Kamis, 16 Februari 2012

Si Kembar A.K. by Shadillah Meutia Rasyad

Si kembar, Arveta Kisra dan Avara Kisra, kini tinggal di Latasa, kota kecil yang indah. Dulu mereka tinggal di Satala, kota yang tidak menyenangkan menurut mereka, karena disana mereka mendapatkan masalah yang misterius. Masalah misterius dan yang paling merisihkan itu adalah mereka merasa diawasi, diikuti, dan selalu ada teka-teki yang membingungkan yang mereka terima, tapi harus mereka selesaikan. Entah siapa yang melakukan hal itu. Di sini, di Kota Latasa mereka pikir masalahnya sudah selesai karena menurut mereka seseorang yang misterius itu hanya akan membuat masalah di Satala, tapi ternyata disini, di Kota Latasa, masalahnya semakin memuncak. Setiap bepergian kemana dan dimanapun mereka selalu merasa diawasi oleh seseorang yang mereka sendiri tidak tau itu siapa. Saat menengok kebelakang tidak ada siapa-siapa, tapi mereka yakin pasti ada yang mengawasi dan mengikuti setiap langkah mereka. Masalah ini menjadi semakin menyebalkan di Latasa. Sebenarnya mereka penasaran siapa orang yang selalu mengawasi dan mengikuti mereka, karena ini sangat membuat mereka risih dan tidak leluasa melakukan sesuatu. Setibanya di rumah mereka ingin sekali menceritakan kejadian itu, yang sebenarnya ingin mereka ceritakan dari dulu kepada mama dan papa, tapi mereka takut papa dan mama tidak percaya. Mereka letih dan untuk sementara tidak ingin memikirkan masalah itu, lalu mereka beristirahat di kamar. Di tempat tidur mereka menemukan sepotong kertas yang bertuliskan “saya tunggu ” dan dibawah tulisan itu ada inisial A.K. Mereka merasa ketakutan dan bingung apalagi Avara, dia sampai menangis. Berbeda dengan Avara, Arveta malah penasaran dan memikirkan tempat yang A.K. bilang. “Dimana kita harus bertemu? Siapa sih sebenarnya dia? Aku tidak mengerti, kitakan belum pernah bertemu sebelumnya dengan dia, A.K. itu sebenarnya inisial si pengirim tulisan atau inisial nama kita berdua sih? Karena nama kita berduakan berinisial A.K. juga”. “Sudahlah tidak usah dipikirkan, mungkin itu hanya penggemar rahasia yang menyebalkan”.”Tapi ini harus cepat diselesaikan”. “Baiklah, nanti kita pikirkan lagi, sekarang lebih baik kita pikirkan sekolah dan teman-teman baru kita di sekolah besok”. Teng teng suara bel terdengar yang berarti pembelajaran akan dimulai. Mereka berlari menuju kelas, tapi tetap saja mereka telat. Sesampainya di kelas mereka merasa tegang karena ini adalah hari pertama mereka bersekolah di SMP Shamera Rhesara. Di kelas Bu Linka sudah menuggu. Dan mereka diberi waktu untuk memperkenalkan diri masing-masing di depan kelas. “Hai nama saya Arveta Kisra, panggil saja ‘Arveta’. Dulu saya tinggal di Kota Satala, tapi karena papa saya ditugaskan di Kota Latasa jadi kami pindah kesini”.”Hallo nama saya Avara Kisra, panggil saja ‘Avara’. Alasan saya pindah kesekolah ini sama seperti Arveta, karena kami adalah saudara kembar”. “Terimakasih ya sudah memperkenalkan diri sekarang kalian boleh memilih tempat duduk”. “Memilih?” kata Arveta berbisik “memilih apanya tempat duduknya saja hanya tersisa dua, itupun di paling belakang”. “Sudahlah” bisik Avara menjawab”. Bu Linkapun memulai pelajaran. Teng, bel berbunyi tanda istirahat. Mereka bersama teman-teman baru pergi ke kantin. Mereka sudah merasa akrab dan merasa nyaman dengan sekolah dan teman-teman baru. Teng, bel berbunyi lagi dan sekarang tanda masuk kelas dan pembelajaran dimulai kembali. Ketika ingin mengambil buku pelajaran di tas, Arveta menemukan sepotong kertas yang bertuliskan “Lantai tiga”. Dan Avara juga menemukan sepotong kertas yang bertuliskan ”03.30”. ” Mungkin ini lanjutan sepotong kertas yang kita temukan dikamar”. “Yasudah nanti sepulang sekolah kita pergi ke lantai tiga”. “Tapi aku takut”. “Tenang saja Kitakan bersama-sama”. Dan Avara hanya mengangguk pelan. Teng teng teng bel berbunyi lagi tanda mereka boleh pulang dan sekarang tepat jam 03.30. Mereka langsung pergi menuju lantai tiga, disana mereka melihat seseorang memakai jubah hitam dan menjatuhkan kertas yang bertuliskan “Saya merasa kalian sangat beruntung, berbeda dengan saya yang terbuang dan terlupakan”. Di kertas itu ada sisi yang basah dan mungkin itu air mata yang jatuh darinya. Di rumah mereka menemukan empat potong kertas, yang pertama terdapat tulisan “Kita” dan yang kedua lagi bertuliskan “Sama”. Yang ketiga tulisannya adalah “Kita” dan yang terakhir “Saudara”. Mereka lalu mengumpulkan potongan-potongan kertas yang sudah mereka terima di sekolah, lalu di kamar mereka kumpulkan semua potongan kertas, ternyata di setiap potongan kertas itu terdapat potongan-potongan gambar dan mereka mengurutkannya seperti mengurutkan puzzle, menjadi gambar yang utuh. Ternyata gambar itu adalah gambar seorang perempuan yang mirip sekali dengan mereka, di mata kanan gambar itu dia terlihat sedih dan mengeluarkan air mata sementara di mata kirinya seperti ada dendam yang terpendam. Mereka bingung gambar siapa itu dan apa maksud gambar itu. Gambar itu mirip sekali dengan mereka, tapi mereka juga tidak tau itu gambar Arveta atau Avara karena keduanya sangat mirip dan gambar itu juga mirip sekali dengan mereka berdua. Mereka sempat berpikir, apakah sebenarnya, A.K. itu kembaran kami atau entahlah mereka bingung dan penasaran. Lalu mereka bertanya kepada mama “Ma, apakah kami memiliki saudara yang mirip sekali dengan kami?”. “Maksudnya apakah kami memiliki saudara kembar yang lain?” lanjut Arveta. “Iyaa” kata mama, tapi dia sudah meninggal 1 hari setelah kalian bertiga lahir. “Apakah mama dan papa sempat memberinya nama?” Tanya Avara. “ya, namanya Avla Kisra, memangnya kenapa?”.”Tidak, tidak kenapa-kenapa”. “Yasudah kalau begitu”. Lalu Arveta dan Avara kembali ke kamar untuk berdiskusi mengenai kembaran mereka itu. “Mungkin saja kembaran kita itu belum meninggal”, “Mungkin saja yang selama ini mengikuti, mengawasi, dan yang memberi potongan-potongan kertas itu, dia”, “Mungkin saja”, “ Bagaimana kalau kita ke RS Melalenita, tempat kita dilahirkan dulu”, “Ide yang bagus, tapi itukan ada di Satala, kita pasti tidak diizinkan pergi kesana, apalagi hanya berdua saja”, “Ya, kita diam-diam saja, bilang saja mau kerumah teman”, “Tapi aku tidak mau berbohong” kata Avara. “Tapi inikan untuk kebaikan kita, aku sudah terlanjur penasaran dengan masalah ini, dan aku ingin masalah ini cepat selesai Ra”. Mereka pergi ke RS Melalenita dengan kereta. Sesampainya disana mereka langsung menanyakan kepada Dokter Virta, dokter yang membantu mama melahirkan kami. Kata Dokter Virta “Saudara atau kembaran kalian dulu memang sudah dinyatakan meninggal, tapi tiba-tiba nafasnya kembali saat kami memandikannya, orang tua kalian menitipkan bayi itu kepada pihak rumah sakit karena mereka terburu-buru, dan kata mereka, mereka akan kembali. Tapi sudah kami tunggu selama satu tahun, tapi tidak ada kabar dari orang tua kalian. Kami dari pihak RS Melalenita sudah mencari-cari keberadaan orang tua kalian tapi kami tidak bisa menemukannya, nomor telphonnya juga tidak bisa dihubungi, lalu kami menitipkan Avla Kisra, saudara kembar kalian itu kepada Panti Asuhan Mentari di Kota Satala, tapi sekarang sudah pindah ke Kota Latasa di Jl. Melati 9 no 9”.”Terimakasih ya dok atas informasinya”. “Ayo kita kembali ke Latasa dan mencari panti asuhan itu” ucap Arveta. Di Panti Asuhan Mentari mereka bertemu dengan ibu panti yang bernama Tari. Kata Ibu Tari di sini memang ada yang bernama Avla Kisra dan dia berasal dari RS Melalenita, tapi sekarang dia sedang pergi, biasanya dia pergi ke taman dan duduk di pinggir sungai. Arveta dan Avarapun pergi ke taman. Di taman mereka bejalan sambil melihat-lihat disekitar sungai, tapi mereka tidak menemukan Avla. Hari sudah sore, mereka harus pulang karena mereka takut mama dan papa khawatir. Esok harinya di sore hari sekitar pukul 04.00 mereka kembali mencari Avla di taman. Mereka mencari terus sampai akhirnya, ada keributan di tengah taman dan semua orang yang ada di sekitar taman berkumpul di tempat keributan. Merekapun kesana juga dan ternyata keributan itu berasal dari Avla, saudara kembar mereka yang mereka cari-cari dari kemarin. Avla berteriak-teriak histeris, ada yang mengira Avla gila ada juga yang berpendapat Avla kesurupan. Mereka berlari menuju Avla dan Mereka saling berpelukan. Ternyata Avla berteriak karena sedih, dia merasa terbuang dan tidak dipedulikan lagi oleh mama dan papa juga oleh kedua saudara kembarnya. Dia juga iri kepada Arveta dan Avara karena mereka mendapatkan kasih saying dan fasilitas yang nyaman dari mama dan papa, sementara dia tinggal di panti, tanpa kasih sayang orang tua. Padahal kita dilahirkan pada tanggal dan ibu yang sama. Dia ingin kerumah, tapi dia takut tidak diakui karena mama dan papa mengira Avla sudah meninggal. Jadi yang mengikuti, mengawasi, dan yang sering memberikan potongan-potongan kertas yang berisikan tulisan-tiulisan misterius adalah Avla. Inisial A.K. berarti adalah Avla Kisra, tapi yang berinisial A.K. bukan hanya Avla Kisra saja. Arveta Kisra dan Avara Kisra berinisial A.K. juga. Mereka bertigapun tertawa sambil menagis. Tertawa karna inisial mereka sama, menangis karna haru. Arveta dan Avara merasa bersalah dan meminta maaf kepada Avla sambil mengeluarkan air mata yang seolah-olah tak habis-habis keluar dari mata mereka. Avla juga meminta maaf kepada Arveta dan Avara karena telah membuat mereka risih dan ketakutan. Akhirnya mereka bertiga menangis karena bermacam-macam perasaan, senang, sedih, terharu, bercampur jadi satu. Orang-orang disekitar mereka juga menangis terharu. Mereka lalu pulang ke rumah dan sesampainya dirumah, mama dan papa merasa bingung melihat anaknya kembali utuh seperti saat mereka lahir, padahal Avlakan sudah meninggal, Lalu siapa itu? pikir mama dan papa di dalam hati. Mereka bertiga menceritakan semua kejadian yang terjadi. Mama dan papa lalu langsung memeluk mereka bertiga sambil bercucuran air mata. Keluarga mereka kembali utuh, semuanya senang dan bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar