Rabu, 08 Februari 2012

Primadona, Si Kembar yang Tak Terpisahkan by Citra Ardilla

Primadona.....itulah julukan untuk si kembar Prima dan Dona. Orang-orang disekitar mereka sering memanggil mereka dengan nama itu. Prima dan Dona adalah anak kembar identik. Wajah mereka sangat mirip. Oleh karena itu, orang-orang sulit sekali membedakan mana Prima dan mana Dona. Yaaaa… mereka memang kembar, tapi sifat Prima dan Dona sangatlah beda. Prima adalah anak yang rajin, feminine, dan tutur katanya lemah lembut. Sebaliknya, Dona adalah pemalas, teledor, dan sedikit tomboy. Tapi walau begitu, mereka adalah anak kembar yang akur, dan saling mengisi satu sama lain. “Dona.. ayo bangun! Waktunya sekolah”. Kata Prima yang terus saja berusaha membangungkan Dona. “Aaahh… masih jam segini juga.” Kata Dona. “Ya udah, aku ngga mau tanggung jawab ya kalo nanti kamu telat?” “Haa.. iya iya.” Akhirnya Prima meninggalkan Dona yang masih tertidur pulas. Tiba tiba……… “Aaaaaaaa!!!!” terdengar suara teriakan di rumah Primadona. “Suara siapa itu? Tanya Bu Heldy, mama Primadona. “Saya juga ga tau, nya.” Jawab mba Imar , pembantunya Primadona. Lalu Bu Heldy dan mba Imar menuju ke tempat suara itu berasal. Ternyata… itu adalah teriakan Dona. “Ada apa, Dona? Tanya Bu Heldy. “Aku kesiangan, Ma.” Jawab Dona. “Makanya, kalo dibangunin jangan malas.” Kata mamanya. “Maaf deh, Ma. Eh tapi gapapa deh kesiangan, kan enak jadi ngga sekolah.” Kata Dona yang tiba tiba malah jadi kegirangan. “Ehh… ngga boleh! Ini kan masih jam tujuh lewat dua puluh, masih ada waktu buat siap siap ke sekolah. Sana cepetan kamu mandi!” perintah mama kepada Dona. “Tapi…… “tidak ada tapi tapi, kamu kan masuk jam setengah delapan jadi masih ada waktu, sekolahnya juga ngga jauh dari rumah kita, kan?” kata Bu Heldy. Sementara di sekolah… “Aduh.. Dona mana sih, jangan jangan dia bolos lagi.” Kata Prima. Prima memang sudah berangkat duluan ke sekolah karena kalau menunggu Dona nanti malah dia yang ikut terlambat juga. Bel masuk pun berbunyi, dan Dona belum juga datang. Tok tok tok…… terdengar seseorang mengetuk pintu kelas XI-2, kelasnya Primadona. “Assalamualaikum.. maaf, pak saya terlambat.” Kata Dona. “Anak pintar, sekarang juga kamu berdiri di depan kelas sampai pelajaran saya selesai!” perintah pak guru matematika yang memang terkenal kejam. “Dona…Dona… kapan kamu bisa disiplin?” gumam Prima yang prihatin dengan sikap kembarannya itu. Teng…teng… bel sekolah berbunyi, Prima dan Dona pulang ke rumah. “Primadona!” seseorang memanggil mereka. Ternyata orang itu adalah Rasya, cowok terkeren di sekolah mereka. “Hai Prima, hai Dona.” Sapa Rasya. “Hai juga.” Sapa Primadona kembali dengan serentak. Primadona sangat senang, karena sebenarnya mereka berdua menyukai Rasya. “Oh, iya Prima bisa bicara sebentar?” Tanya Rasya. “Oh, boleh.” Jawab Prima. Entah apa yang ingin dikatakan Rasya pada Prima, Dona pun penasaran dan mengikuti mereka berdua dan menguping pembicaraan mereka. “Hmm… hari sabtu kan kita libur, lo sibuk ngga?” Tanya Rasya. “Ngga tuh, kenapa?” kata Prima. “Gue mau ngajak lo jalan, mau ngga?” Seketika itu Prima kaget dan wajahnya memerah. “Serius?” “Iya.” Dan akhirnya Prima menerima ajakan Rasya. Sementara itu, Dona yang mendengar semua pembicaraan itu cemburu dan tidak bisa menerima semua itu. Akhirnya… ketika Prima kembali Dona langsung pergi meninggalkannya. Sesampainya di rumah… “Enak ya yang diajak jalan.” Sindir Dona sambil melihat Prima dengan sinis. “Kamu udah tau semuanya?” Tanya Prima sedikit takut. “Gue udah tau semuanya. Pengkhianat!” ujar Dona. “Maaf, Don. Aku ngga bermaksud buat kamu marah.” Kata Prima. “Lo tau kan gue juga suka sama Rasya tapi ngga gini dong caranya.” “Baik, aku bakal batalin ajakin Rasya, dan itu semua demi kamu.” Kata Prima. “Ngga perlu!”. Lalu Dona meninggalkan Prima. Esok harinya di sekolah… “Rasya aku mau ngomong sama kamu.” Kata Prima. “Ngomong apa?” Tanya Rasya. “Hmm… sorry, aku ngga bisa pergi sama kamu.” “Kenapa?” “Soalnya aku ada kerja kelompok, sorry ya?” kata Prima. “Oh, ya udah gapapa kok.” Kata Rasya mengerti. “Makasih ya Rasya, gimana kalo kamu pergi sama Dona aja? Soalnya dia ngga ada acara hari sabtu.” Kata Prima. “Gimana ya?” kata Rasya. “Please.. mau ya?” Prima ingin sekali Rasya bisa dekat dengan Dona. Padahal dia juga suka sama Rasya. Tapi, itulah Prima. Dia selalu mengalah kepada Dona. Baginya kebahagiaan Dona lebih penting dari pada kebahagiaannya. “Oh, iya gue baru ingat. Hari sabtu kan gue ada latihan ngeband.” Seru Rasya. “Yah.. jadi ngga bisa ya?” “Sorry ya, Prima?” “Iya.” Jawab Prima dengan nada kecewa. Tiba tiba, Dona datang. “Hey, kalian ngapain disini?” tanyanya. “Ga ngapa ngapain.” Jawab Prima. Dan Rasya pun pergi meninggalkan mereka berdua. Wajah Dona pun tampak kusut setelah Rasya pergi. “Don, aku udah ngebatalin janji aku sama Rasya. Jadi maafin aku ya?” pinta Prima. “Gue udah maafin lo dari kemarin kok.” Kata Dona sambil. Malam harinya… dirumah Primadona ada seseorang datang. Prima membukakan pintu. Dan ternyata orang itu adalah…… “Rasya!” kata Prima dengan suara yang sedikit keras karena kaget. “Kamu ngapain kesini?” tanyanya. “Ngga boleh ya?” Tanya Rasya kembali. “Boleh boleh aja sih. Tapi ini kan udah malam. Mau nyari siapa?” “Ya nyari lo lah.” Jawab Rasya. Tiba tiba Dona datang dan matanya langsung terbelalak ketika melihat ada Rasya dirumahnya. “Rasya? Kok tumben kesini.” Tanya Dona. “Dia nyariin kamu tuh, Don.” Kata Prima. Rasya pun kaget mendengar perkataan Prima. “Yang bener? Kenapa lo nyariin gue?” Tanya Dona kepada Rasya. Rasya bingung mau menjawab apa, karena yang dia cari itu Prima, bukan Dona. “Sudah, sudah. Kalian ngobrol aja sana.” Kata Prima. Akhirnya Rasya dan Dona mengobrol bersama di ruang tamu. Sementara Prima mengintip mereka dari ruang keluarga. “Mau ngomong apa?” Tanya Dona dengan malu malu. “Hmm… sebenarnya gue bukan mau ngomong sama lo.” Jawab Rasya. Dona pun bingung. “jadi?” Tanya Dona kembali. “Sebenarnya gue mau ngomong sama… Prima.” Jawab Rasya ragu ragu. Seketika itu Dona kaget dan pergi meninggalkan Rasya. Dona memergoki Prima yang mengintip pembicaraannya. “Oh, ternyata dari tadi lo disini?” Tanya Dona dengan ketus. “Sorry, Don. Aku ngga bermaksud… “udahlah! Lo seneng kan liat gue malu?” “Ngga, Don. Ngga!.” “Munafik lo!” Dona langsung pergi menuju ke kamar. Prima pun terlihat meneteskan air mata. “Prima, lo gapapa kan? Tanya Rasya. “Ini semua gara gara lo tau ngga! Sekarang juga pergi dari sini!” kata Prima dengan kesal. Esok harinya, Dona masih belum mau memaafkan Prima. Ia sangat marah karena merasa dihianati. Pada saat di sekolah… “Dona tolong maafin aku…” pinta Prima. “Gue ga akan pernah maafin lo.” Dan tiba tiba Rasya datang. “Dona, kenapa sih lo jahat banget sama kembaran lo sendiri? Lo marah gara gara Prima bohongin lo?” Tanya Rasya. “Lo ga usah ikut campur.” Jawab Dona. “Ini salah gue. Jadi gue harus tau!” Kata Rasya. “Gue suka sama lo. Puas!” Rasya dan Prima langsung terdiam begitu mendengar pernyataan Dona yang mengejutkan. Prima tidak menyangka Dona akan berbicara seperti itu. Dan Rasya pun tidak bisa berkata apa pun. Rasya pun mengejar Dona. “Dona, gue mau minta maaf sama lo!” seru Rasya. Dona tidak menjawabnya. “Maafin gue ya, Prima.” Kata Rasya. “Iya, aku maafin.” “Makasih ya.” Prima meninggalkan Rasya dan berniat untuk mencari Dona. Prima merasa sangat bersalah pada Dona. Ia pun berhasil menemukan dona. “Dona tunggu!” seru Prima. Dona terus saja berlari dan Prima tidak putus asa. Dia terus mengejar Dona. Sampai akhirnya… “Aaaaaa!” terdengar teriakan seorang gadis. Dona seperti kenal suara itu dan ketika ia melihat gadis itu, ternyata……”Primaaaaaaaa!” ternyata Prima tertabrak sebuah truk. Prima dilarikan kerumah sakit terdekat. Dona memberitahu keluarganya. “Bagaimana keadaan kembaran saya, dok?” Tanya Dona. “Kondisinya sangat kritis dan dalam keadaan koma.” Jawab dokter. “Tapi anak saya bisa selamat kan, dok? Tanya mama Prima dan Dona. “Kami tidak bisa memastikan. Harapan hidupnya sangat kecil.” Mendengar pernyataan dokter Dona jadi merasa bersalah dan ingin meminta maaf pada Prima. “Prima… gue ngga tau lo bisa dengar gue atau ngga. Tapi gue udah keterlaluan banget sama lo. Cuma karena cowok gue marah sama lo. gue emang bodoh! Maafin gue Prima.” Dona meneteskan air mata ketika meminta maaf pada Prima. Prima belum juga sadar. “Prima, bangun. Gue janji ga akan berbuat hal bodoh lagi. Gue ngga mau pisah sama lo. Ayo, sadarlah!” kata Dona sambil terus menyesali perbuatannya. Beberapa jam kemudian… dokter mengatakan sesuatu. “Maaf, kami sudah berusaha. Tapi… kalian harus menerima semua ini.” Dona dan keluarganya bingung. “Apa maksud dokter, Prima kenapa?” Tanya Dona. “Prima sudah pergi meninggalkan kita semua.” Dona tidak percaya. Dia tidak bisa menerima semua itu. Ia tidak sanggup berpisah dengan kembarannya. Setahun kemudian… “Udah setahun Prima pergi, dan Dona merasa kesepian, Ma.” Kata Dona yang sedang bersama mamanya. “Mama juga merasakan hal yang sama. Tapi kamu harus bisa merelakan Prima pergi, Don.” Hibur mamanya. “baiklah, Ma. Dona yakin Prima bahagia disana. Dan sebenarnya dia selalu ada didekat kita.” Kata Dona. “Memang, karena sampai kapanpun kamu dan Prima takkan terpisahkan.” Kata mamanya sambil tersenyum. “Mama benar, Prima akan selalu ada dalam ingatanku dan dalam benakku. Karena kami takkan terpisahkan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar