, Kiki dan Lara ada di kelas 10.2 dan Mario, Dava dan Ken ada di kelas 10.3. pembagian kelas yang sesuai dengan sfat kita masing-masing, kelas 10.1 dihuni oleh anak-anak yang aktif dan kreatif. Kelas 10.2 dihuni oleh mahluk-mahluk pinter-pinter dan di kelas 10.3 anak-anaknya, egh… saking aktifnya jadi kelas terusuh di angkatan ini. Ya.. tapi mereka juga punya kelebihan ko (tapi cari sendiri aja ya).
1 bulan di awal, kelas masih terasa kaku, tapi berkat tingkah laku Bonnie dan Gat yang garing kriuk-kriuk itu, suasana kelas jadi mencair dan asik. Kelas satu ini, gw sengaja ikut berbagai exkul. Gw ikut exkul basket dan saman dance. Nata dan Kanya masuk tim cheers, Bonnie, Lara dan Anggie masuk exkul theater, Kiki, Ken dan Mario juga masuk basket, Gat masuk tim futsal dan Dava dan Nadia masuk tim Drum Band. Walau pun kita punya aktivitas bejibun tapi kita tetep sering ngeluangin waktu untuk ngumpul dan Hang out bareng, di mana ajatempatnya yang penting nyaman dan asik. Kita juga kalo lagi liburan kadang jalan ke Jakarta n sekitarnya, juga kadang kita jalan ke Bandung. Hubungan kita jadi lebih dekat di banding sama temen-temen yang lain. Tapi bukan berarti juga kita cuma deket dan ngumpulnya sama yang itu-itu aja, kita juga sering ngumpul sama anak-anak yang lain ko.
Haha… nyaris tiga stengah tahun bersama (cieelah bahasanya), akhirnya ada juga benih-benih cinta. Di bulan Oktober Kanya dan Bonnie jadian. Ehhh… di bulan Desembernya Ken jadian sama Dava. Akhir Desember gw ultah ke 15. kita makan-makan di rumah makan sunda di daerah Depok. Anak-anak yang lain bawa kado (gak ngarep banget sh) tapi Gat dan Ken lupa bawa kado. Tapi mereka tetep kasih hadiah special keg w. tanpa ada persiapan mereka ngeBand. Di Bantu Kiki sebagai vokalis. Nata danNadia yang suka ngerekam dan foto-foto, dia foto semua kejadian dan saat-saat tersebut. Entah kenapa karna gw sering ngeliat Gat gw mulai ngerasa “suka” sama tu orang. Apalagi waktu ngeliat dia lagi main drum n saat LIBALA. Woow.. ternyata Gat terlihat lebih keren di banding anbas yang lain. Ok tapi gw Cuma bisa jadi “pemuja rahasianya”. Tapi kalo di depan dia gw tetepaja gak bisa nutupin rasa salting gw. Hah!!. Satu bulan setelah gw ngerasain gw suka sama dia, gw baru cerita sama Nata tapi beberapa hari kemudian Nadia curhat sama gw (biasa biro curhat) dia bilang dia juga suka sama Gat, bahkan katanya dari kelas tiga SMP. Gw ciut, gimana pun juga Nadia duluan yang suka sama Gat dan pasti rasanya Nata lebih besar dari gw. Tambah lagi Nadia orangnya cwe banget, manis dan ramah, sedangkan gw 85% cwe, sisanya gw kaya cwo (sifat dan sikapnya). Haahhh… Ciut gw!!
Makin lama Nadia makin deket sama Gat, tapi Gat juga kaya ada sesuatu yang special sama Lara. Tapi ya bukan salah Nadia dia bisa suka sama tu mahluk hidup, ya kan? Balik lagi ke masalah Gat, dari kabar yang gw dapet alias gw tanyain sama Kki, ternyata mereka “BS” walah dalah!! Pupus sudah rasa ini. Nadia juga ngerasa selama ini dia Cuma dapet harapan kosong doang dari Gat. Tpi walaupun kita sama-sama hurt, ya walau pun gw gak cerita yang sebenarnya ke Nadia, tapi anehnya, gw malah dengerin curhat Nadia tentang Gat. Tambah lagi kalo Bonnie lagi nyindir mereka untuk gak “BS”. Hati ini serasa tercabik-cabik (lebay ahk). Dan Bonnie nyuruh mereka untuk pacaran secara terang-terangan, tapimereka malah putus. Lara curhat sama gw, dia patah hati banget padahal Lara sayang banget sama Gat. Tapi ya namanya juga Gat. Setelah mereka putus Gat malah kaya tebar pesona ke anak-anak cwe. Membuat hati gw, Lara dan Nadia sakit tau!!.
Ok. Sebagai biro curhat gw hampir tau setiap asalah anak-anak. Nata yang naksir sama Mario tapi Marionya deket banget sama Anggie padahal Anggie lagi melakukan hubungan jarak jauh sama Bintang yang ada Bandung, Ken dan Dava yang tiba-tiba putus gara-gara Dava selingkuh sama temen kakaknya yang di UI, Bonnie yang adem ayem sama Kanya yang makin hari makin ngebuat orang iri. Satu-satunya orang yang kisah cintanya gak gw ketahui adalah Kiki, emang sih cwo yang satu ini misterius banget. Tapi dia selalu menjaga orang-orang (terutama) cwe-cwe yang ada di deketnya dan gak pernah mau nyakitin cwe terutama hatinya.
kita sangat menikmati saat-saat di kelas satu, ya walau pun dengan suka dan duka jadinya gak terasa satu tahun udah abis. Pembagian untuk kelas dua, kita udah mulai memilih jurusan IPA atau IPS, entah ada angin apa kita semua milih IPA (tanpa ada perjanjian loh). Ok. Pembagian kelas, emtah ini semua campur tanggan dari siapa, tapi ini suatu keajaiban (lagi-lagi lebay) karna kita berduabelas ngumpul di kelas 11.2 di tambah anak-anak yang lain kelas jadi rusuh, karna emang kalo kita ngumpul pasti rusuh banget. Lagi pula kita berduabelas ini dari dulu (kelas 7) kita belum pernah di gabung yang seutuhnya kaya gini. Awalnya kita happy banget, tapi saking happynya kita jadi lupa waktu kapan untuk belajar dan kapan untuk bercanda. Kita selalu rusuh, rame, jayus yang ngebuat guru-guru jadi males masuk ke kadang macan kaya gini. Kita makin ngerasa deket, bukan sebagai temen deket tapi udah kaya sahabat (lohh kan hampir sama?). sekarang Anggie udah gak berhubungan jarak jauh lagi, sekarang Bintang pindah ke sini dan sekolah bareng kita, tapi gak sekelas sih. Anggie seneng banget tapi dia juga harus hati-hati menjaga Bintang cos, Bintang menjadi tenar di sekolah kita. Ken sama Mario yang jadi ngerasa segan sama Bintang, status mereka sebagai abas yang terkeren (kata anak-anak) jadi tersaingin sama Bintang. Berhubung gw biro curhat gw tau cerita tentang mereka, Mario yang diem-diem suka sama Lara, dan Gat yang bener-bener mau nembak Nata dalam hati gw berbisik, “kenapa Nata? Padahal Nata cuek bebek sama Gat, dan kenapa bukan gw?” (hah ngarep banget sih, lagi pula siapa juga yang masih ngarepin tu orang!!). Walau pun gw biro curhat gw jarang banget cerita tentang cwo yang gw sayang dan suka. dan kayanya sekarang gw mulai ada rasa sayang sama Kiki.
Ahkk… tinggalkan dulu urusan cinta, sekarang kita membahas kelas kita yang makin hari makin sangar dan brutal, masalah yang kita buat makin banyak dan numpuk untungnya masalah kita masih bisa di toleransi oleh pihak dewan guru. Di kasih tau sama guru Cuma mantul, di kasih teguran juga Cuma masuk kuping kanan beberapa saat kemudian keluar lewat kuping kiri. Hal itu terus kita lakukan. Sampai akhirnya, saat Gat ultah yang ke 17, kita sepakat buat kasih kejutan sama orang yang paling tua di antara kita semua. Saat sekolah udah bubaran, kita semua nunggu Gat yang lagi di toilet, begitu dia keluar kita langsung siram dia pake air dan numpahin tepung serta telor ke badan Gat, Mario si rajanya usil, dia mainin petasan padahal siang-siang, saking senengnya kita lupa bahwa guru-guru dan kepsek masih di sekolah, suara sepatu orang yang sangat kita kenal menyadarkan kita, tapi kanyanya Mario dan Gat masih belum sadar, kita buru-buru lari kea rah gedung SMP, sedangkan Gat dan Mario yang badannya kotor masuk ke toilet cwo di gedung SMP, sedangkan kita lari ke depan sekolah dan ketawa-ketawa di bawah pohon deket masjid. Beberapa puluh menit kemudin Gat dan Mario udah bersih ya walau pun mereka basah kuyup karna mereka mandi dulu. Setelah itu kita jalan ke mall terdekat dengan boncengan, tanpa tau apa yang bakal terjadi.
6 hari setelah kejadian brutal tersebut, Gat nyariin baju olahraganya yang gak ada di dirinya. Pas di inget-inget terakhir dia pegang baju itu saat dia ultah. Di saat kita lagi nanya ke bagian tatalaksana, pak Karno datang dan manggil kita ke ruangannya. Kita awalnya biasa aja karna kita udah lumayan sering masuk ke ruangan itu, karna masalah maupun karna prestasi kita. Tapi begitu mulai di bahas kelakuan kita selama ini yang yang paling akhir adalah kejadian saat Gat ultah. Pak Karno ngeluarin baju olah raga yang beugh…. Bau telor padahal udah di cuci, dan ternyata baju itu adalah baju Gat. Kita langsung ciut saat kita udah bisa ngebaca kejadian yang bakal terjadi sama kita, terutama Mario yang main petasan. Orang tua kita di panggil, kita semua kena hukuman yaitu kita semua harus maintain tugas ke semua guru dan harus di kerjain dalam tempoh 2 minggu, padahal tugasnya susah-susah. Kita semua nyari bantuan ketempat les dan berbagai sumber yang terpecaya. Selama 2 minggu ini kita semua kerja rodi, sampe-sampe Kanya yang fisiknya gak terlalu kuat itu sakit. Tugas kita makin menumpuk saat kita sepakat bakal ngerjain tugas Kanya dan sepakat bakal ngumpuli tugas di hari yang sama. 2 minggu kemudia tugas-tugas kita udah selesai. Tapi hukuman di tambah, supaya kita jera. Yaitu kelas kita yang ada di lantai empat, jadi turun ke sebrang ruang kepsek. Ugh.. lagi-lagi ujian bagi kita yang rusuh ini, kita harus dan di wajib kan untuk selalu tenang, sunyi, rapid an tertib. Jauh dari kebiasaa kita yang rusuh gak karuan. Sejak saat itu kita jadi anak dan kelas yang kalem, kalem banget.
Kelas sebelas tu seru. Dan gak bakal terlupakan, cos di taun ini kita bener-bener dapat teguran keras dari pihak sekolah dan orang tua. Kita nangis dan ketawa bareng. Tiba-tiba kita denger kabar nyokapnya Nata masuk rumah sakit, akibat kanker hati. Masalah yang sangat berat buat Nata dan kita semua. Kita semua jenguk nyokapnya Nata, besoknya Nata gak masuk, dia harus teus ada di samping mamanya, karena papanya lagi ada di Jerman dan belum bisa pulang, sedangkan Nata anak satu-satunya. Selama 4 hari Nata gak masuk, tiba-tiba kita denger dari mbak (pembantunya) Nata, Nata jatuh sakit, dia kena tipes. Kita semua panic dan langsung ke rumah sakit, ada yang sebagian jagain mamanya Nata dan sebagian jagain Nata. Entah kenapa gw ngeliat Kiki kayanya khawatir banget sama Nata, dan ternyata bukan hanya gw yang ngerasain itu. Ken, Nadia dan Bonnie juga ngerasa kaya gitu. Tapi gw gak boleh egois, walau bagaimana pun juga Nata lagi sakit dan butuh perhatian kita semua.
Hampir selama setengah bulan mereka sakit dan kita yang bertugas ngejagain selama ini, papa Nata pulang, dia membawa mamanya Nata ke rumah sakit di Singapur. Sedangkan Nata yang mulai membaik sekarang udah bisa masuk dan ikut pelajaran lagi. Tiba-tiba di hari ke-empat setelah mamanya Nata di rujuk ke rumah sakit di Singapur, papanya Nata telpone Nata di saat Nata sedang di sekolah. Nata langsung pingsan, Ken yang ada di sebelah Nata langsung ngerebut HP Nata, dan di situ terdengar suara papanya Nata yang parau, dalam suara yang menahan tangis papanya Nata bilang bahwa mamanya Nata udah gak ada, udah pergi. Semenjak saat itu, Nata berubah. Gak ada lagi tawa,senyumdan canda Nata yang menghiasi hari-hari kita. Semua merasa kehilangan Nata. Udah kita ajak ke tempat-tempat rekreasi tapi Nata masih aja murung. Tapi saat Kiki dengan kata-kata dewasanya membujuk Nata untuk bangkit, akhirnya Nata bisa sedikit demi sedikit tersenyum lagi. Bahkan kadang dia bawa foto mamanya dalam ukuran besar dan memeluknya. Para guru pun memakluminya.
Tiga bulan lagi kita udah melaksanakan ujian akhir. Kita nyibukin diri, begitu juga Nata. Nata sekarang udah sibuk sama bimbelnya. Suatu hari saat hari latihan exkul basket dan hari mulai gelap karena mendung dan memang sudah sore, gw gak tau mau pulang sama siapa. Gat lagi gak ikut latihan, Ken dan Mario pulang boncengan, sedangkan gw, gw masih nunggu kakak gw jemput. Tapi tiba-tiba motor Kiki mendekat dan berhenti di depan gw, Kiki nawarin gw untuk bareng. Gak enak sih cos rumah Kiki agak jauh dari rumah gw, tapi berhubung hari makin sore dan makin mendung ya gw ikut dan nerima tawaran Kiki. Sebelum naik, Kiki ngasih jaketnya ke gw da maksa gw untuk make jaket itu, padahal ujan mulai turun. Tapi Kiki tetep ngotot untuk pake jas ujan aja. Setelah sampe di rumah (ujannya udah mulai reda, tapi rasa dingin mulai terasa) dan saat gw berniat ngembaliin jaket Kiki ternyata jaketnya basah dan sekarang gw yang maksa Kiki untuk make sweater warna coklat punya gw yang gw rajut sendiri. Kiki gak suka warna coklat, tapi setelah gw paksa akhirnya dia mau juga make sweater abal tersebut. Hehehe... entah perasaan gw atau gw Cuma ke GRan semenjak gw pinjemin sweater coklat tersebut, sekarang Kiki jadi suka warna coklat. Tas, sepatu dan silicon HPnya juda jadi warna coklat, kenapa ya?
Ahkk.. gak usah di pikirin dulu, sekarang ujian udah di depan mata. Dan gak terasa seminggu ini kita udah bisa melewati ujian-ujian tersebut. Pas pembagian raport kita semua jadi peringkat satu sampe empat belas, yippiiee.. gw dapet rengking ke 3 setelah Kiki dan Lara yang lumayan lah. Tapi si Mario anjlok di pringkat ke14. liburan tiba, kita sepakat liburan ke kampung halamannaya Nata di Bangka Belitung, selama 2minggu kita liburan di sana main-main di pantai, di laut keliling-liling pulau Bangka, suatu malam saat kita lagi ngadain pesta baker-bakaran di taman belakang Nata yang langsung menghadap ke pantai, Mario nembak Nadia dan Ken nembak Dava, dan Gat juga nembak Nata. Mario dan Gat mujur, mereka di terima tapi nasib Ken apes, dia di tolak sama Dava.
Liburan udah abis, kita mulai masuk dan pembagian kelas terakhir di SMA. Sekelas sama siapa ya?? Ternyata gw sekelas sama Nata, Kiki, Nadia dan Ken. Bonnie, kanya, dan Dava di kelas 12.2 dan Mario, Gat dan Anggie ada di kelas 12.3. suatu pagi, ya sekitar tiga bulan setelah masuk gw liat Nata uduk sendirian di kelas sambil ngutak-ngatik buku agenda kelas dengan tatapan kosong. Pas pelajaran olah raga, saat anak-anak cwo lagi main basket dan cwe-cwe di tribun, Nata narik gw dan Nadia ke atas tribun. Dia cerita dia mau mutusin Gat, karena Nata gak mau bohongin diri sendiri dan orang lain terutama Gat, bahwa sebenernya selama ini Nata gak ada perasaan lebih ke Gat. Gw sempet marah, “kenapa Nata gak mau bersyukur dia udah dapetin Gat tapi dia malah nyianyiain itu”. Gw gak respon setiap kata-kata dan ceritanya, tiba-tiba malah dia ngomong hal yang serasa mampu ngeberhantiken waktu dan jantung gw, seketika hati gw panas. Kata-kata itu adalah “kata kalian Kiki ganteng gak?” Nadia jawab “ganteng sih, tapi sok cool ahk. Pendiem dan misterius.” Nata langsung ngomong “iihh… itu poinnya, karna sikapnya yang soo coooolll itu, dia jadi keliatan cool banget Nad.!!!” Tiba-tiba anak-anak pada denger dan jadinya malah ngecengin Nata, Kiki yang sadar dirinya lagi jadi baha pembicaraan itu Cuma senyum. Hati gw makin panas, panasnya menjalar ke mata gw, gw langsung kabur ke toilet. Saat itu gw kesel sama Nata, kenapa dia gak bisa bersyukur, kenapa setelah dia ngomong kaya gitu, dia malah ngomong bahwa Kiki itu cool. Selama ini kasian banget rasa cinta dan sayang Gat Cuma jadi angina lalu bagi Nata.
Selama berhari-hari Nata selalu di cengin sama anak-anak. Gw jadi benci sama anak-anak kelas gw, termasuk Nadia, Ken dan mereka berdua juga anak-anak yang lain. Gw jadi lebih sering menghindar dari Kiki juga anak-anak kelas gw. Saat gw bercada sama Mario dan Kiki lewat dia sinis banget ngeliatnya, gw sinisin aja tu orang. Ahk, gw bisa sters gara-gara Kiki dan Nata. Akhirnya gw nyibukin diri maybe dengan begitu gw bisa lupain rasa dendam dan jelouse gw sama temen-temen gw. Ahirnya berkat pemaksaan sela sekitar dua bulan, rasa sayang gw ke Kiki mulai memudar ya walau pun Cuma sekitar 2 persen dari total keseluruhan. Di suatu pagi yang masih agak sepi, gw liat Nata duduk sendirian di mejanya sambil nulis-nulis diarynya, Nata kayanya lagi sakit cos dia keliatan agak pucet. Gw gak tau kabar dia belakangan ini, jadi gw Tanya aja langsung tapi Nata Cuma ngegelengin kepalanya saat gw Tanya, gw terus ngudesak dia untuk jawab pertanyaan gw, tapi matanya malah berkaca-kaca. Dia langsung ngomong “Flo, maafin Nata ya. Nata selama ini gak sadar sama perasaan Flo. Ternyata Flo sayang sama Gat, dari sebelum Nata jadian, terus Flo juga sayang kan sama Kiki?! Maafin Nata ya, Nata baru sadar. Nata…” gw langsung aja nyerobot kata-katanya yang makin ke sini makin gemetar dan aneh. “lo ngomong apa sih? Lo kenapa? Muka lo pucet, suara lo gemetar, mata lo gak bisa focus ke mata gw. Lo kenapa?!” Nata Cuma nangis. Nata gak jawab pertanyaan gw. Bel berbunyi, tanda jam pertama mulai, Nata langsung masukin buku Diarynya ke laci, selama pelajaran berlangsung, Nata gak serius belajarnya, Nata nyanyi-nyanyi kecil sampe kaya berbisik, pas gw dengerin ternyata itu bukan nyanyian tapi itu kaya semacam keluhan, hai gw miris dengernya gw peluk Nata. Nata ngerasa aneh dan berusaha ngelepasin dirinya, tapi gw semakin ngencengin pelukan gw. Nata gak berkutik dia malah nangis. Gw iktu nangis. Bel istirahat anak-anak pada dating ke kelas 12.1 mereka ngerasa aneh ngeliat gw, Nadia dan Nata nangis sambil pelukan, sementara anak cwo Cuma bisa diem di samping kita. Kita berduabelas jadi ngumpul dan pelukan (kecuali cwo) kita sebenernya gak tau apa yang di rasain Nata tapi kita ikut seding ngeliat Nata nangis kejer kaya gitu.
Gak terasa bel istirahat usai, sekarang pelajaran matematika, bu Tana. Semua anak dari kelas lain berhamburan keluar. Tiba-tiba saat bu Tana lagi membahas soal, Nata tiba-tiba berdiri dan lari keluar kelas, kita khawatir banget, gw dan Nadia izin ke bu Tana dan nyusul Nata. Kanya, Dava, Lara,Anggie,Mario,Gat, dan Bonnie dari kelas mereka masing-masing dan nanyain keadaan Nata, tapi berhubung mereka juga lagi belajar jadi yang di bolehin keluar Cuma yang cwe-cwe. Ternyata Nata ada di toilet di duduk di lantai sambil kaya nyaris pingsan dengan kapas di hidungnya. Anggie yang masuk duluan ke toilet langsung lari dan ngomong “Nat, lo kenapa?!” Anggie langsung meluk Nata. Tangisan kita pecah, tapi Nata tetep aja gak mau cerita. Dia langsung ngomong “gw udah di jemput sama bokap, gw mau ke dokter, ntar gw kasih tau ke kalian kenapa gw kaya gini. Cos gw juga belum tau. Setelah itu Nata langsung cabut ke kelas dan izin ke guru piket kalo dia lagi gak enak badan dan mau pergi ke dokter. Kita Cuma bisa diem di kelas. Waktu pelajaran terakhir kosong gw coba nelpon ke rumah Nata, ternyata Nata beum pulang padahal papanya lagi ada urusan dan akhir-akhir ini Nata pulangnya sore terus, padahal kegiatan dia Cuma bimbel dan les biola. Kita panik mikirin ke mana Nata pergi. Saat bel pulang berbunyi gw langsung beres-beresin buku gw, dan ternyata diary (plus kuncinya) ketinggalan gw masukin aja ke tas gw. Setelah pulang sekolah kita nyari Nata di tempat-tempat yang kemungkinan Nata berada. Kita udah keliling tapi gak ketemu, gw bilang sama anak-anak gw nemuin Diarynya di kolong laci, Dava langsung ngebuka diary tersebut. Isinya tentang kejadian-kejadian yang penting bagi Nata, tapi ada satu lembar halaman yang bahasa tulisannya serius banget pas kit abaca isinya bertuliskan :
{09. September 2009
Dear diary ku tersayang,
Tadi Nata ke rumah sakit, sendiri ko. Cos kayanya Nata sakit deh. Tapi.. kata dokter langganan ku yang dari aku kecil, dia bilang seharusnya aku ke dokter ahli penyakit dalam (waktu dokternya bilang kaya gitu, ekspresi dokter itu kaya mau nangis gitu) ya udah dech aku ke dokter spesialis penyakit dalam. saat Nata di ronsen, kata dokter aku punya penyakit yang parah (aku emangnya kenapa y) eh waktu hasilnya keluar dan dokternya bilang “padahal kamu masih sangat muda” dokter itu sambil ngeliatin baju ku. Karna aku masih pake seragam. Aku langsung Tanya emang penyakitku apa? Dan dokter itu bilang kalo aku… ngidap penyakin kanker hati!! Penyakit yang udah ngebuat nyokap tercinta gw pergi, penyakita yang mau gw musnahin, penyakin yang udah ngerebut nyawa jutaan manusia penyakit yang sangat gw benci, sekarang gw malah ngidap penyakit itu!!! Gw benci!!!!!!! Dan kata dokter itu hidup gw gak lama lagi. Sekalian aja gw mati sekarang biar gw bisa ketemu sama mama! Biar gw gak ngejalanin ujian nasional!!! Gw benci hidup gw. Gw sengaja mutusin Gat juga karna ini. Gw tinggalin semua yang gw sayang. Maaf yap ah, Nata gak bisa jadi anak yang buat papa bangga temen-temen n khususnya Gat gw minta maaf ya.}
Tanpa sadar air mata kita ber12 udah jatoh gak karuan, terutama Gat, Gat ngerasa sangat terpukul dia marah gak karuan sedangkan kita yang cwe-cwe Cuma bisa nangis sampe sesak. Mario yang juga paling anti nangis aja nangis, saat dia mau baca lagi diary
Nata, dia nemuin sebuah kertas yang bertuliskan “gw mau abisin sisa hidup gw di tempat saat gw kepisah dari mama” gw tau tempat yang di maksud Nata, yaitu taman kota di daerah tengah kota Jakarta di sanatempat yang teduh dan nyaman. Kita langsung ke sana dan benar Nata ada di sana di lagi mainin biola kesayangannya dari mamanya. Kita pangil-pangil Nata tapi Nata keburu kabur, saat gw kejar dan tangkep dia, dia ngelawan badan gw terjatuh ke tengah jalan, dan di saat yang sama ada bis yang melintas. Setelah itu gw pingsan gw di bawa ke rumah sakit di samping gw ada Kiki dan Nata. Tapi gw kehilangan kesadaran sampe gw sadar lagi saat kita ada di rumah sakit, kaki dan tangan gw patah gw udah nyaris meninggal karna kehabisan darah. Saat itu juga gw mutusin untuk mendonorkan hati gw untuk Nata, temen-temen pada gak bisa ngomong saking sesaknya, sedangkan nyokap dan kakak gw pingsan bokap gw doing yang ada di samping gw, bokap berkali-kali nanyain akan keputusan gw di saat bokap ragu untuk menyetujuinya Nata pingsan kata dokter dia juga sekarat. Gw langsung teriak “lebih baik Flo yang mati, donorkan hati Flo ke Nata sekarang juga!!! Dari pada kita berdua mati. Dan semoga dengan hati ini Flo bisa terus mencintai orang yang Flo cintai.. setelah itu gw ngerasa bener-bener sekarat. Oprasi mulai di lakukan Nata gak tau apakah dia sudah mati atau masih hidup.
“tiba-tiba gw udah ngerasa ada di langit, ngeliat semua yang terjadi di bumi, “gw udah mati?” gw ngeliatmereka nangis karena gw dan bokap Nata mengucap beribu-ribu trimakasih keg w dan keluarga gw. Saat itu gw denger Kiki teriak “FLLLOOOOOOOOO gw sayang banget sama lo, gw cinta sama lo!!!!!!! Kenapa lo gak nyadar??!!!” ternyata selama ini Kiki suka sama seorang cwe bodoh yang bernama Flower Nictha Ayudya Sanura Timo yaitu gw?! Kenapa ini terjadi? Kenapa sekarang gw gak bisa ngerasain sakit hati lagi? Ohh ya… hati gw udah di tubuh Nata, dang w udah mati. Gw gak bisa ngerasain hati gw lagi.” (kata Flo saat ia sudah mati dan sudah ada di surga)
(di dunia) UN di laksanakan. Bangku Flo yang kosong masih tersimpan di tengah kelas itu semua ulah anak-anak yang gak mau gw gak ikut UN. Akhirnya mereka lulus. Mereka ber12 nerusin sekolah di UI tapi beda-beda fakultasnya. Anak-anak gak ada yang jomblo, mereka udah dapet gebetan. Dan Kiki di terima oleh Nata (hati Nata). Mereka berdua sudah berjanji untuk tidak menyakiti hati yang ada di tubuh Nata. Karna itu “Hati Flo”.

Kesedihan Rena by Budi Riadinda

Rena adalah serorang perempuan yang bisa dibilang sangat malang. Dia hidup bersama seorang ibu kandungnya. Ibu kandungnya adalah seorang yang sangat baik
dan ramah pada siapapun. Ketika Rena umur 3 tahun, ayah Rena meninggal di sebabkan oleh kecelakaan mobil, yang dimana tiba-tiba ibu kandungnya itu berubah drastis, dia menjadi seseorang yang disiplin, keras, dan cepat putus asa. Saking disiplinnya, dia tidak memerdulikan lagi perasaan anak kandungnya, yang sangat sering telah ia aniaya. Rena adalah satu-satunya anak dari perempuan itu, yang dimana hidupnya tidak pernah ditinggali oleh perasaan sedih yang melanda.

Sering sekali, ketika Rena kecil, yang bagaimana seorang anak kecil yang membutuhkan kasih sayang dari ibunya. Namun apakah yang Rena terima?. Suatu saat, ketika Rena berumur 5 tahun, dia menggambar gambar abstrak yang bertuliskan “MAMAKU TERSAYANG” dan langsung memberikan kertas gambar itu pada ibunya dengan senyuman yang sangat manis, bukannya ibu Rena menerimanya dengan baik-baik sembari mengelus-elus kepala Rena (ini adalah salah satu dari harapan kecil Rena pada saat itu), namun apakah yang terjadi?. Ibu Rena mengambil kertas itu dengan kasar dan berkata

“Gambar apa ini? Apakah kau menggambarku? Apakah aku sejelek ini”

sembari merobek kertas gambar itu, ibunya langsung meneruskan kegiatannya pada saat itu, adalah menyetrika baju-bajunya. Rena sedih, entah mengapa tiba-tiba air mata di matanya mengalir deras, sangat deras. Dari kejadian itu, Rena sangat amat menderita, ketika dia lulus SD dengan nilai yang sangat memuaskan, tertinggi sekotanya. Ibunya tidak sama sekali punya rasa bangga kepada anaknya itu, padahal Rena hanya ingin ibunya mengambil rapotnya saja, itu saja, namun apakah perbuatan ibunya?, dia dengan tegas menolak permohonan itu dengan alasan,

“ibu ingin kerja, ibu sedang sibuk, jika ibu tidak kerja mau makan pakai apa kamu?. Aku tidak sudi menunda-nunda waktuku hanya untuk acara tidak penting seperti itu. Rena kesal, mengapa ibunya harus begitu, teman-temannya yang mendapat nilai kelulusan jauh di bawah Rena, dengan bangganya para ibu mereka menyemangati dengan penuh kasih sayang, dan bagaimana dengan Rena?.

Rena tidak bisa mengandalikan amarahnya
“ibu? Mengapa sebegitunyakah engkau kesal dengan anak kandungmu sendiri?”

Rena hanya protes dengan kata baik-baik, namun bagaimanakah reaksi ibunya?’.
Ibu Rena marah besar, di sebelahnya terdapat gelas pajangan yang tiba-tiba dia lempar pada anak kandungnya sendiri. Rena luka parah, sangat parah, mukanya terkena pecahan tajam beling dari gelas pajangan itu, namun mukanya sudah terlalu kebal lagi untuk mengeluarkan darah, jadi yang terjadi hanyalah memar besar yang terdapat di pipi kanannya. Rena hanya merenung sedih, dan langsung membereskan pecahan-pecahan itu,lalu dibuangnya ke tempat sampah.

Dengan berjalan pincang, akibat kaki kirinya yang juga terkena pecahan beling itu Rena segera memasuki kamarnya, yang Rena pikirkan adalah
“apakah aku akan menangis sekarang? Namun air matapun tidak berani keluar lagi dari pelipis mataku ini” pikir Rena sambil terdiam.

Ketika Rena SMP dia membutuhkan sedikit biaya untuk memenuhi syarat agar bisa menjalani ujian kelulusannya, uang yang Rena butuhkan hanya sekedar Rp30.000,-. Hanya segitu, ibunya sudah jelas tidak ingin membiayakannya dengan alasan
“kamu lebaran nanti pakai baju apa bila ingin menggunakan uang THR-mu untuk hal yang tidak penting seperti itu saja?”.

Tanpa pikir panjang Rena memasuki kamarnya dan merenung lagi,

“apa yang bisa ku perbuat? Ibu tidak mau membiayakanku, aku harus mencari ide lain!” pikir Rena, dan dia melanjutkan pikirannya “’kerja! Ya kerja! Aku harus mencari pekerjaan untuk menghasilkan uang”

Besoknya sehabis pulang sekolah Rena langsung mencari-cari pekerjaan, dia bingung, “jadi apa ya aku?” pikirnya. Dia melewati penjual kaki lima yang kelihatannya sedang sangat capek megurusi hewan-hewan dagangannya itu, yaitu adalah anak-anak ayam yang lucu-lucu juga kecil mungil yang sayangnya sudah di warnai semua bulu-bulu halusnya itu, bermacam-macam warnanya, ada juga seekor anak ayam mungil yang terdiri dari warna pelangi yaitu, MEJIKUHIBINIU, singkatan dari Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila, Ungu.

“sungguh kasihan anak-anak ayam itu, hidup mereka sepertinya sangat rumit, mereka terpisahkan dari induk-induknya,mereka masih kecil,butuh kasih sayang, malah di warnai macam-macam yang membuat mereka terlihat aneh dari pada terlihat lucu, seperti aku, malangnya nasib kalian semua teman-teman kecil”

Bisik Rena sambil menunduk dan mencoba mengelus-elus anak-anak ayam itu.

“apakah kau butuh bantuan pak?” tanya Rena.
“mm,,sepertinya memang benar saya butuh bantuan dik, sangat repot-repot sekali mengurusi anak-anak ayam ini, mereka mulai bandel sekarang, dulunya saya rawat dari masih menjadi telur dan saya tunggu agar menetas,mereka masih imut-imut sangat lucu sekali, aku sangat senang bertemu dengan mereka”

kata seorang bapak penjual anak-anak ayam itu sambil tersenyum.
“bisakah saya menolong bapak?”
“ya ya ya, tolong ambilkan makanan ayamnya dik, di bawah meja di pojok sana”

kata bapak itu smbil menunjuk meja.
“kamu akan saya bayar Rp7000.- per hari ya dik” sambil tersenyum bahagia.
“oh ya pak pasti makasih ya, ini makanan ayamnya pak” ujar Rena yang memberikan sebuah kotak makan ayam yang penuh dengan makananya pada bapak itu.

“sangat baiknya bapak ini” ujar Rena.

Rena bekerja sangat rajin dengan penjual anak-anak ayam itu. Dia menganggap bapak penjual itu adalah bapak kandungnya sendiri. Lama-lama Rena pun sangat ingin tinggal dengannya.
“lagian pula, apa peduli ibu akan aku?” pikir Rena.

Penjual anak ayam itu bernama Pak Sholim, dia mempunyai seorang istri namun tidak mempunyai anak, Rena dan dia sudah sangat dekat, Pak Sholim sangat baik hati dan ramah, Rena setiap hari datang untuk bertemu dengan Pak Sholim untuk mencurahkan smua kebebanannya yang selama ini dia pendam di dalam hati. Pak Sholim sangat kasihan pada Rena, dia juga telah menganggap Rena seperti anak kandungnya sendiri, bahkan istri Pak Sholim pun berperasaan sama seprti Pak Sholim terhadap Rena.

Setelah bekarja beberapa hari pak Sholim tidak lagi merasa capek, karena sudah ada Rena yang selalu menolongnya. Rena pun sudah bisa bayar uang untuk kelulusannya nanti, bahkan Rena mendapat sisa jauh lebih banyak dari pada yang dia pikirkan, uang sisanya dia tabung untuk cadangan kebutuhannya yang lain.

Ibunya ternyata sudah mengetahui bahwa Rena dekat dengan Pak Sholim, ibunya melarang habis-habisan Rena untuk bertemu dengan dia lagi sampai-sampai ibunya memukul kepala Rena pakai panci dari dapur. Rena sedih, dan untuk kesejuta kalinya, air matanya turun dengan deras juga. Sudah lama Rena tidak menangis sederas ini lagi,namun akibat nangis, dia sudah agak lega.

Tidak terasa Rena sudah dewasa, dia kuliah di universitas perguruan tinggi yang sangat terkenal, dia mengambil jurusan psikologi. Sikap ibunya sama sekali tidak berubah, seperti sedia kala, yang dimana sering mencelakai Rena. Rena mempunyai pacar, dan akhirnya mereka menikah, ketika Rena umur 19 tahun, dan suaminya yang bernama Fikry yang berusia 24 tahun, Fikry adalah dosen mudanya yang mengajar Rena di bidang psikologi. Atas izin ibu Rena mereka akhirnya menikah, yang dimana ibu Rena sama sekali tidak mengeluarkan uang.

Akhirnya Rena mempunyai hidup yang sempurna, sangat sempurna dibandingkan ketika dia bersama ibunya, setelah 4 bulan menikah, Rena hamil. Ketika Rena hamil, terdapat kabar bahwa Pak Sholim telah tiada, Rena sedih mendengarnya, namun Fikry tetap berada di sampingnya untuk mendukung Rena. Lewat 9 bulan, tibalah waktu untuk Rena melahirkan. Ketika di rumah sakit, mertua Rena datang untuk melihatnya, namun ibunya Rena tidak datang.

Akhirnya Rena melahirkan anak perempuan yang dia beri nama Naiya, Naiya sangat lucu, sehat dan pintar. Semuanya sangat senang dengan kedatangan Naiya ke dunia ini, kecualiibi Rena yang sama sekali tidak mempunya rasa bangga akan kelahiran cucu dari anak kandungnya sendiri.

Rena sangat menyayangi Naiya dengan sepenuh hati,dia tidak mau masalah dia dan ibunya akan terulang pada dirinya dan Naiya. Begitu juga Fikry dan orang tuanya yang selalu menengoki cucunya itu dengan rasa yang penuh kasih sayang. Naiya pun telah ber umur 8 bulan, Ibu Rena belum kunjung datang untuk menengoki cucunya yang baru lahir.

Rena tidak memedulikan ibunya lagi, sama sekali tidak ia pedulikan, bahkan telah lupa sepenuhnya dengan ibu kandungnya itu, namun tiba-tiba ada bunyi bel pada saat siang hari, ketika Rena sedang menyusui Naiya agar tidur. Rena langsung membukakan pintu untuk entah siapakah tamunya itu, Rena kaget ternyata tamu itu adalah ibunya.

“hei Rena sudah lama kita tidak bertemu, tolong persilahkan aku masuk dan melihat anakmu”

Rena langsung membimbing ibunya ke pada tempat tidur bayi Naiya.

“pasti ibu akan membanggakan anaku ini,lihat saja” pikir Rena dalam hati,
namun apakah yang terjadi?. Bahwa Ibu Rena bilang
“ aneh sekali sih ini anakmu,jelek sekali,kampungan haha pasti kau akan membuatnya teraniaya seperti aku tehadapmu,hahaha”

Sambil tertawa terbahak-bahak dia langsung pergi untuk ulang menuju rumahnya. Entah mengapa Naiya yang tadinya telah tertidur pulas, tiba-tiba bangun dan langsung nangis tersedu-sedu. Rena pun segera menggendong Naiya dan mengusap- usap punggung Naiya dengan rasa sayang.

“tidak sayang, ibu tidak akan berbuat seperti itu kepada kamu anaku tersayang” ujar Rena.

Tidak terasa sudah 2 tahun Naiya hidup di dunia ini, dia sudah pintar sekali, namun dia sangat nakal, jadi sering menangis. Rena sibuk, sekarang sedang bulan puasa, pembantunya sudah pulang kampung, Fikry suaminya sedang kerja. Jadi Renalah yang harus menyelesaikan semua tugas rumah tangga. Ketika dia sedang memasak untuk buka nanti, Naiya memberantaki kamarnya yang baru saja Rena bersihkan. Rena berkata

“Naiya kamu jangan bandel! Kamar kamu baru saja ibu bereskan”

tiba-tiba Naiya pun menangis, namun masakan yang di goreng oleh Rena sudah ingin matang dan jika didiamkan untuk waktu 5 menit saja pasti sudah gosong, bagaimana lagi?. Rena harus menyiapkan masakan dulu, sehabis itu baru mementingkan Naiya, anak itu tidak berhenti menangis, jadi Rena membuat sebotol susu dulu untuk Naiya untuk diam.

Naiya langsung membuang botol itu dan meneruskan tangisannya yang barusan agak tertunda. Rena bingung, akhirnya dia menggendong Naiya sambil masak dan memotong- motong sayuran. Namun Naiya tetap tidak diam, dia terus berontak dari gendongannya Rena. Rena sudah mengelus-elus punggungnya yang biasanya berhasil membuatnya diam dengan cara itu, namun jawabannya adalah tidak. Rena pusing sangat pusing, yang mana rumahnya yang baru saja tadi dia sudah bersihkan kembali berantakan.

Berkali-kali Rena menyuruh Naiya untuk diam, namun tidak berhasil juga, namun Rena mencoba sabar dan terus mencoba agar sabar untuk menghadapi Naiya. Namun Naiya terlalu mengesalkan karena terlalu berisik dan mengganggunya yang tengah sibuk terus. Refleks, tiba-tiba Rena menaruh Naiya di pinggir tangga dan agak mendorongnya sedikit, dan terjatuhlah Naiya dari lantai 2 ke lantai dasar yang mengakibatkan luka di kepala, tangan, dan kakinya.

Rena kaget
“astaga! NAIYA!” Rena langsung menggendong Naiya yang pingsan mungkin terlalu kaget untuk jatuh dari lantai 2 ke lantai 1. Rena menangis dan menyesal, sangat menyesal

“mengapa aku sebodoh ini! Mengapa aku berbuat kasar terhadap darah dagingku sendiri!” sesal Rena.

Rena segera membawa Nai ke rumah sakit, dan langsung menghubungi Fikry, dia kaget, dan langsung menyusuli Rena ke rumah sakit, tiba-tiba seorang suster keluar dari ruangan pengobatan Naiya di lakukan, dan bilang

“apakah anda adalah ibu anak ini?” ujar suster tadi menanyai Rena. Rena pun mengangguk dan di suruh masuk ruangan oleh suster tadi, Rena pun mask dalam ruangan itu, disana terdapat Naiya terbujur kaku dengan kepala, tangan, dan kakinya yang di perban.

Naiya menggumamkan sesuatu kepada Rena, namun Rena tidak mendengarnya sama sekali, mungkin karena keadaanya yang sedang lemas juga omongannya yang belum terlalu lancar. Rena pun mendekatkan telinganya pada bibir mungil Naiya, Rena kaget mendengarnya, dan dia mencoba lagi untuk mendekatkan telinganya ke bibir Naiya lagi. Dan akhirnya Rena menrasa sangat pasti apa yang baru saja di dibisikan oleh anaknya itu.

Tenyata Naiya bilang
“aku sayang ibu”

Naiya berbicara sembari tersenyum lemah, Rena pun langsung memeluknya dengan penuh kasih sayang dan berkata
“ibu juga sayang kamu sayang, maafkan semua perbuatan ibu ya,ibu berjanji tidak akan mengulangi lagi, ya?” mohon Rena

Naiya pun tersenyum dan membalas pelukan Rena.

Renapun akhirnya menceritakan tentang hidupnya dulu yang sering dianiaya oleh ibunya sendiri pada Fikry, dia kaget, namun prinsip mereka tetap, yaitu mempunyai keluarga yang sempurna.

Fikry, Rena, dan Naiya menjadi keluarga yang sangat bahagia, meraka saling sayang menyayangi satu sama lain, dan saling mengerti.

“siapa bilang kebodohan manusia akan turun menurun?” pikir Rena.

Berpikirlah Sebelum Terjebak!!! by Bimo Sinung Widagdo

Suatu ketika ada anak yang bernama Kevin. Ia duduk di bangku lelas 3 SMP. Ia adalah anak yang rajin, sering beribadah, dan sering sekali membuat bangga kedua orang tuanya. Orang tuanya saying sekali terhadap Kevin. Suatu hari, ia sedang menghadapi Ujian Nasional. Ia giat sekali belajar dan berusaha untuk lebih maksimal. Ayahnya berjanji nanti kalau hasil Ujian Nasional Kevin lulus dengan nilai yang memuaskan, ia akan dibelikan motor. Kevin pun semakin giat dalam belajar dan terus berusaha.
Setelah hari pengumuman kelulusan tiba, anak-anak tidak sabar menunggu. Begitu juga dengan Kevin, ia takut kalau hasilnya nanti ia tidak lulus. Ternyata pemikiran Kevin beda. Kevin lulus dengan hasil yang sangat memuaskan.
“Ya Allah terima kasih, saya telah lulus dengan nilai yang sangat memuaskan..” ujar Kevin yang sedang senang sekali akan hasil ujiannya.
Ayah dan ibunya pun merasa bangga dengan hasil anknya yang tidak mengecewakan. Tapi, ayahnya ingin membuat kejutan untuk Kevin. Kevin menanti akan motor barunya itu. Sampai-sampai ia ingin tidak tidur semalaman. Ayahnya pun menyuruhnya untuk tidur. Kevin berpikir, kalau ayahnya tidak jadi membelikan motor untuknya.
Pagi pun telah tiba. Selagi Kevin masih terlelap tidur, ayahnya secara diam-diam meletakan motor baru Kevin di depan kamar Kevin. Jam beker pun berbunyi, Kevin segera bangun dari tidurnya. Ia terasa lemas dan kelihatan tidak bersemangat. Setelah ia membuka pintu kamarnya, ia melihat sebuah motor baru di depan kamarnya.
“Kenapa tiba-tiba ada motor yang masih baru di depan kamarku,ini motor siapa ya..?”, ujar Kevin kebingungan melihat motor itu.
“Ayah ini motor siapa??, mengapa tiba-tiba ada di depan kamarku?”, Tanya Kevin kebingungan.
“Ini hadiah untuk kamu nak, ayah belikan kamu motor baru karena ayah senang akan hasilmu di ujian kemarin..”
“Benarkah ayah????”
“Iya nak, ayah sungguh-sungguh…”
“Terima kasih yah, Kevin senag sekali….”
Kevin pun sangat senang sekali karena ia dibelikan motor baru oleh ayahnya.
“Ayah,Ibu aku berjanji akan lebih giat lagi belajar dan membanggakan Ibu dan Ayah..”
“Ibu senang sekali mendengarnya nak….”
Satu bulan kemudian ia mendaftar ke SMA favoritnya. Ia mendapat banyak teman baru di sana. Kecuali, Ritzky dan Bimo sahabat akrab Kevin selama di SMP. Kevinpun senang karena sahabat kesayangannya itu sekolah di SMA yang sama. Ia sering bermain bersama-sama. Dimanapun ada Kevin pasti ada mereka berdua.
Suatu hari Kevin mengajak kadua temannya itu pergi ke suatu Mall. Ritzky dan Bimo bingung.
“Ky, kenapa si Kevin mengajak kita ke Mall ????”
“Nggak tau juga. Tumben-tumbenan..hehehe….”
“Hhahahaha…. Bisa aja lo..”
Lalu Ritzky dan Bimo bertanya kebingungan dengan Kevin,
“Vin, kenapa ngajak kita ke Mall ?”, tanya Bimo kebingungan.
“Iya Vin, kenapa tiba-tiba ngajak ke sini ?”, tanya Ritzky.
“Sudahlah ntar kalian berdua juga tau.”
Lalu Kevin mengajak mereka berdua ke sebuah toko hp. Bimo dan Ritzky bertambah bingung. Lalu Kevin menyuruh Ritzy dan Bimo memilih handphone,,
“Sekarang kalian berdua tinggal milih mana yang kalian suka diantara handphone-handphone ini..” suruh Kevin.
“Maksudnya ?? kita berdua nggak ngerti maksudlo….” Tanya mereka berdua kebingungan.
“Aku ingin memberikan sebuah hadiah untuk kalian.”
“Apa ???” tanya Ritzky.
“Bener Vin ??” tanya Bimo kebingungan.
“Iya…”
Setelah mereka selesai membeli handphone, Kevin mengajak mereka berdua untuk makan.
“Vin, terima kasih banget ya, udah dibeliin handphone..”
“Iya Vin, terima kasih banget ya Vin..”
“Iya sama-sama. Gue senang kok bisa beliin kalian berdua hadiah. Kalian berdua suka kan sama hadiah yang gue kasih?”
“Kalau Ritzky pasti senang, GRATISS….hahahaha…..”, ujar Bimo sambil tertawa.
“Kan kita sama, ya nggak ??? hahahaha……”, ujar Ritzky.
“Hhahaha sudah-sudah…hahaha..” ujar Kevin sambil tertawa terbahak-bahak mendengar Bimo dan Ritzky bercanda.
Setelah mereka meken bersama, Kevin mengajak mereka berdua bermain di area Time Zone. Mereka berdua bermain dengan senang.
Tetapi selagi mereka berdua sedang asyik bermain ada anak yang merebut mainan mereka. Kevinpun menegurnya.
“Eh, jangan asal merebut game yang lagi dimainkan oleh teman gue dong.. kan masih ada mainan lainnya yang bisa lo mainkan.”
“Kenapa ???? nggak suka..”
“Ya jelas dong. Masa seenaknya kamu asal ngambil aja..” tegur Ritzky
“Tau lo asal ngambil mainan orang aja !!!! ”, tegur Bimo dengan nada marah.
“Terserah orang dong !!!”, bantah orang itu.
“Sudah Bim, Ky, orang kayak gini nggak usah diladenin..”, pinta Kevin.
“Yaudah ayo kita pulang,,”, ajak Bimo.
“Yaudah ayo, males kelamaan di sini..!!”
Mereka berdua merasa sangat kesal dengan orang asing itu. Merekapun pulang. Selagi di jalan, mereka bertemu dengan orang itu lagi. Pas sekali di lampu merah. Bimo merasa kesal dan orang itu menatap Kevin, Bimo, dan Ritzky seolah-olah ingin mengajak berkelahi.

Keesokan harinya di sekolah terdengar berita-berita dari anak-anak yang lain bahwa ada siswa baru di sekolah mereka. Mereka bertiga penasaran akan teman barunya itu. Bisa saja nanti dijadikan sahabat.
Bel tanda masukpun berbunyi. Anak-anak yang lain tidak sabar menungu teman barunya itu. Lalu dipanggilah anak baru itu oleh wali kelas. Setelah dilihat, ternyata anak itu orang yang merebut mainan Ritzky di Time Zone kemarin. Anak itu bernama Danan . Lalu setelah Yudha dipersilahkan duduk oleh wali kelas, Yudha menatap Bimo, Ritzky, dan Kevin dengan cara yang tidak wajar. Ritzkypun menatapnya dengan kesal.
“Bim, kirain anak barunya baik gitu. Eh.. malah dya…”, bisik Ritzky.
“Sudahlah.. nanti lama kelamaan juga baik sendiri, iya nggak Vin??”, saut Bimo.
“Iya, yang penting kita nggak bikin masalah duluan…”, jawab Kevin.
Bel istirahat berbunyi. Merekapun pergi ke kantin. Di kantin mereka bertuga bertemu dengan . Lalu Kevin menemui Danan dan mengajak Danan berkenalan.
“Hai sobat, kenalkan aku Kevin. Lo Danan ya..”, tanya Kevin.
“Iya.”
“Maafin sifat gue sama teman-temanku kemarin di Mall ya..”
“Iya nggak apa-apa.”, jawab Danan.
Lalu Kevin mengajak Danan bergabung dengan Bimo, Ritzky. Ritzky masih kelihatan kesal sekali dengan Danan.
“Yud, gabung sama Bimo dan Ritzky yuk..??”, ajak Kevin.
“Akh, nanti mereka marah….”
“Nggak ko…”
Lalu Kevin dan Danan menghampiri Bimo dan Ritzky.
“Hai, boleh nggak ikut gabung di sebelah kalian??”, tanya Danan.
“Ya ya ya… Dengan TERRRPAKSA!!!”, sahut Ritzky dengan nada kesal.
“Eeeeh,, sudah, jangan bertengkar.. iya ko boleh Nan,”, kata Bimo.
“Vin, kayaknya si Ritzky nggak suka deh kalau aku ikut gabung di sini..”, bisik Danan.
“Sudah, paling si Ritzky cuma bercanda… iya nggak Ky??”
“Emmm, iya iya….”, kata Ritzky dengan suara tidak semangat.
Lalu mereka semua berbincang-bincang dengan Danan, kecuali Ritzky yang masih kesal terhadap Danan.
“Eh Bian, ngomong-ngomong tinggal dimana nih…??”, tanya Bimo.
“Dekat ko. Di Jl.Nusantara. lah kamu sendiri????”,
“Dekat juga ko, di BSD.”,
“HAH!!! Itu kan jauh..”tanya Bian kebingungan.
“Maksudnya Bojong Sanaan Dikit, hahahaha……”
“Bwhahahaha…. Bisa aja Bim,,,” jawab Danan sambil tertawa terbahak-bahak.
Sepulang sekolah, Danan secara diam-diam menghampiri Kevin. Tidak tahu kenapa tiba-tiba perlakuan Danan terhadap Kevin aneh. Tidak seperti tadi selagi di kantin.
“Vin, ikut gue yuk,”, ajak Danan.
“Kemana???”,
“Udahlah ikut aja, ntar lo juga tahu…”,
“Yaudah deh….”
Kevinpun dibawa oleh Danan ke tempat asing. Tiba-tiba Danan mengeluarkan benda asing berbentuk Bubuk putih halus yang terbungkus oleh plastic. Kevin bingung apa yang dikeluarkan oleh Danan.
“Nan, itu apaan???”, tanya Kevin kebingungan.
“Udahlah nanti lo juga tau…”, jawab Yudha dengan santai.
“Coba sini gue liat….”,lalu Kevin mengambil benda itu dari tangan Danan.
“Yaudah nih liat aja……”.
Sambil Kevin melihat, ia pun bingung benda apa yang dibawa oleh Danan. Kalaupun itu bedak, mengapa tidak berbau wangi.
“Ini apaan sih Nan???”,
“Man tau ini apaan??”
“Iya, kasih tau dong..”, pinta Kevin.
“Lo cobain aja sendiri..”,
“Hah?? Maksud lo?”, tanya Kevin kebingungan.
“Iya, lo coba aja hisap lewat hidung..”, suruh Danan.
“Nanti kalau kenapa-kenapa gimana???”, ujar Kevin dengan rasa takut.
“Sudah, santai aja….”.
“Bener niiihh????”, tanya Kevin lagi dengan rasa yang curiga bercanpur dengan rasa ketakutan.
“Iya nggak apa-apa ko.”
Kevinpun ragu-ragu. Tapi lama kelamaan Kevin semakin penasaran dan ingin mencobanya. Tapi iya terus menerus ragu-ragu. Beberapa lama kemudian setelah rasa ragu-ragu itu hilang Kevinpun mencoba barang itu.
“Gimana rasanya??/ enak nggak???”, tanya Danan dengan santai.
“Aduh Nan, gue agak pusing. Gimana nih Nan??”,
“Nggak tau, kan lo yang menghisap sendiri..”.
“Yaudah, gue pulang dulu ya.”,
“Yaudah hati-hati di jalan yaaa…,”
Kevin pun pulang dengan kepala yang teramat pusing dan terasa lemas.sesampai di rumah, tubuhnya terasa panas dingin. Lalu ibunya memasuki kamarnya.
“Kevin, kamu kenapa???”, Tanya ibunya.
“Nggak apa-apa ibu”,jawab Kevin dengan pelan-pelan.
“Yang benar?? Tapi mukamu terlihat pucat…”.
Lalu Kevin menyuruh ibunya untuk keluar, karena ia sedang ingin menyendiri. Dibiarkanlah Kevin di dalam kamar oleh ibunya.
Waktu demi waktu berlalu. Kevin bingung menapa dirinya terasa sangat lemas dan keadaannya semakin aneh. Lalu Kevin membiarkan sampai pagi. Tubuh Kevin terasa sangat panas dan dingin. Lalu ia memaksakan untuk pergi ke sekolah. Sesampai di sekolah, mukanya terlihat pucat.
“Vin, baik-baik aja kan???”, Tanya Bimo.
“Iya Vin, ko muka lo kelihatan pucat banget?? Lo sakit ya????”, tanya Ritzky.
“E..e..enggak apa-apa ko….”,
“Akh, yang bener??”.
“Iya nggak apa-apa….”
Selagi istiraht, Kevin menemui Danan. Lalu mengajaknya ke kantin.
“Nan, kenapa setelah gue makai barang yang lo kasih badan gue terasa lemee..s banget.”, tanya Kevin.
“Masa???”, kata Danan.
“Iya,”
“Nih, gue kasih obatnya.”
Lalu Danan memberi Kevin obat itu lagi. Kevin langsung menghisap barang itu.
Sesampai di rumah, ibunya terus menerus bertanya. Kevin hanya diam saja dan tidak menjawab pertanyaan ibunya. Setelah ayahnya pulang, ayhnya panic dan langsug membawa Kevin ke rumah sakit.
Setelah diperiksa, ternyata Kevin telah memakai narkoba. Ayahnyapun kaget, mengapa Kevin bias memakai barang-barang terlarang seperti itu. Setelah ditanya Kevin menjawab kalau ia mendapat benda itu dari temannya yang bernama Danan.
Keesokan harinya, ayah Kevin ke sekolahan Kevin dan mencari anak yang bernama Danan. Setelah bertemu, Danan tidak mengakui bahwa ia pelakunya. Lalu ayah Kevin mengancam bila ia tidak mengakui atas perlakuannya terhadap Kevin, ia akan dilaporkan ke polisi bahwa ia menjadi Bandar narkoba. Lalu Dananpun mengakui atas kesalahannya.
Lima bulan kemudian, Kevin pun sembuh dari penyakitnya. Lalu ayhnya memindahkan Kevin ke sekolah yang lebih bagus dan tidak menerima anak seperti Danan. Dan Dananpun dikeluarkan dari sekolahnya.