Rabu, 08 Februari 2012

Lebaran yang Menyenangkan by Hanif Hendra Permana

Sudah semestinya, tinggal besok hari menuju hari Lebaran yang penuh dengan kemenangan. Semalam sebelum subuh di rumahnya, Pak Burhan bersama dengan keluarga sedang menikmati makan sahur sesuai dengan etika-etika dalam adab makan masing-masing. Dengan adanya makanan dan minuman, seperti nasi putih, ayam goreng, tempe dan tahu goreng, sop ikan, serta segelas air putih, mereka sekeluarga menjadi sangat lahap dan kenyang. Tetapi, salah satunya dari sekeluarga yang belum makan sahur, malah Amir yang masih tidur lelap di kamarnya sambil mendengarkan musik yang enak dari handphone yang menutupi telinga dengan headphone. “Ayo, bangun….!!! Saatnya sahur, Mir! Nanti imsaknya mendekati loh,” sahut Bu Burhan, ibunya Amir sambil membuka pintu kamarnya. Ternyata, Amir masih tidak terdengar dengan ibu yang dipanggil karena telinganya tertutup dengan headphone pada handphone. Ketika ibu melepaskan headphone sambil berteriak dengan keras, maka saatnya Amir akan terbangun dari tempat tidur. Matanya yang masih terlihat adanya kotoran mata setelah bangun tidur lalu menghadap ke jam dinding yang terpasang. Ternyata, Amir kaget melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 04.00 pagi dan langsung makan sahur dengan cepat dan terburu-buru tanpa mencuci muka atau menggosok gigi terlebih dahulu. Saat menunjukkan pukul 04.24 pagi yang berarti sudah mau imsak, Amir berhenti makan dengan agak tersisa sedikit makanan yang ada dan langsung minum air putih beserta do’a niat puasa yang akan dibaca. “Hemmm, mubazir!” katanya sambil membuang sisa-sisa makanan ke tempat sampah lalu menaruh di tempat cucian piring. Terdengar adzan Subuh yang berkumandang, Pak Burhan diajak kepada keluarganya untuk melakukan sholat Subuh dengan tenang juga khusyuk dan dilanjutkan dengan mengaji bersama Pak Burhan, sementara Amir langsung ke tempat tidurnya untuk tidur sambil mendengarkan musik-musik enak dari handphone-nya sampai matahari terbit fajar. ***** Matahari telah kembali terbit dengan fajar dari ufuk timur. Matahari terbit telah menerangi rumah Pak Burhan dengan cerah. Bunga-bunga yang ada di kebun rumah tumbuh menjadi lebih subur. Amir kembali terbangun dari tempat tidurnya dengan terlihat segar saat matahari menerangi terbitnya matahari. ***** Pagi menjelang siang hari, Amir pergi ke sebuah warnet milik Andi, teman sekolahnya Amir yang berada di samping rumah temannya. Jarak menuju sebuah warnet cukup 1,5 km dari rumah Pak Burhan. Dengan bersepeda ria, cukup memakan selama dua menit karena berpuasa. Di rumah Amir memang tidak mempunyai fasilitas Internet, bahkan yang menggunakan handphone pun cukup terlihat sangat lambat kalau tidak menggunakan fasilitas kecepatan yang lebih tinggi, seperti 3G/HSPDA (High Speed Packet Data Access). Juga, biaya Internet pada handphone cukup pada operator selular lalu beberapa kilobyte pun akan mengurangi beberapa biaya Internetnya, misalnya satu kilobyte saja memakan pulsa handphone sebesar Rp5,-. Lalu, bagaimana dengan bertelepon dan SMS kalau pulsanya habis untuk berinternet. Padahal, biaya Internet per bulan menurut ISP rumahan, semisal Speedy itu cukup agak mahal. Semakin lebih tinggi kecepatan pada broadband terhadap ISP rumahan, semakin mahalnya harga biaya Internet per bulannya. Sampai di sebuah warnet milik Andi yang terlihat tampak kecil, Amir memarkir di depan garasi dan langsung menuju ke dalam warnet Andi. Di dalamnya warnetnya pun cukup luas, terdiri dari sepuluh komputer yang berspekifikasi tinggi. Harga per jam cukup dengan Rp4.000,-, serta kecepatannya pun juga sangat tinggi. Saat di dalam warnet, Amir langsung kaget dan berkata, “Kok, pelanggan di warnet temanku pada kosong dan sepi, sih.” “Jadi heran terhadap tempat ini. Hmmm……, ada apa, ya?” “Hei, Amir!,” Andi menyapa kepada Amir. “Hei, apa kabar?” tanya Amir. “Baik-baik saja kau.” Andi menjawab. “Ndi, kok pelanggan warnetmu sepi dan kosong. Ada apa ini?” “Itu apa yang kamu bawa?” Amir bertanya sambil menunjuk kardus berat yang dibawa. “Ini loh, yang aku membawa kardus yang berat ini. Isinya berupa barang-barang bekas dan sembako untuk bakti sosial serta ikut menyumbang kepada anak yatim piatu dan fakir miskin.” jawab Andi sambil membuka kardusnya. “Lha, kamu juga ikut bakti sosial nanti sore?” “Iya! Apakah kamu mau ikut bakti sosial dengan aku?” Andi mengajak kepada Amir untuk ikut melaksanakan bakti sosial. “Ya, sudahlah. Ayo, aku bantu mengangkat kardus-kardus yang berat ini ke panti asuhan terdekat!” Amir ikut melaksanakan bakti sosial bersama temannya, Andi dengan penuh semangat. “Tapi sebelumnya, sholat dulu, yuk! Tuh, sudah terdengar adzan Dzuhur! Semoga melaksanakan bakti sosialnya, kita akan mendapat pahala dan berkah dari Allah SWT.” “Yuk!” sahut Amir sambil menuju ke masjid di samping warnet tersebut sebelum melaksanakan bakti sosial di panti asuhan. ***** Di rumah Amir, Mira, adiknya Amir sedang asyiknya mengaji Al-Qur’an bersama Pak Burhan setelah melaksanakan sholat Dzuhur. Suara Mira yang mengaji tersebut dengan lancar dan lantang juga enak untuk didengar. Sementara itu, Bu Burhan akan membuat ketupat di dapurnya untuk hari lebaran besok hari. Membuat ketupat itu sangat sulit. Padahal, cara membuat ketupat itu nasinya dibungkus dengan daun kelapa yang dianyam dengan teratur. Oleh karena itu, Mira yang sudah mengaji minta bantuan kepada ibu untuk membuat ketupat tersebut. Bu Burhan pun juga memasak opor ayam yang enak dan lezat untuk lebaran besok hari. Ternyata, kakek dan nenek dari Bogor pun datang ke rumah Pak Burhan. Bu Burhan langsung membukakan pintu rumahnya dan mempersilakan kakek dan nenek untuk masuk. “Ayo, silakan masuk! Mumpung awannya lagi mendung,” ajak Bu Burhan kepada kakek dan neneknya. Bu Burhan langsung mempersilakan duduk untuk kakek dan nenek di ruang tamu lalu membuat minuman yang segar untuk tamu. Kakek dan neneknya pun juga menginap di rumah Pak Burhan yang agak besar dan megah selama dua hari satu malam. Pak Burhan langsung menuju ruang tamu dengan berpakaian yang rapi dan menawan kemudian berbincang-bincang kepada kedua orang tua Pak Burhan sambil membawa koper dan tas ke kamarnya. ***** Sore hari setelah malaksanakan sholat dzuhur, Amir dan Andi akan membagikan sembako untuk anak-anak yatim piatu dan fakir miskin tersebut dengan ikhlas dan tulus dengan sesama. Setelah membagikannya, mereka pulang ke sebuah warnet milik temannya. Sesampai di warnetnya Andi, mereka beristirahahat sejenak untuk melepas dari kelelahan sampai waktunya untuk berbuka puasa. Warnetnya pun dibuka kembali dan langsung menyalakan komputer dan server Internetnya dengan perlahan-lahan. “Terima kasih, ya atas bantuannya dalam mengikuti bakti sosial dengan aku,” ucap Andi. “Iya, sama-sama. Oh iya, aku harus pulang dulu ke rumahku, ya. Sudah saatnya menjelang Magrib, nih! Nanti kapan-kapan saja kalau aku bermain di sini.” “Iya, sama-sama kawan. Hati-hati di jalan, ya!” sahut Andi. Setelah itu, Amir langsung pulang ke rumahnya dengan selamat. ***** Sampai di rumahnya, Amir pun terkejut melihat kakek dan nenek yang sedang menginap di rumahnya selama satu malam. Amir langsung bersalaman dengan kakek dan nenek yang penuh rasa terharu kepada dirinya. Akhirnya, saatnya untuk berbuka puasa untuk terakhir kalinya dalam bulan Ramadhan. Amir langsung berdo’a untuk berbuka puasa lalu langsung minum segelas air putih sambil membaca basmalah. Sesudah minum, mereka sekeluarga pun tidak lupa untuk shalat Maghrib bersama-sama. Setelah sholat Maghrib pun, Amir meminta dan mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT atau Tuhan Yang Maha Esa atas permintaan yang dikabulkan dengan ikhlas dan penuh rasa tulus dalam melakukan bakti sosial bersama temannya. Dia juga berterima kasih atas bantuan yang membuatnya dia selalu penuh dalam melaksanakan puasa di bulan Ramadhan. Setelah berdo’a, Amir langsung merapikan alat-alat shalat milik pribadinya dengan pelan-pelan dan merasa bangga sekali kalau dirinya telah melakukan puasa secara penuh keseluruhan hari pada bulan Ramadhan. Malam hari, takbiran pun bergema sampai bergetar-getar menuju rumah Pak Burhan. Seperti bunyian berikut “Allahu akbar….. Allahu akbar….. Allahu akbar. Lailallah…. Allahu…. Akbar…..” Takbiran itu juga diiringi dengan bedug dengan dentuman yang dahsyat dan sorakan orang dengan bagus sampai terdengar yang ada di mana-mana. Amir dan adiknya, Mira pun bercerita kepada kakek dan nenek. Mereka ingin bercerita semasa Bu Burhan masih kecil kepada cucu-cucu nenek. ***** Pagi yang segar menuju bulan Syawal, mereka sekeluarga akan melaksanakan sholat Ied bersama-sama di masjid. Amir dan Mira mempersiapkan diri sebelum sholat Ied. Pagi-pagi, mereka akan pergi menuju ke masjid untuk melaksanakan sholat Ied. Setelah melaksanakan sholat Ied, mereka sekeluarga pulang ke rumah dengan selamat. Akhirnya, mereka pun memaafkan satu sama lain dengan seksama. Amir dan Mira juga memaafkan kepada kakek dan nenek penuh dalam kesedihan, terharu, dan rasa ikhlas yang berlebihan. “Mohon maaf lahir dan batin, ya!” “Mohon maaf jika saya yang melakukan kesalahan,ya! Maafkan dari kesalahan kami, Nek!” Tiba-tiba, Andi dan seluruh anak yatim piatu yang ada di panti asuhan dekat warnet datang meramaikan rumah Pak Burhan untuk saling bermaaf-maafan. Akhirnya, Bu Burhan memberikan sungguhan makanan dan minuman yang halal bagi mereka yang kurang mampu. Akhirnya, Amir senang melihat anak-anak yatim piatu, nenek, kakek, dan lainnya pada hari Lebaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar