Rabu, 08 Februari 2012

Persahabatan Teman Lama by Wahyu Nurbiantoro

Pagi hari saat aku terbangun tiba-tiba ada seseorang memanggil namaku. Aku melihat keluar. Daniel temanku sudah menunggu diluar rumah kakekku dia mengajakku untuk bermain sepak bola.“Ayo kita bermain basket ke lapangan.” ajaknya padaku. “Sekarang?” tanyaku dengan sedikit mengantuk. “Besok! Ya sekarang!” jawabnya dengan kesal.“Sebentar aku cuci muka dulu. Tunggu ya!”, “Iya tapi cepat ya” pintanya.Setelah aku cuci muka, kami pun berangkat ke lapangan yang tidak begitu jauh dari rumah kakekku.“Wah dingin ya.” kataku pada temanku. “Cuma begini aja dingin payah kamu.” jawabnya.Setelah sampai di lapangan ternyata sudah ramai. “Ramai sekali pulang aja males nih kalau ramai.” ajakku padanya. “Ah! Dasarnya kamu aja males ngajak pulang!”, “Kita ikut main saja dengan orang-orang disini.” paksanya. “Males ah! Kamu aja sana aku tunggu disini nanti aku nyusul.” jawabku malas. “Terserah kamu aja deh.” jawabnya sambil berlari kearah orang-orang yang sedang bermain sepak bola.“Wahyu!” seseorang teriak memanggil namaku. Aku langsung mencari siapa yang memanggilku. Tiba-tiba seorang gadis menghampiriku dengan tersenyum manis. Sepertinya aku mengenalnya. Setelah dia mendekat aku baru ingat. “Sinta?” tanya dalam hati penuh keheranan. Sinta adalah teman satu SD denganku dulu, kami sudah tidak pernah bertemu lagi sejak kami lulus 3 tahun lalu. Bukan hanya itu Sinta juga pindah ke Bandung ikut orang tuanya yang bekerja disana. “Hai masih ingat aku nggak?” tanyanya padaku. “Sinta kan?” tanyaku padanya. “Yupz!” jawabnya sambil tersenyum padaku. Setelah kami ngobrol tentang kabarnya aku pun memanggil Daniel. “niil! Sini” panggilku pada Daniel yang sedang asyik bermain sepak bola. “Apa lagi?” tanyanya padaku dengan malas. “Ada yang dateng” jawabku. “Siapa?”tanyanya lagi, “Sinta!” jawabku dengan sedikit teriak karena di lapangan sangat berisik. “Siapa? Nggak kedengeran!”. “Sini dulu aja pasti kamu seneng!”. Akhirnya Daniel pun datang menghampiri aku dan Sinta.Dengan heran ia melihat kearah kami. Ketika ia sampai dia heran melihat Sinta yang tiba-tiba menyapanya. “Sinta?” tanyanya sedikit kaget melihat Sinta yang sedikit berubah. “Kenapa kok tumben ke Jogja? Kangen ya sama aku?”tanya Daniel pada Sinta. “Ye GR! Dia tu kesini mau ketemu aku” jawabku sambil menatap wajah Sinta yang sudah berbeda dari 3 tahun lalu. “Bukan aku kesini mau jenguk nenekku.” jawabnya. “Yah nggak kangen dong sama kita.”tanya Daniel sedikit lemas. “Ya kangen dong kalian kan sahabat ku.” jawabnya dengan senyumnya yang manis.Akhinya Sinta mengajak kami kerumah neneknya. Kami berdua langsung setuju dengan ajakan Sinta. Ketika kami sampai di rumah Sinta ada seorang anak laki-laki yang kira-kira masih berumur 4 tahun. “Sin, ini siapa?” tanyaku kepadanya. “Kamu lupa ya ini kan Dafa! Adikku.” jawabnya. “Oh iya aku lupa! Sekarang udah besar ya.”. “Dasar pikun!” ejek Daniel padaku. “Emangnya kamu inget tadi?” tanyaku pada Daniel. “Nggak sih!” jawabnya malu. “Ye sama aja!”. “Biarin aja!”. “Udah-udah jangan pada ribut terus.” Sinta keluar dari rumah membawa minuman. “Eh nanti sore kalian mau nganterin aku ke mall nggak?” tanyanya pada kami berdua. “Kalau aku jelas mau dong! Kalau Daniel tau!” jawabku tanpa pikir panjang. “Ye kalau buat sinta aja langsung mau, tapi kalau aku yang ajak susah banget.” ejek Daniel padaku. “Maaf banget Sin, aku nggak bisa aku ada latihan nge-band.” jawabnya kepada Sinta. “Oh gitu ya! Ya udah no nanti kamu kerumahku jam 4 sore ya!” kata Sinta padaku. “Ok deh!” jawabku cepat. Saat yang aku tunggu udah dateng, setelah dandan biar bikin Sinta terkesan dan pamit keorang tuaku aku langsung berangkat ke rumah nenek Sinta. Sampai dirumah Sinta aku mengetuk pintu dan mengucap salam ibu Sinta pun keluar dan mempersilahkan aku masuk. “Eh Wahyu sini masuk dulu! Sintanya baru siap-siap.” kata beliau ramah. “Iya tante!” jawabku sambil masuk kedalam rumah. Ibu Sinta tante Vivi memang sudah kenal padaku karena aku memang sering main kerumah Sinta. “Sinta ini Wahyu udah dateng” panggil tante Vivi kepada Sinta. “Iya ma bentar lagi” teriak Sinta dari kamarnya. Setelah selesai siap-siap Sinta keluar dari kamar, aku terpesona melihatnya. “Udah siap ayo berangkat!” ajaknya padaku.Setelah pamit untuk pergi aku dan Sinta pun langsung berangkat. Dari tadi pandanganku tak pernah lepas dari Sinta. “Wahyu kenapa? Kok dari tadi ngeliatin aku terus ada yang aneh?” tanyanya kepadaku. “Eh nggak apa-apa kok!” jawabku kaget.Kami pun sampai di tempat tujuan. Kami naik ke lantai atas untuk mencari barang-barang yang diperlukan Sinta. Setelah selesai mencari-cari barang yang diperlukan Sinta kami pun memtuskan untuk langsung pulang kerumah. Sampai dirumah Sinta aku disuruh mampir oleh tante Vivi. “Ayo Wahyu mampir dulu pasti capek kan?” ajak tante Vivi padaku. “Ya tante.” jawabku pada tante Vivi.Setelah waktu kurasa sudah malam aku meminta ijin pulang. Sampai dirumah aku langsung masuk kekamar untuk ganti baju. Setelah aku ganti baju aku makan malam. “Kemana aja tadi sama Sinta?” tanya ibuku padaku. “Dari jalan-jalan!” jawabku sambil melanjutkan makan. Selesai makan aku langsung menuju kekamar untuk tidur. Tetapi aku terus memikirkan Sinta. Kayanya aku suka deh sama Sinta. “Nggak! Nggak boleh aku masih kelas 3 SMP, aku masih harus belajar.” bisikku dalam hati.Satu minggu berlalu, aku masih tetap kepikiran Sinta terus. Akhirnya sore harinya Sinta harus kembali ke Bandung lagi. Aku dan Daniel datang kerumah Sinta. Akhirnya keluarga Sinta siap untuk berangkat. Pada saat itu aku mengatakan kalau aku suka pada Sinta.“Sinta aku suka kamu! Kamu mau nggak kamu jadi pacarku” kataku gugup.“Maaf Wahyu aku nggak bisa kita masih kecil!” jawabnya padaku. “Kita lebih baik Sahabatan kaya dulu lagi aja!”Aku memberinya hadiah kenang-kenangan untuknya sebuah kalung. Dan akhirnya Bella dan keluarganya berangkat keBandung . Walaupun sedikit kecewa aku tetap merasa beruntung memiliki sahabat seperti Sinta. Aku berharap persahabatan kami terus berjalan hingga nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar