Kamis, 16 Februari 2012

Cerita Rio by Retno Adityarini Kusumoputri

Rio adalah seorang pemulung yatim piatu. Ia tinggal tidak tinggal seorang diri ia tinggal bersama dua kakak kembarnya,Fani dan Adi. Mereka sudah ditinggal oleh orang tuanya saat umur mereka masih 12 dan 15. Mereka merasakan kepedihan yang amat mendalam karena orangtua mereka meninggal demi mereka. Sekarang mereka hanya tinggal di gubuk kecil yang kotor, seprti tidak ada kehidupan. Sudah dua tahun mereka menjalani hidup tanpa kasih saying orang tua. Mereka tidak bisa melanjutkan sekolahnya karena orangtuanya meninggal,dan tidak punya cukup biaya. Kesehariannya hanya memulung bersama teman-temannya dan kakak kembarnya. Hasil memulung itu tidak cukup banyak,hasil memulung itu hanya mencakupi kebutuhan sehari-hari untuk makan. Setiap hari rio lebih biasa memulung bersama ketiga sahabatnya Didi,Nana dan Bobi. Jika masih ada waktu, Rio akan melakukan kerja sambilan sebagai pengantar Koran. Uangnya untuk ditabung. Karena pasti nantinya akan di butuhkan atau ia ingin membeli sesuatu yang ia inginkan. Setiap memulung, mereka pasti mendatangi rumah gadis berumur 15 tahun, berambut cepak, tinggi, kurus, suka memegang gitar dan bernama Tia. Tia adalah sahabat mereka. Tia bukanlah orang yang sombong, bahkan ia tidak malu untuk bersahabat denganpemulung. Rio sangat tertarik dengan permainan gitarnya, maka setiap pergi ke rumah Tia, rio pasti minta diajarkan. Hal ini membuat Nana cemburu dalam hati. Di malam yang sangat dingin,apalagi Rio hanya bertiga dengan Fani dan Adi sangat terasa sepi. Mereka makan dengan beras miskin pemberian pemerintah dengan dua porsi sate ayam. Pada hari itu penghasilan merekja cukup lumayan untuk makan enak seperti ini. Di tengah kesunyian saat makan malam, Fani batuk batuk dan sangat terlihat pucat. Rio pun sadar kakaknya terlihat pucat. “Kenapa wajah kakak pucat? Kakak tidak apa apa kan?” Tanya Rio khawatir. Dan Feni pun hanya menjawab “Aku ridak apa apa, sudahlah jangan dipikirkan”. Sebenarnya Rio dan Adi sangat khawatir,tapi jika mereka menanyakan terus Fani pasti akan Marah. Keesokkan harinya, Rio memulung dengan Nana. Didi dan Bobi ingin coba kelain tempat,jadi Rio hanya memulung di temani Nana. Seperti biasa, mereka memulung di sekitar taman kota. Dan Nana memulai perbincangan. “Hm, jadi bagaimana latihan mu dengan Tia?” Tanya Nana dengan tiba-tiba. “Ya? Berjalan lancar kok, dia mengajarkan ku dengan baik hati” . Jawab Rio dengan semangatnya. Hal ini tentu sangat membuat hati Nana sakit hati. Mereka sudah saling kenal saat mereka masih berumur sembilan tahun. Bagaimana Nana tidak sakit hati yang dulu Rio sangat sering menghabiskan waktu dengan tiga sahabat lamanya, sekarang Rio lebih banyak menghabiskan waktu dengan Tia. Nana memasang wajah murung, seperti antara kesal dan sedih. Rio sadar akan hal itu. Dan Rio agak khawatir dan bertanya “Nana, ada apa? Mengapa wajah mu murung seperti itu?”. Nana pun tidak menjawab apa apa,ia seperti menjauh dari Rio. “Nana! Ada apa?! Apakah ini semua salahku kamu terlihat murung?” Tanya Rio sekali lagi dengan nada sangat khawatir. Tanpa sadar Nana sudah meneteskan air mata. Rio sangat bingung apa yang terjadi dengan sahabat lamanya ini. Nana pun langsung pergi dan berkata “Aku duluan Rio!!” sambil berlari dan menghapus air matanya. Lalu,seperti biasa Rio pergi ke tempat Tia,dan melihat bahwa Didi dan Bobi sudah sampai disana lebih cepat. Setelah beberapa menit latihan gitar, rio memulai perbincangan. “Teman-teman, ada apa sebenarnya dengan Nana?”. “Memangnya apa yang terjadi,sehingga membuat kamu bertanya seperti itu? Tanya Tia heran. “Tadi saat memulung, dia memulai perbincangan dengan menanyakan latihan gitar ku, dan aku menjawab dengan semangat. Sampai beberapa menit aku melihat dia dengan wajah murung,aku khawatir,aku terus bertanya,dan dia meneteskan air mata dan pergi.” Jawab Rio. Didi dan Bobi menengok ke sesama,dan mereka memasang wajah tau kenapa Nana seperti itu. Rio akhirnya pulang dengan kabar tidak baik. Saat ia membuka pintu..Adi berteriak “Rio cepat bantu gotong Fani ke puskesmas! Fani muntah berdarah,lalu lemas dan pingsan!!”. Rio sangat kaget dan akhirnya ikut menggotong Fani. Setelah menunggu sekitar 30 menit,akhirnya dokter mengatakan bahwa Fani mengidap sakit ginjal. Mereka sangat kebingungan. Apalagi Rio yang hari ini sepertinya banyak pikiran karena Nana yang menangis di depannya dan meninggalkannya,ditambah kakaknya yang jatuh sakit. Rio dalam hati suda sangat kesal,pasti ia akan mengeluarkan tabungannya untuk membiayayi puskesmas,apalagi uang itu sebenarnya untuk membeli gitar. Keesokan harinya Rio bergegas pergi ke rumah Tia unuk latihan gitar. “Rio,aku ada berita baik. Jadi,ada acara lomba gitaris pemenangnya akan mendapatkan hadiah uang yang cukup banyak. Aku rasa permainan gitar mu sudah cukup bagus,saat audisi,kau boleh meminjam gitarku”. Kata Tia sambil memberikan brosur lomba gitaris kepada Rio. “Wah! Terimakasih, akan kuusahakan ya. Uangnya nanti pasti akan berguna untuk Kak Fani!” Jawab Rio dengan senang. “Kalau begitu,jika ingin menang, sebaiknya datanglah kerumah ku setiap hari dan kita latihan”. Katya Tia menyarankan. “Oke! Baiklah!”. Sampai Akhirnya Rio pun setiap hari datang ke rumah Tia sepulang memulung. Didi,Bobi dan tentunya Nana sangat tidak suka kepada sikap Rio yang sekarang seperti melupakan mereka. Tetapi saat Rio sedang menuju rumah Tia.. “Didi! Bobi! Nana!! Hey kalian!”.Sapa Rio melihat mereka. Ketiganya pun menengok dan tidak berkata apa apa dan pergi meninggalkan Rio. “Hey tunggu!! Ada apa ini?!” Teriak Rio sambil berlali kearah mereka. “Kalau tidak membutuhkan kami lebih baik kau pergi saja” Kata Didi sinis. “Jika tidak ingin berteman dengan kami lagi..” Kata Bobi yang belum sempat menyelesaikan kalimatnya. “Dan tidak punya waktu sedikit pun untuk kami,lebih baik kamu melupakan apa yang sudah kita semua lakukan selama ini.” Sahut Nana menyambung kalimat Bobi. Akhirnya mereka bertiga pergi meninggalkan Rio. Rio hanya bisa terdiam,kaget, dia merasakan pikiran yang amat kacau. Padahal,ia hanya ingin berlatih agar memenangkan lomba,untuk membantu membiayai kak Fani,tetapi malah terjadi seperti ini,ia sadar ia sampai melupakan sahabat sahabat lamanya. Akhirnya waktu lomba pun tiba . Banyak orang orang disana. Sepertinya akan banyak gitaris gitaris muda yang handal. Disana Rio haya ditemani Tia, sangat terasa sepi tanpa ketiga sahabatnya. Rio sadar betapa pentingnya sahabat sahabatnya itu. Setelah Beberapa jam Lomba berlangsung,akhirnya pengumuman pun tiba. “Ya! Juara tiga adalah…” Rio dan Tia masih berdoa. “Selamat kepada Zakky! Anda mendapat peringkat ketiga”. Teriak pembawa acara mengumukan. “Dan juara kedua adalah….. Rio!!” Rio dan Tia langsung mengangkat muka kaget, Rio sangat senang tetapi cukup kecewa karena tidak bisa mendapatkan posisi pertama. Tapi Ia lega untuk bisa menang. “Terimakasih Tia telah mengajarkan ku,aku sangat berterimakasih..uang ini pasti akan cukup untuk biaya pengobatan Kak Fani!” Kata Rio berterimakasih. “Iya! Sama sama! Kamulah yang berjuang jadi kamu pantas mendapatkan ini!, oh ya cepat sana pergi dan beritahu sahabat-sahabat mu! Mereka pasti bangga!” Kata Tia. Rio tanpa berpikir panjang,ia langsung lari ke puskesmas dan menemukan teman-temannya sedang menjenguk kakaknya. “Teman-Teman! Tunggu! Aku ada Kabar baik” teriak Rio dari kejauhan. “Apa? Apakah kau mulai senang berada disana setiap hari?” Tanya Nana dengan nada sinis. “Tunggu! Dengarkan aku dulu!” Kata Rio sambil memeluk ketiga tangan teman-temannya. “Selama ini aku kesana untuk berlatih,aku ikut lomba gitaris. Tia menawarkan ku unutuk ikut loba,dan kupikir akan kulakukan karena jika menang,hadiahnya adalah uang yang cukup banyak. Setiap hari aku berlatih dengan keras,dan ini!! Aku memenangkan lombanya!” Kata Rio sambil menunjukkan amplop yang berisi uang. “Wah! Kami minta maaf Rio! Selama ini kami kira..” Kata mereka bertiga belum sempat menyelesaikan kalimat,Rio sudah langsung menyambung kalimatnya “Tidak,akulah yang harus meminta maaf. Selama ini aku tidak bisa membagi waktu dengan kalian,eku egois. Dan Nana,maafkan aku ya.” Akhirnya Mereka berpelukan dengan erat. Terutama Nana mendapat pelukan tambahan dari Rio. Setelah berpelukan sahabat yang cukup lama. Adi datang dengan tergesah kearah Rio dan berteriak “Rio! Cepat kesini! Kak Fani kritis!!”. Dengan cepat Rio langsung bergegas dan berlari. “Kak Fani jangan tinggalkan kita!! Kak Fani!!” Teriak Rio sambil menangis. “Kak Fani!! Kak Fani!!” Adi dan Rio Tidak bisa menahan rasa sedih,menyesal, semua yang mereka rasakan adalah kepedihan melihat seseorang yang merawat mereka selama ini berbaring di tempat tidur rumah sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar