Rabu, 08 Februari 2012

Dua Pembunuh by Feisal Irfansyah

Suatu hari ada dua orang pembunuh yang sangat ditakuti dan banyak orang tidak berani melawan mereka. Mereka adalah Silverspur Ballistico dan Bucktan El Diablo. Suatu hari yang tenang, dimana mereka berada di dalam kediamannya, mereka sedang asik membicarakan tentang status mereka yang sudah menjadi incaran para polisi dan pemerintah. “Bagaimana nih, nama kita sudah tersebar luas, sudah banyak orang yang mengetahui nama kita dan kayaknya kita tidak bisa kabur dari masalah ini” ujar Ballistico dengan muka yang sangat panik dan menyesal atas perbuatannya. Lalu El Diablo menjawab “Bagaimana pun juga, kita pasti tidak akan bisa kabur dari masalah ini, karen kita melakukan hal yang sangat kriminal, dan semua korban-korban kita merupakan teman-teman kita sendiri yang dulunya sering mengucilkan kita”. Mereka berdua ini dulunya adalah siswa dari sekolah yang sama, di kota terpencil. Mereka itu dahulu sering dikucilkan oleh teman-temannya di sekolah itu. Mereka itu membunuh bukan karena mereka suka melakukan hal itu, tetapi karena mereka ingin balas dendam dengan teman-teman satu sekolahnya, banyak teman-teman mereka yang sudah mereka bunuh, tetapi ada juga yang masih hidup dan masih menjadi incaran mereka. Suatu ketika, saat si Ballistico dan El Diablo sedang jalan-jalan dengan mobil mereka, tiba-tiba mereka melihat temannya yang jadi incaran mereka, si Ballistico menghentikan mobilnya dan langsung bicara kepada El Diablo. “Hei! Kau lihat disebelah sana, itu bukannya teman kita dulu ya?” El Dibalo menjawab “Kau benar, ya udah kita ikuti dia saja dari belakang dan langsung kita bunuh dia!” lalu mereka mengikuti orang itu, dia bernama Paul Gray. Saat mereka ingin mengikutinya dari belakang dengan mobilnya mereka, tiba-tiba si Paul Gray melihat mobil itu dan melihat siapa yang ada di dalam mobil tersebut, dia langsung panik dan ia lari terbirit-birit ke kantor polisi, tetapi Ballistico dan El Diablo tetap mengikuti si Gray. Saat si Gray sudah sampai di kantor polisi, si Ballistico langsung menghentikan mobilnya dan langsung putar balik dan langsung menuju markas mereka. Di kantor polisi, si Gray mengadu bahwa dia melihat Silverspur Ballistico dan Bucktan El Diablo dan berkata, “Pak polisi! saya melihat 2 buronan yang terkenal itu!” Pak polisi itu menjawab “Siapa?! Apakah orang itu si Silverspur Ballistico dan Bucktan El Diablo?!” Lalu si Gray menjawab “Iya pak! Saya dikejar-kejar oleh mereka menggunakan mobil berwarna hitam. Pak polisi itu membalas “Apakah kau melihat nomor polisi mobil itu? Dan apakah kau tau jenis mobil itu?” ujar pak polisi itu dengan sangat bersemangat untuk menangkap dua buronan itu bernama Silverspur Ballistico dan Bucktan El Diablo. “Saya hanya mengetahui jenis mobilnya saja pak, saya tadi tidak melihat nomor polisi mobil itu karena terlalu panik.” ujar si Paul Gray dengan nafas yang sangat berat dan keringat yang bercocoran di sekujur tubuhnya. “Baiklah jika kau melihat si Silverspur Ballistico dan Bucktan El Diablo, saya akan memberi perintah kepada anak buah saya bahwa kita baru saja menemukan jejak si buronan itu, terimakasih atas bantuan anda kerena telah menemukan buronan kelas tinggi itu, secepatnya kami akan menangkap si Silverspur Ballistico dan Bucktan El Diablo” kata pak polisi. “Iya pak, sama-sama, lain waktu jika saya menemukan mereka lagi saya akan memberi tahu kepada anda, dan saya akan memberi kepercayaan kepada anda bahwa dapat menangkap si Silverspur Ballistico dan Bucktan El Diablo.” Akhirnya si Paul Gray pulang kerumahnya dan pak polisi itu mulai menyelesaikan kasus Silverspur Ballistico dan Bucktan El Diablo yang sudah lama tidak diselesaikan oleh pihak kepolisian karena mereka terlalu susah untuk ditemukan. Kesokan harinya di dalam markasnya si Silverspur Ballistico dan Bucktan El Diablo si Ballistico ngomong ke El Diablo, “Bagimana ini?! Pasti anak itu akan memberitahukan kepada polisi bahwa kita mengikuti dia,” Lalu El Diablo menjawab “Ya udah, santai aja kali, mereka pun pasti tidak berani menyelesaikan kasus kita yang sangat berbahaya ini” Dengan santainya si El Diablo menjawab “Tetap saja kan kita masih menjadi incaran para polisi itu dan juga masyarakat setempat” dengan rasa panik yang dirasakan si Ballistico. “Ya sudah, kita kan emang benar-benar balas dendam dengan mereka, apakah kau tidak ingat itu?!” dengan tegasnya si El Diablo menjawab. Si Ballistico pun langsung terdiam dan dia langsung teringat masa lalunya. Di lain sisi, si Paul Gray datang lagi ke kantor polisi untuk ingin tahu apakah Silverspur Ballistico dan Bucktan El Diablo sudah ditangkap atau belum. “Pak polisi, apakah dua buronan itu sudah tertangkap?” kata Paul Gray dengan muka yang sangat-sangat berharap si Silverspur Ballistico dan Bucktan El Diablo sudah tertangkap. “Belom, mereka belom kami tangkap kami masih mencari jejak mereka dan mencari informasi tentang mereka, dan kami pun tidak tahu kenapa mereka membunuh banyak orang yang bersalah. Tiba-tiba si Paul Gray terdiam dan memulai berpikir masa-masa saat masih di sekolah dasar, dia teringat bahwa dulu sebelum Silverspur Ballistico dan Bucktan El Diablo menjadi buronan, saat disekolah itu, mereka berdua selalu di kucilkan oleh teman-teman satu sekolahnya, dan si Paul Gray berpikir lagi, mungkin saja si Silverspur Ballistico dan Bucktan El Diablo balas dendam dengan semua teman-temannya dimasa lalu. “Pak! Kayaknya saya tau, mengapa si Silverspur Ballistico dan Bucktan El Diablo membunuh orang-orang tersebut. Pak polisi itu pun menjawab “Kenapa?” Lalu Paul Gray menjawab “Mungkin saja mereka berdua itu dendam” Kata pak polisi “Dendam? Kalo iya kenapa kalo tidak kenapa?” Paul Gray membalas “Saya yakin sekali si Silverspur Ballistico dan Bucktan El Diablo itu bales dendam, karena sewaktu saya satu sekolah dengan mereka, mereka berdua selalu dikucilkan oleh teman-teman saya, termasuk saya juga” Pak polisi itu menjawab lagi “Mengapa si Silverspur Ballistico dan Bucktan El Diablo dulu-nya sering dikucilkan? Paul Gray menjawab “Ya, saya dan teman-teman saya hanya iseng saja mengucilkan mereka berdua, tetapi kami jadi ketagihan untuk mengucilkan mereka dan saya dan teman-teman yang lain tidak tahu kenapa mereka balas dendam dengan kami semua dengan membunuh salah satu dari kami. Pak polisi itu menjawab dengan muka dengan agak marah “Kan! Gara-gara kamu dan teman-teman mu itu mengucilkan mereka berdua si Silverspur Ballistico dan Bucktan El Diablo jadi fatal seperti ini!” Paul Gray menjawab dengan muka yang sangat bersalah “Maafkan saya pak, saya benar-benar tidak tahu bahwa di masa yang akan datang akan terjadi sesuatu yang benar-benar tidak bisa di duga, seperti ini.” Pak polisi menjawab “Baiklah, karena kesalahan mu dan teman-teman mu jadi begini, kau harus kena hukumannya. Oh iya, siapa saja nama teman-teman mu itu dan berapa orang yang pernah mngucilkan si Silverspur Ballistico dan Bucktan El Diablo?” Paul Gray terdiam dan langsung berpikir siapa saja yang pernah mengucilkan Silverspur Ballistico dan Bucktan El Diablo, dan dia ingat berapa orang dan siapa nama anak-anak yang pernah mengucilkan Ballistico dan El Diablo. “Saya ingat pak, berapa orang yang mengucilkan Ballistico dan El Diablo, seinget saya ada 20 anak, dan semuanya bernama #1 Sidney George Wilson, #2 Nathan Jonas Jordison, #3 Christopher Michael Fehn, #4 James Donald Root, #5 Craig Arnold Jones, #6 Michael Shawn Crahan, #7 Mickael Gordon Thomson, #8 Corey Todd Taylor, #9 Brian Elwin Haner. Jr, #10 Michael Ryan Pritchard, #11 Keneth Surya, #12 Stevanus Hizkhia, #13 James Surya, #14 James Owen Sullivan, #15 Jhonny Lewis Seward, #16 Zachary James Baker, #17 Rachmadi Puji Waluyo, #18 Matthew Charles Sanders, #19 Paul Gray, #20 Bi Enung.” Pak polisi menjawab “Apakah kamu tau siapa yang telah dibunuh oleh Silverspur Ballistico dan Bucktan El Diablo?” Paul Gray menjawab “Setahu saya yang sudah meninggal itu adalah Corey Todd Taylor, Keneth Surya, Mickael Gordon Thomson, James Donald Root, Matthew Charles Sanders, Rachmadi Puji Waluyo, Stevanus Hizhia, Michael Ryan Pritchard, Bi Enung, Jhonny Lewis Seward, Nathan Jonas Jordison, Michael Shawn Crahan, James Surya, Craig Arnold Jones, dan Christopher Michael Fehn.” Pak polisi menjawab “Lalu, bagaimana dengan teman-teman mu yang lain itu, apakah mereka sekarang jadi sasarannya, atau tidak?” Paul Gray “Mungkin saja iya, dan jika salah satu dari mereka menjadi incaran, pasti akan dimulai dari nomor yang paling kecil.” Pak polisi “Maksud kamu nomor yang paling kecil? Apakah teman-teman mu yang dulu itu ada nomor-nomornya jadi misalkan si Sidney George Wilson nomor #1 jadi dia yang pertama akan di bunuh oleh Ballistico dan El Dibalo?” Paul Gray membalas “Betul sekali pak! Itu yang direncanakan Silverspur Ballistico dan Bucktan El Diablo.” Pak polisi “Tapi mengapa si Sidney George Wilson bisa selamat?” Paul Gray “Mungkin saja, saat detik-detik si Silverspur Ballistico dan Bucktan El Diablo ingin membunuh, Si Wilson dapat menghindar dari serangan Silverspur Ballistico dan Bucktan El Diablo dan mungkin saja sekarang si Wilson sudah kabur ke luar negri pak.” Pak polisi “Ohh, ternyata begitu, baiklah kita mulai misi ini secara bersama-sama, menurut kamu yang jadi incaran si dua pembunuh itu siapa?” Paul Gray “Menurut saya, si Brian Elwin Haner. Jr, habis itu si James Owen Sullivan, lalu Zachary James Baker, sehabis itu Matthew Charles Sanders, dan yang terakhir saya.” Pak polisi “Baiklah, apakah kau tahu dimana rumahnya si Brian Elwin Haner. Jr?” Paul Gray “Tidak jauh dari sini pak, hanya 2 blok dari kantor polisi ini pak, bagaimana kalo kita ke rumahnya si Brian Elwin Haner. Jr saya juga ingin tahu keadaan dia sekarang.” Pak polisi “Baiklah kita akan kesana dan mengecek keadaannya si Brian ya.” Mereka pun langsung menuju rumahnya Brian, setelah mereka sudah sampai dirumahnya mereka terkejut setelah melihat keadaan si Brian Elwin Haner. Jr yang sudah berlumuran darah sekujur tubuhnya. Pak polisi “Bagaimana ini, si Brian Elwin Haner. Jr sudah meninggal, apakah kita langsung saja kerumahnya James Owen Sullivan? Dan kau tahu kan rumahnya James Owen Sullivan?’’ Paul Gray menjawab “Iya pak, saya tahu rumahnya James Owen Sullivan, dekat dari rumahnya Brian kok pak.’’ Mereka langsung menuju kerumahnya si James Owen Sullivan dan saat mereka di depan rumahnya James Owen Sullivan, mereka melihat pintu rumahnya sudah di dobrak dan melihat ada 2 orang korban yang bernama James Owen Sullivan dan Zachary James Baker. Pak polisi “Wow!! Si Silverspur Ballistico dan Bucktan El Diablo benar-benar balas dendam ya dengan teman-teman mu itu, mereka membunuh sudah seperti orang yang tidak takut dosa ya.” Paul Gray menjawab “Benar pak, mereka benar-benar kayak orang yang tidak punya dosa.” Pak polisi “Hmmm… Hei!! Kasus ini belom selesai, sekarang yang masih hidup ada kamu dan si Matthew Charles Sanders, bagaimana ini, kamu tau tidak rumahnya si Matthew Charles Sanders?” Paul Gray menjawab “Wahh pak, rumahnya dia sedikit lebih jauh pak dari sini, apakah kita yakin kesana?” Pak polisi “Iya, karena kita harus menyelesaikan kasus ini, baiklah ayo kita cepat-cepat kerumahnya.” Diperjalanan menuju rumahnya Matthew Charles Sanders, mobil polisi itu hampir habis bensinnya, jadi mereka mengisi bensin dahulu, setelah mingisi bensin, mereka melanjutkan perjalanan mereka kerumahnya Matthew Charles Sanders dan saat sudah sampai didepan rumahnya, mereka melihat mobilnya Silverspur Ballistico dan Bucktan El Diablo sedang memarkir mobil itu. Paul Gray “Pak!! Itu kan mobilnya Silverspur Ballistico dan Bucktan El Diablo, mereka sedang di dalam rumahnya Matthew.” Pak polisi “Baiklah, kita sergap mereka, kau ambil pistol ini dan lewat belakang rumahnya, dan saya akn lewat depan rumahnya.” Saat si Paul Gray masuk lewat belakang dan pak polisi itu sudah masuk lewat depan, langsung saja si Paul Gray menarik peletuknya ke arah kepala Bucktan El Diablo dan pak polisi itu menarik peletuknya juga ke bagian jantungnya Silverspur Ballistico sebelum Matthew Charles Sanders terbunuh. Matthew Charles Sanders “Terimakasih Gray telah menyelamatkan nyawwa ku.” Paul Gray “Iya, sama-sama sobat, dan juga kau harus berterima kasih dengan polisi ini.” Matthew Charles Sanders “Pak, makasih ya pak, telah menolong saya, mengapa di baju bapak tidak ada namanya pak?” Paul Gray “Iya pak, saya sampai sekarang tidak mengetahui nama bapak, nama bapak siapa sih?” Pak polisi “Nama saya adalah Feisal Irfansyah, salam kenalan dengan kalian berdua.” ----

Tidak ada komentar:

Posting Komentar