Rabu, 08 Februari 2012

Kekuranganku Takkan Menutupi Kelebihanku by Silvania

Pukul 14.50 bel sekolah SMP Kasih Bunda berbunyi tanda murid-murid diizinkan pulang ke rumah masing-masing. ”ya, anak-anak besok ulangan fisika, jangan lupa belajar, selamat siang” Bu Rumi guru fisika itu pun keluar. “Mia, nanti kamu ke rumahku lagi dong, ajarin aku fisika, aku tuh buta banget kalau tentang listrik dinamis, astagaa” kata Ayu dengan nada bicara panik. “iya iya, tapi habis aku konsultasi ke dokter tulang ku dulu ya, hari ini au ada jadwal untuk periksa” jawab Mia dengan nada sedih. “oh iya kamu ada jadwal ya hari ini, pokonya habis konsultasi ke dokter kamu ke rumahu ya, nanti aku suruh supir aku jemput kamu, habis kita belajar nanti kamu boleh main pianoku lagi deh. Janji.” Kata Ayu meyakinkan. “iya iya kalau bias ya pasti dateng kok, ayo pulang nanti aku telat ke dokternya” kata Mia sambil memasukan buku-buku ke dalam tasnya Mia adalah seorang anak gadis yang memiliki kelainan pada tulang. Ia menderita penyakit scoliosis yang membuat tubuhnya bengkok ke kanan. Karena hal ini tidak ada yang mau berteman denggan Mia di sekolah, hanya Ayu anak orang kaya yang duduk di sebelah Mia yang mau berteman dengannya. Ayu tahu bahwa Mia adalah anak yang pintar maka dari itu ia berteman dengn Mia agar Mia bias mengajarinya segala pelajaran, terutama fisika. “tulang anak bapak ini sebenarnya sudah tidak kuat untuk menopang tubuh anak bapak, karena tumpuan tulangnya yangmenggantung di sebela kanan. Dalam waktu dekat ini seharusnya di operasi.” Kata Dokter menjelaskan “berapa biaya operasinya dok?” Tanya pak Pujo yang juga ayah Mia. “biaya untuk menyusun tulangnya kira-kira 80juta sedangkan pemasangan titanium kira-kira 60 juta, ditambah titaniumnya harus dibeli di Thailand” jawab dr.Suryo dokter spesialis tulang. “kira-kira berapa lama anak saya bias bertahan ya dok?” Tanya Bu Puji, ibu Mia dengan nada agak sedih. “kira-kiran 2 bulan bias kurang dan bias lebih. Saya menganjurkan bapak dan ibu untuk segera membawa anak bapak ke dokter bedah tulang, agar resiko-resiko yang lain dapat berkurang, kalau bapak setuju, operasi harus dilakukan di Malaysia karena alat bedah di sana lebih lengkap” kata dokter dengan nada serius. “baik dokter, saya usahakan bisa terkumpul biayanya, terima kasih.” Pak Pujo berkata sambil keluar ruangan. Di luar Mia dan Mulyo sedang asyik bermain. “bagaimana bu kata dokter?” Mia bertanya pada ibunya yang baru saja datang menghampiri mereka. “kata dokter kamu baik-baik saja, tapi jangan melakukan banyak aktifitas yang membutuhkan gerak cepat. Hanya itu. Yuk pulang sudah malam besok kalian harus sekolah.” Jawab ibu Puji sambil merangkul Mia dan Mulyo untuk mengajaknya pulang. “ibu, Mia mau ke rumah Ayu sebentar ya, Mia minta diajarkan fisika lagi, besok kita ulangan, boleh ya bu ? bapak ?” Tanya Mia memcah keheningan di mobil selama perjalanan pulang. “boleh saja tapi usahakan untuk duduk bersandar ya, dan jangan duduk membungkuk, bapak beri waktu sampai jam 8 jangan terlalu malam, tidak enak dengan orang tuanya Ayu” jawab Pak Pujo yang sedang menyetir. Tidak lama kemudian, mobil sedan tua yang ditumpang keluarganya Mia sampai di rumah besar milik keluarganya Ayu. Memang ayahnya Ayu adalah pengusaha mebel dan furnitur, tidak ditanyak jika hidup Ayu begitu makmur. Dengan hati-hati Mia dituntun ibunya turun dari mobil. Lalu Mia mencium tangan aya dan ibunya sebagai tanda pamit. Tok…tok..took Mia mengetuk pintu, pintu dibukakan oleh pembantu Ayu. “maaf cari siapa?” Tanya pembantu itu “saya mia teman Ayu, saya sudah janji akan datang ke…” “Miaaa, huh akhirnya datang juga, aku sudah menunggu kamu, ayo ah cepetan” tiba-tiba Ayu datang dan menyambut Mia. Di dalam kamar mereka belajar materi-materi untuk ulangan besok. Selesai belajar, Mia meminta izin pada Ayu untuk memainkan pianonya. Lalu Mia membuka kap piano, terdengar alunan nada ‘Sonata piano in A major’ dimainkan oleh Mia. Ayu tahu bahwa sebenarnya Mia memiliki bakat pada Piano klasik, tapi sayang orang tuanya belum mampu mengkursuskan musik anaknya, tetapi dengan senang hatu Ayu mengizinkan sahabatnya itu meminjam pianonya. “eh kamu tahu tidak, dua minggu lagi akan ada lomba piano klasik loh, pesertanya harus berumur 13-18 tahun dan lomba tahun ini dinilai langsung oleh Hajinemasho Fujito, ketua Yamaha musik di Jepang. Kamu mau ikut tidak? Kesempatan seperti ini langka loh” kata Ayu tiba-tiba saat Mia sedang memainkan piano. “kayaknya tidak mungkin deh Yu, aku kan tidak punya piano dan aku juga tidak les piano sepertimu, aku juga tidak semahir kamu” jawab Mia yang masih memainkan pianonya. “Mia, kamu tuh mahir sekali bermain piano. Lagipula kamu bisa berlatih di rumahku, konser ini hanya dipungut biaya Rp100.000. ayolah kamu orangtuamu pasti mengizinkan kamu, aku tidak bisa ikut karena aku harus ke Samarinda menjenguk saudaraku yang baru saja melahirkan” Ayu meyakinkan Mia “doakan saja aku bisa ya. Wah sepertinya aku sudah dijemput, aku pulang ya, sampai ketemu besok” terdengar suara klakson mobil di luar, Mia pun berpamitan dan keluar. Sebenarnya Mia ingin sekali mengikuti lomba itu, tapi ia kurang percaya diri, karena dia memang tidak terkait dengan tempat les musik dan yang pasti postur tubuhnya yang tidak memungkinkan. Sesampainya di rumah, ia mencoba untuk menceritakan kepada ibunya tentang lomba ini. Ibunya sangat menyutujuinya, hanya saja masalah latihannya itu tidak memungkinkan untuk latihan setiap hari ini di rumah “tapi Ayu mengizinkan aku latihan di rumahnya, sekalian kita diskusi pelajaran” kata Mia menjelaskan pada ibunya. “boleh saja, asalkan kamu jangan terlalu lelah” ibu puji memberi pengertian “iya bu. Terima kasih banyak ya ibu, ibu sudah sabar merawat Mia, mudah-mudahn dengan lmba ini Mia bisa membanggakan ayah dan ibu. Ibu, Mia pamit tidur ya, selamat malam” kata Mia sambil mengecup pipi ibunya “iya sayang, dengan presasii kamu saja ibu sudah bangga, selamat malam sayang” kata ibunya Besok paginya seperti biasa Mia berangkat ke sekolah. “eh ada si putri ular bertulang hahahah” suatu sindiran baru saja terlontarkan oleh Cindy, seorang anak kaya yang sombong. “kalau joget itu gimana ya ? jangan-jangan makin bengkok lagi tulangnya hahaha” satu lagi dilontarkan oleh Jeff, cowok ganteng tapi sangat nakal. Hal seperti selalu Mia alami saat ia bertemu dengan teman-temannya. Teman-temannya selalu mengatai dan menyindir Mia karena postur tubuhnya. Tapi Mia selalu mencoba untuk bersabar dan bersyukur, karena ia percaya bahwa Tuhan tak pernah meninggalkan dia. Sepulang sekolah, Ayu mengajaknya untuk belajar bersama lagi, kali ini kimia. Ayu lebih senang belajar dengan Mia karena bisa lebih enak dan lebih jelas. “Mia, jadi gimana? Kamu mau ikut lombanya tidak? Kalau mau akan aku daftarkan, yang diperlukan hanya lampiran fotokopi akte kelahiran saja” Ayu berbicara di sela-sela diskusi “iya jadi, besok aku kasih ke kamu deh fotookopinya ya, Ayu terima kasih sekali kamu sudah membantu aku sampai sejauh ini, ini seperti mimpi menjadi kenyataan” jawab Mia dengan senyum “sama-sama Mia, kamu juga selalu membantu aku dalam pelajaran, karena kita sahabat kita harus saling membantu, ayo habis ini kita belajar lagu buat kamu lomba, aku sudah siapkan partiturnya” ajak Ayu “wah kamu sudah merencanakan ini ya sebelumnya?” Mia bertanya “bukan merencanakan, tapi mengharapkan karena aku tahu kamu ingin sekali menjadi pianis, sedangkan aku tidak, aku hanya ingin berbagi berkat denganmu” jawab Ayu simpati “terima kasih banyak Ayu” jawab Mia. Lalu mereka ke lantai satu untuk belajar lagu untuk konser. Reverie karya J.R.Burgumuller akan dimainkan oleh Mia diperlombaan nanti. Setelah diberikan partitur oleh Ayu, Mia mulai memainkannya di piano. “tidak terlalu buruk, hanya perlu latihan sedikit” komentar Ayu setelah Mia selesai memainkan lagunya. “sepertinya begitu jawab Mia.”besok kamu ke sini lagi buat latihan, oke? Waktunya tinggal dua minggu lagi” kata Ayu sambil merapikan partitur tadi. “iya, terima kasih sudah membantuku” Mia tersenyumsambil mengambil tasnya untuk pulang “iya sana-sama, hati-hati ya di jalan” jawab Ayu saat Mia berpamitan. Ayah Mia sudah menunggunya di luar, Mia mencium tangan ayahnya saat bertemu “bagaimana latihannya?” ayah Mia membuka percakapan “lumayan yah, masih perlu banyak latihan” jawab Mia. Lalu mereka masuk ke mobil. Di dalam perjalan pulang tiba-tiba Mia kesakitan, ia merasa sesak nafas dan tak mampu duduk lagi. Ia mengerang kesakitan. Ayahnya langsung membawanya ke rumahsakit terdekat. Sesampainya di rumah sakit, Mia langsung dibawa ke UGD. Pak Pujo langsung mengubungi keluarganya. Setelah beberapa saat, ibunya Mia sampai di rumah sakit, mereka langsung ke ruang UGD di mana Mia terbaring. “Mia, apa yang kamu rasakan?” Bu Puji berkata sambil mengelus kepala Mia. Lalu Mia membuka mata dan berkata “tulang belakangku sakit lagi bu, dan sesak nafas” Mia menjawab dengan lirih. tak lama kemudian, orang tua Mia sudah ada di ruang dokter yang mengecek Mia. “dok, jadi bagaimana keadaan anak saya?” Bu Puji khawatir. “tulang anak ibu harus segera dioperasi dan diberi penyangga, kalau tidak, anak anda tidak akan bisa berdiri atau duduk, tulang belakang tak akan mampu menopang tubuh” jawab dokter “kalau emang harus dioperasi, tolong operasi anak saya dok” pak Pujo meminta. “operasi ini sangat rumit pak, harus dilakukan di Malaysia. Di sana tersedia alat-alat yang lengkap dan titaniumnya, operasi tulang ini tidak mudah pak” dokter memberi penjelasan. “berapa biaya operasi ini jika dilakukan di Malaysia dok?” Bu Puji bertanya. “kira-kira 150juta sudah termasuk titanium dan perawatan lainnya”. Mendengar hal ini, Bu Puji langsung menangis, darimana mereka akan mendapatkan biaya sebanyak itu?. Setelah itu Bu Puji dan Pak Pujo keluar ruangan dan masuk ke ruangan Mia. Di sana mereka melihat Mia sedang tidur. Lalu mereka berdoa pada Tuhan, agar diberi cara bagaimana mereka bisa mendapatkan uang sebanyak itu untuk operasi tulang Mia. Besoknya, Pak Pujo menerima sms dari atasannya yang mengatakan bahwa atasannya sudah menstranfer uang 25juta bonus dari pekerjaan Pak Pujo yang sangat bagus. Pak Pujo langsung memberi tahu Bun Puji tentang hal ini. Bu Puji sangat bersyukur karena Tuhan sudah mendengar doanya tadi malam. Tapi uang pemberian dari atasannya Pak Pujo ditambah uang tabungan mereka belum cukup untuk membawa Mia ke Malaysia. siangnya Pak Pujo ke bank untuk mengecek uangnya. Tiba-tiba uangnya sudah bertambah, sangat banyak, ternyata itu pemberian dari ayah Ayu sebagai tanda terimakasihnya telah membantu Ayu belajar, Uang sudah mencukupi. Malam itu juga Mia dibawa ke Malaysia. selama di perjalanan, mereka berdoa agar operasi ini bisa berjalan dengan lancer. Sampai di rumah sakit Malaysia, Mia diperiksa. Ternyata, kelenjar yang melngket pada . tulangnya sudah tidak ada, suatu mukjizat terjadi pada Mia. Besok paginya Mia dioperasi. Keluarga Pak Pujo menunggu di ruang tunggu dengan pasrah. Mereka berdoa agar semua baik-baik saja. Selama tujuh jam Mia di ruang operasi, akhirnya keluar juga. Dokter mengatakan bahwa Mia tidak harus ditempatkan di ruang ICU, suatu mukjizat bahwa Mia bisa bertahan tanpa harus dibantu alat-alat di ruang ICU. Mia juga tidak membutuhkan banyak darah, hanya satu kantung darah. Suatu keajaiban lagi dari Tuhan Setelah 13 jam tertidur, Mia bisa membuka matanya perlahan-lahan. Tapi masih belum bisa bangun, hanya bisa tiduran. “gimana perasaan kamu sekarang sayang?” ibunya langsung menghampiri Mia.”badanku jadi terasa berat bu, tapi sudah baikan. Bu, bagaimana dengan lomba pianoku bu? Aku akan tetap berlomba kan?” Tanya Mia. “ibu tak tahu sayang, lihat kondisi kamu dulu”jawab ibunya dengan pengertian. “tapi bu, lomba itu tinggal 10 hari lagi, Mia harus ikut lomba itu” Mia berusaha bangun. “Mia, kamu belum boleh bangun, harus tiduran. Kamu berdoa sama Tuhan agar diberi kesepatan cepat sembuh ya, sekarang kamu istirahat dulu, mama tunggu di luar” kata mamanya sambil mengecup kening Mia Malamnya tiba-tiba saat Mia terbangun, Mia tidak bisa menggerakan tangan kirinya. Ia langsung bilang mamanya bahwa ia tidak bisa menggerakan tangan kirinya itu. Berapa menit kemudian dokter masuk ke ruangannya dan memeriksanya, entah apa yang menyebabkan tangannya lumpuh total. Yang bisa ia lakukan hanya berdoa agar Tuhan bisa menyembuhkan tangannya. Di saat seperti ini ia merindukan Ayu, sahabatnya. Ia ingin sekali bermain piano. Ia takut akan kehilangan tangganya dan tidak bisa bermain piano lagi. Ia berdoa terus menerus pada Tuhan agar ia bisa cepet sembuh dan bisa menggerakan tangannya Besoknya benar-benar mukjzat terjadi, lagi. Mia bisa menggerekan tangannya, ia sudah bisa duduk walaupun hanya 45derajat. Dokter sangat bingung. Tidak pernah sebelumnya masa pemulihan operasi tulang secepat ini. Dokter mengizinkan Mia pulang ke Indonesia besok pagi. Keluarga Mia sangat bersyukur pada Tuhan karena mereka tahu bahwa semua ini karena kasih Tuhan menyertai mereka Besok paginya pukul 9 pagi mereka sudah berada di bandara Kuala Lumpur. Mia sangat senang karena akhirnya ia pulang. Ia berharap bisa berlatih piano karena dalam 5 hari lagi ia akan berlomba. Pukul 10 pesawat take off menuju Jakarta. Sesampainya di Jakarta, Mia disambut oleh Ayu yang sudah menunggu di bandara. Betapa senangnya mereka berdua akhirnya bertemu lagi. Ayu langsung mengajaknya ke rumahnya untuk latihan piano. Ibunya mengizinkan asalkan Mia tidak terlalu sering duduk tegak, harus bersandar. Dua jam kemudian mereka berlatih piano untuk lomba Hari yang ditunggu-tunggu sudah tiba. Tiga jam lagi Mia akan tampil. Sebelum tampil Mia berdoa agar kiranya Tuhan meyertai dia saat dia memainkan lagu. Waktunya sudah tiba, dengan percaya diri Mia duduk di kursi depan grand piano berwarna putih. Alunan lagu’Reverie’ terlantunkan. Sepertinya para juri mendengarkan dengan baik. Setelah selesai, Mia membungkuk member hormat dan ke backstage. “bagaimana penampilanku tadi” kata Mia pada Ayu yang sedang duduk dengan keluarga Mia. “bagus sekali. Sepertinya para juri senang” jawab Ayu sambil bertepuk tangan dengan Mia. “doakan aku menang ya” kata Mia sambil tersenyum Setelah sesi lomba selesai, saatnya pengumuman pemenang lomba diumumkan. Jantung Mia terasa berdetak begitu kencang. Setelah diumumkan juara ketiga dan juara kedua, saatnya juara utama. Sang pengumum mengumumkan “and the first winner is Mia from Bandung, give applause to our winner” hati Mia seperti meledak namanya baru saja disebutkan. Lalu ia naik ke panggung dan menerima piala berbentuk piano dari sang juri. Hadiah dari lomba ini adalah beasiswa sekolah music di Jepang. Betapa senang Mia bisa mendapatkan kesempatan seperti itu. Mia berterimakasih pada Ayu, orangtuanya, adiknya yang selama ini menemani Mia. Dan tetntunya pada Tuhan atas kesempatan hidup, memiliki keluarga, memiliki sahabat, talenta yang luar biasa dan pengalaman hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar