Rabu, 15 Februari 2012

Pengorbanan Seorang Sahabat by Jeffry

Prangggg ……… Dani melempar piring yang berisi makanan yang di berikan Lisa padanya. Pecahan piring dan makanan berserakan di lantai. Lisa mundur dan kaget terhadap sikap Dani padanya. “Apa pedulimu dengan ku ?. Pergi sana !!!” bentak Dani pada Lisa “Dan, aku tau ini berat, aku ngerti bange …” “Tau apa kamu dengan perasaan ku” Dani memotong kata-kata Lisa “Gak ada satupun orang yang ngerti dengan perasaan ku sekarang. Gak ada yang peduli lagi sama aku terutama kedua orang tuaku sendiri, dan kamu gak perlu repot-repot memperhatikan ku lagi” kalap dani Lisa benar-benar mundur kali ini, belum pernah dia melihat Dani seperti ini. Dia tahu Dani lagi banyak masalah, tetapi dia tidak menyangka bahwa Dani sekalap ini. Gak ada gunanya memaksakan diri pikirnya, mungkin Dani butuh waktu sendiri. Setelah Lisa pergi Dani lebih kalap, dia melempar semua barang yang ada di kamarnya. Dani terduduk diantara barang-barang yang berantakan. Dia muak dengan semuanya. Orang tuanya hanya sibuk bekerja, jarang pulang, dan kalaupun mereka pulang, maka hanya bertengkar dan saling menyalahkan. Mereka sama sekali tidak peduli dengan Dani, segala cara sudah dilakukan Dani supaya orang tuanya mau memperhatikannya, tetapi percuma saja mereka tetap tidak peduli dengan Dani. Bahkan ketika Dani hampir dikeluarkan dari sekolah karena memukuli temannya sampai harus masuk rumah sakit, orang tua Dani malah bertengkar dan saling menyalahkan. Dani benar-benar putus asa. Dan terakhir yang membuat Dani makin tertekan adalah kenyataan bahwa ternyata Dani bukan anak kandung kedua orang tuanya, dia Cuma anak angkat, dan selama ini orang tuanya merahasiakan kenyataan itu. Dani tidak sengaja mendengarnya saat mereka bertengkar. Dani tidak bisa menerima keadaaan ini, untuk apa harta yang melimpah, untuk apa kehidupan yang mewah, kalo kenyataannya dia tidak bahagia. Selama ini, cuma Lisa yang selalu menemaninya, Lisa adalah temannya dari kecil, sama Lisa dia menumpahkan kekesalannya, tempat dia berbagi suka dan duka. Tetapi Dani sekarang seperti kehilangan kerpercayaan, dia tidak bisa percaya siapapun lagi, baginya semua hanya pura-pura. Dia benci semuanya. Keesokan harinya Lisa datang kerumah Dani, dia berharap Dani sudah tenang lagi. Tetapi ternyata dia salah, Dani masih bersikap sama. “Mau apa lagi kamu kesini ? apa kamu enggak ngerti juga. Udahlah didunia ini emang gak ada yang peduli sama aku, semua cuma pura-pura. Pergi sana ! dasar cewe gak tau diri. Aku gak mau liat muka kamu lagi !!!” bentak Dani “Dani !!!” Lisa benar-benar gak bisa percaya dengan apa yang di dengarnya “Ya, cewe gak tau diri. Puas ? sekarang pergi dari sini !!!” Dani membentak lagi Lisa bagai disambar petir. Dia gak pernah nyangka Dani akan mengatakan kata-kata seperti itu. Lisa lari meninggalkan Dani, dia tidak bisa menahan air matanya lagi. Dalam keadaan kalut Dani memacu motornya dengan kecepatan yang tinggi, dia tidak mempunyai tujuan, dia cuma ingin pergi walaupun dia tidak tau mau kemana. Sebuah benturan keras menghantam Dani. Tubuh Dani terlempar dari motornya, darah mengalir dari kepalanya. Dani tidak tau apa yang sedang terjadi. Pranggg … Gelas yang dipegang oleh Lisa jatuh dari tangannya “Dani !” katanya tanpa sadar Gian berbaring ditempat tidurnya kepalanya dibalut perban. Lisa duduk disebelah tempat tidur Dani, sudah empat hari Dani tidak sadar, dan selama itu Lisa selalu menemani Dani, dia enggak pernah meninggalkan Dani walau cuma sebentar. Keadaan Dani mulai membaik setelah kritis karena kehilangan banyak darah. “Dan, aku tahu kamu punya masalah yang berat, tetapi kamu salah kalau kamu pikir tidak ada yang peduli sama kamu. Banyak yang sayang sama kamu, Dani dan walaupun itu benar, kamu masih punya aku yang peduli dan sayang sama kamu, aku enggak akan ninggalin kamu. Tetapi kalau kamu memang tidak mau bertemu dengan ku lagi, gak apa-apa, kamu gak usah khawatir, kamu gak akan pernah liat aku lagi. Cepat sembuh Dan.” Lisa mengecup kening Dani dan menghapus air matanya sendiri. Lisa pergi dari ruangan itu, setelah dia berpamitan denga kedua orang tuanya Dani yang duduk di ruang tunggu, Lisa pergi bukan cuma dari rumah sakit itu tetapi juga dari Dani. Dia sudah memutuskan untuk pindah keparis dan tinggal bersama orang tuanya yang bekerja disana, mungkin tidak akan kembali lagi. Dani mulai membuka matanya, pertama pandangannya masih kabur, kemudian makin jelas. Yang di lihatnya pertama kali adalah kedua orang tuanya yang tersenyum memandangnya. “Dani, kamu sudah sadar sayang ?” jelas sekali nada lega dalam suara mama Dani “Mama , Papa ?” kata Dani lemah. “Maafin mama Dani, selama ini mama dan papa terlalu sibuk, kami kurang memperhatikan kamu, sampai dirumah kami hanya bertengkar. Maafin mama ya Dani.” kata mama Dani, air mata mengalir di pipinya. “iya Dani, maafin papa juga. Walaupun kamu bukan anak kandung kami, tetapi kami menyayangi kamu seperti anak kami sendiri, siapa lagi yang kami sayangi kalau bukan kamu, cuma kamu yang kami punya. Maafin mama sama papa, karena kami kamu jadi begini. Lisa sudah cerita semuanya, selama kamu koma dia menjagamu, dia juga sudah mendonorkan darahnya buat kamu.” “Lisa … dimana Lisa ?” Dani seperti baru tersadar. Mama dan papa Dani terdiam, mereka tidak menjawab pertanyaan Dani. “Ma … Pa … Lisa dimana ?” desak Dani “Lisa udah pergi.” jawab papanya hampir tidak terdengar. “Pergi ? kemana pa ?” “kami gak tahu Dani, Lisa gak bilang, dia cuma bilang dia bakal pergi dan gak akan kembali lagi kesini, karena kamu bilang kamu gak mau liat muka dia lagi.” jelas papa Dani “Lisa …” Dani tidak mampu berkata apa-apa lagi, dia ingat waktu itu dia mengusir Lisa, dia tidak menyangka kata-katanya waktu sedang emosi itu sudah membuat dia kehilangan sahabat yang sangat menyayanginya dan rela berkorban demi dirinya walaupun dia udah penyakiti perasaan Lisa. Lisa, maafkan aku. Kata Dani dalam hati. Cuma itu yang bisa diucapkan Dani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar