Rabu, 21 Oktober 2009

Karma... by Jesi Ayu Puspita Ningrum

Dari kelas 7 aku mempunyai 3 orang sahabat yang sangat baik yaitu Ririn, Annita ,dan Faiz. Kemana-mana kita selalu bersama-sama,pulang ke rumah pun selalu bersama-sama. Dan kalau ada masalah kita selalu menyelesaikanya bersama dan secara baik-baik.

Sewaktu aku naik ke kelas 8 kita semua tidak sekelas lagi, aku dikelas 8.1 ,faiz dikelas 8.4 ,ririn dan anita dikelas 8.3. Waktu itu hubungan kita masih sangat baik sekali. Lama kelamaan mereka menjauh dari aku. Aku pun sangat bingung mengapa mereka seperti itu kepada aku. Dan mereka pun tidak mau lagi pulang bareng denganku. Karena masalah yang tidak jelas itu, aku berteman dengan teman-teman kelasku saja. Setiap aku bertemu mereka di sekolah tampang mereka itu sangat jutek sekali dan sombong kepadaku.

Aku sempat merenung, punya salah apa yah aku ,sama mereka ?. Sampai-sampai mereka tiba-tiba berubah dan menjauhi aku . Dan aku pun sangat bingung sekali saat itu.

Sewaktu bel istirahat berbunyi, aku bertemu dengan ririn dan annita, “ Lo …semua tuh kenapa sih jadi berubah banget ma gw…?“.tanyaku.
“oh …ya … !, mereka serentak menjawab.
“ga ..ah biasa aja …perasaan lo aja kali,“sembari tertawa.
“ga mungkin banget tau ga kalo lo semua tuh ga ada apa-apaan” kataku.
Mereka menjawab.” eh,lo sotoi banget sih kaya dukun dah tau ga ada apa-apaan malah ga percaya ma kita.”
“tapii emang bener kan ..?, lo tolong jujur donk ma gw.”
Please …“
“piker aja sendiri ,punya otakkan?
“taaaapp … , halah ga usah banyak mulut lo.“
Sebelum aku menyelesaikan pembicaraan mereka memotong pembicaraan aku itu . Dan mereka langsung pergi meninggalkan aku.
Di pertengahan semester tiba-tiba hubungan aku dengan sahabatku itu mulai membaik.
Dan aku pun pulang bareng lagi dengan mereka seperti dulu .
Saat pulang dari sekolah ,”Rin … , aku memanggilnya kenapah jes ..?, jawab ririn.
“mmm …gw mau main kerumah lo yah? boleh kan?
dah lama ga ke rumah lo nih ..?
Ternyata annita mendengar pembicaraan aku dan ririn.
“ ehhh …ehh .. sombong banget ga ngajak-ngajak tuan putri," kata annita.
Aku dan ririn pun tertawa terbahak-bahak karena mendengar omongannya tadi. Kita pun sepakat untuk bermain kerumah ririn. Tetapi faiz tidak ikut, alasannya sudah sore.
Saat diperjalan kerumah ririn ,ririn dan annita bercerita mengapa mereka tiba-tiba menjauhi aku.

“kata faiz ..” udah ngapain sih… kita temenan ma jesi lagi,” dia kan udah punya temen baru dan dia juga udah punya cowok kan ! “jadi ngapain kita deket ma dia lagi.“
cerita annita.
“Padahal, gw ma ririn masih mau nungguin lo untuk pulang bareng jes .. “, sembari bicara dengan ku.
tapi kata faiz “yaelah …penting yah nungguin dia ?, dah tinggalin aja..!”
Gw ma ririn ,ikut aja deh apa kata dia , cerita annita.

Setelah tau ternyata faiz seperti itu, aku sangat kaget sekali . Aku ga nyangka aja bisa sejahat itu sama aku. Padahal aku sering menolong dan membantu dia setiap ada masalah dengan keluarga ataupun dengan cowoknya.! “ maafin …kita yah jes ,please !,
“Waktu itu, mungkin kita ga sadar dan ga tau siapa yang bener-bener sahabat ..”
“ maafin kita, yah …yah … “ kata mereka sambil memohon .
“ iyahh … tenang aja gw dah maafin kalian dari kapan tau kali," kataku sembari tertawa.

Semenjak kejadian dan masalah itu, aku, ririn, dan annita pun putus hubungan dengan faiz sampai terakhir kelas 8.
Sempat kita berkomunikasi, tapi itu hanya sekedar mengobrol biasa saja , dan itu pun sangat singkat sekali.

Aku, ririn, dan annita pun sadar bahwa sahabat itu adalah seseorang yang bisa mengetahui saat kita merasa kesepian, kesusahan ,bahkan membutuhkan seseorang sebagai tempat curahan hati kita.

Dan seorang sahabat rela melakukan apa saja asalkan sahabatnya itu bisa senang dan bahagia.

Dan yang terpenting seorang sahabat itu tidak memandang/menilai seseorang dari sifat luarnya saja, tetapi seorang sahabat menilai seseorang itu setelah tau bagaimana sifat sebenarnya orang tersebut ***

Piano Kematian by Nur Amany Burhan

Kuberjalan menuju tempat yang paling kusukai didunia,sekaligus tempat yang pernah menjadi TKP kasus pembunuhan,tempat les piano. Ya… tempat les piano tempat aku belajar piano memang pernah terjadi kasus pembunuhan.

Pembunuhan itu berawal pada tahun 2007. Korban pembunuhan itu adalah guru les ku yang bernama Andi Moreno,beliau ditemukan sudah tidak bernyawa di ruangannya .Saat itu beliau sedang memainkan lagu yang setiap pagi hari beliau mainkan yaitu piano kematian,lagu itu beliau ciptakan sendiri,lagu yang betul-betul sangat indah, walaupun judulnya sendiri menyeramkan.

Kak Andi begitulah aku memanggilnya, beliau masih muda,baik,tampan pula,tetapi sayang beliau mati muda. Setahun sudah ku melewati TKP pembunuhan itu. Aku sering menyebut ruangan itu “Ruang piano kematian”, bisa dipikirkan sendiri aku menyebutnya begitu.

Sewaktu aku mengetahui siapa yang membunuh kak Andi, aku betul-betul terkejut begitu pun semua orang yang mengetahuinya, betapa benar-benar tidak diduga dan disangka,yang membunuh kak Andi adalah kekasihnya sendiri,yang bernama Serenia Merani atau biasa kupanggil kak Nia.

Kak Nia menjelaskan kepada polisi mengapa dia membunuh kekasihnya itu. Setelah ku dengar-dengar dari bu Riska ibu dari tersangka ,benar-benar tragis alasan yang dibuatnya.Sebenarnya sebelum kak Nia menjadi kekasih korban,dia mempunyai kekasih bernama Toni, dia adalah mantan guru ditempat les ini, sebelum dia meninggal karena bunuh diri.
Pada saat itu kak Toni akan mengikuti perlombaan pemain piano seluruh Indonesia. Saat hari pertandingan dia tak sengaja meninggalkan catatan notasi lagu, yang akan dimainkannya diruangan lesnya, karena begitu terburu-buru dia pun tertabrak mobil hingga mengakibatkan jarinya patah, karena hal itu dia pun tidak bisa mengikuti perlombaan itu.

Setelah hal itu terjadi, dia begitu putus asa karenanya,lalu dia pun memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dehgan bunuh diri. Sang kekasih betul-betul terkejut akan hal yang dilakukannya itu. Saat kak Nia sedang dirundung duka, akibat kepergian kekasihnya itu, kak Andi pun datang menghibur sehingga hati kak Nia pun luluh dibuatnya.

Perasaan cinta yang selama ini kak Nia tunjukkan kepada kak Andi. Berubah begitu saja, saat dia mengetahui bahwa yang menyembunyikan catatan notasi yang dibutuhkan kak Toni untuk pertandingan, adalah kak Andi sendiri. Kak Nia mendengar pernyataan itu dari mulut nya.

Kak Nia mendengar pernyataan tersebut, ketika kak Andi berbicara sambil menangis kepada bu Rina,pemilik tempat les piano ini. Beliau sangat menyesalkan perbuatannya itu. Saat itu beliau memang iri dengan keberhasilan kak Toni. Beliau menganggap bahwa dia adalah orang yang paling beruntung didunia,selain berhasil dalam pekerjaan sebagai pianis,dia juga telah berhasil merebut hati orang yang paling dicintainya. Setelah mendengar hal itu, tersirat dalam pikiran kak Nia untuk membalaskan dendam kekasih lamanya, dengan cara membunuh. Betapa sadis caranya membunuh sang korban, dia menancapkan pisau ke punggungnya, saat beliau sedang bermain piano.

Karena pembunuhan itu pun dia dihukum penjara selama beberapa tahun lamanya. Sungguh tragis kisah ketiga orang tersebut, dan mungkin ini adalah kisah yang tidak akan kulupakan seumur hidupku.

Kode Misterius by Pradivo Luigi Akbar

Sore itu Eiji, Yondaime, dan Kaito pergi ke rumah Sena. Mereka bertiga ingin bertanding game bola, yaitu Winning Eleven disana, Orang tua mereka pun mengijinkan karena mereka berempat satu komplek dan juga hari ini adalah hari Jumat. Mereka bertiga pergi ke rumah Sena dengan sepeda masing-masing.

Sesampainya di sana, Eiji pun mengetuk pintu sambil mengucapkan salam. Sena pun langsung datang dan membuka pintu sambil membalas salam dari Eiji. Setelah mereka masuk, Sena menyuruh pembantunya untuk mengambil minum dan cemilan untuk mereka berempat.

“Bi, tolong ambilkan minum untuk empat orang, sekalian cemilannya ya. Antarkan ke ruang bermain.”

“Iya, Mas, nanti Bibi ambilkan.” jawab bibi.

“Makasih, ya, Bi.” kata Sena.

“Bapak ibumu mana, Sen?” tanya Kaito.

“Lagi di Singapura. Katanya ada urusan pekerjaan.” jawab Sena.

Setelah itu, mereka berempat pun langsung menuju ke ruang bermain, tempat mereka bermain.

“Jadi gak mau ngadu W.E.?” tanya Sena.

“Jadi dong.” jawab mereka bertiga.

“Kalau gitu coba kalahin tim ku, Deimon Devil Bats.” kata Sena.

“Ah, mainnya pake tim bikinan sendiri. Gak seru. Pasti semuanya pemainnya punya tekhnik 99.” kata Yondaime tidak setuju.

“Gak semua sih, tapi kalau rata-rata sih tekhniknya sekitar 96-97.” kata Sena.

“96-97? Samjuhong, sama juga bohong.” kata Kaito.

“Udah, gak apa-apa. Mau 99 kek, mau bikinan kek, yang penting itu skill player-nya. Kalau timnya jago terus tekhniknya 99 tapi gak bisa main kan sama aja bohong.” kata Eiji yang dari tadi hanya diam saja.

“Betul itu.” kata Sena.

Akhirnya, mereka berempat pun bermain. Pertandingan mereka dibagi jadi 2 babak. Babak 1 Sena lawan Kaito. Babak 2 Eiji lawan Yondaime. Yang kalah di babak 1 dan 2 tanding lagi untuk dapat juara 3.

“Eh udah jam 4, nih, Sholat Asar dulu yuk.” ajak Eiji pada teman-temannya ketika PS baru dinyalakan.

“Ayo, sholat sini aja ya.” kata Sena.

Setelah mereka selesai sholat, mereka pun kembali bermain. Ternyata Kaito kalah dari Sena dengan skor 5-0. Dan Eiji menang melawan Yondaime 3-1.

“Akhirnya aku bisa balas dendam sama timmu, Internazionale Milan.” kata Sena.

“Ayo Eiji, kalahin Deimon.” kata Yondaime dan Kaito.

“Oke.” jawab Eiji dengan mantap.

Eiji pun melawan Sena. Pertandingan berjalan imbang. Skornya pun imbang 4-4. Akhirnya karena imbang mereka bermain sampai perpanjangan waktu. Akhirnya pada menit-menit terakhir, Inter berhasil mencetak gol. Ibrahimovic lah pahlawannya. Tendangan yang mantap dari Ibrahimovic gagal ditahan kiper Deimon. Pertandingan pun berakhir dengan skor 5-4. Tetapi saat mereka bermain tadi Kaito sedang menulis sesuatu, tetapi tidak ada yang memperhatikan.

Setelah 1 jam bermain, mereka pun pamit pulang. Tetapi saat mereka berada di ruang tamu terdengar teriakan bibi dari dalam rumah.

“Mas, mas, kapal-kapalan dari Venesia yang dibelikan Bapak hilang! Padahal tadi masih ada di ruang keluarga.” kata bibi dengan cemas.

“Hilang! Kok bisa? tanya Sena cemas.

“Saya juga tidak tahu, Mas. Yang ada malah surat ini.” jawab bibi.

Mereka pun langsung melihatnya dengan seksama. Surat itu berisi angka-angka yang aneh, yaitu: 147ж252486123580.

“Waduh, gimana nih?” tanya Sena.

“Udah, ini di-photocopy-in aja biar semua bisa mikir terus coba pecahin dulu sendiri di rumah. Besok kumpul di rumah Sena jam 10 pagi.” kata Eiji.

Mereka pun akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Di rumah, Eiji berpikir keras untuk memecahkan kodenya. Tidak hanya Eiji. Sena, Yondaime dan Kaito pun berpikir sangat keras. Eiji pun menyerah, jadi dia menelpon Light, teman mereka berempat yang sangat pintar dan mengaku dirinya detektif.

Keesokan harinya, mereka berkumpul di depan rumah Sena.

“Gimana, udah ada yang bisa mecahin?” tanya Sena.

“Belum.” kata Yondaime.
“Aku juga belum.” kata Kaito.
“Aku juga, blank. Tapi aku udah minta tolong Light.” kata Eiji.
“Light?” tanya yang lain.
“Iya, dia kan kayak detektif. Jadi dia mungkin bisa mecahin ini.” kata Eiji.
“Hei semuanya.” kata Light menyapa semuanya.
“Akhirnya datang juga.” kata Eiji.
“Mana kodenya?” tanya Light.
“Nih.” kata Eiji sambil memberikan photocopy kodenya.
“Ya udah masuk dulu, yuk. Kan lebih enak mikir di dalam.” kata Sena.

Setelah mereka masuk, mereka pun berpikir di kamar Sena yang luas. Setelah 10 menit Light pun berkata.

“Ini sih gampang. Kemarin waktu kejadian ada siapa aja di rumahmu, Sena?” kata Light.

“Jadi kamu udah tahu?” tanya Kaito.

“Udah, tapi arti kodenya aja. Belum tahu siapa pelakunya.” kata Light.
“Selain kita berempat ada 2 pembantu, Ryuzaki sama Near; pengurus kebun, Natsuki; supir, Itachi; 2 satpam; sama saudaraku dari Jepang, Shinichi. Emang apa arti kodenya?” kata Sena.
“Saudara? Kok waktu itu gak kelihatan?” tanya Yondaime.
“Dia lebih senang baca sendirian di kamar.” jawab Sena.
“Oooh, jadi gitu. 147ж252486123580 itu dari angka-angka di telepon.  itu sebagai pemisah antara kata yang satu dengan kata yang lain. Coba aja sambungin angka-angkanya.” kata Light.
“Telepon?” tanya Sena dan Kaito.
“Sambungin?” tanya Yondaime.
“Aku juga sempet mikir kalau itu dari telepon. Cuman gak pede, takut salah. Jadinya P, O, dan T, kan?” kata Eiji.
“Iya jadinya POT. Mungkin pot bunga yang ada di rumahmu kali, Sen. Eiji, kalo jadi detektif gak boleh gak pede. Harus berani.” kata Light.
“Terus kamu udah tahu belum siapa kira-kira pelakunya?” tanya Eiji.
“Belum, tapi yang pasti ada diantara kita bersembilan. Aku gak dihitung.”

Akhirnya mereka pun berpencar untuk mencari pot yang dimaksud. Setelah lama mencari, akhirnya mereka menemukan pot yang disekitarnya terdapat kode, yaitu:
3-5-16-1-20..11-5..11-1-13-1-18-11-21. 19-8-9-14.
TITIK ADALAH TITIK. TITIK-TITIK ADALAH SPASI. CEPAT DATANG, KALAU TIDAK KAPALMU TERANCAM!!!!
“Waduh, kode lagi, nih.” kata Kaito.
“Ini sih gak begitu sulit kata Light. Ganti aja angkanya sama huruf, misalnya 1 itu A, 2 itu B, dan seterusnya.” kata Light.
“Jadinya apa dong?” kata Sena.
“Jadinya CEPAT KE KAMARKU. SHIN.” kata Light setengah berbisik.
“Shin? Masa pelakunya saudaraku?” tanya Sena.

“Bisa iya bisa nggak. Soalnya gak mungkin kan pencuri ngasih kode.” kata Eiji.

“Ya udah ayo kita ke sana.” kata Yondaime.

Mereka pun segera menuju kamar Shinichi. Lalu Sena pun bertanya padanya.

“Betul kamu yang nyuri?” kata Sena.

“Ya nggaklah. Justru aku ngasih kode supaya kalian bisa ke sini diam-diam. Pelakunya tuh Ryuzaki dan Near. Kemarin aku lihat mereka ngambil pas kalian lagi main PS, gak ngajak-ngajak lagi. Kebetulan waktu itu aku abis dari kamar mandi. Terus karena ketahuan aku di bius, terus di bawa ke kamarku. Udah gitu pas aku bangun kamarnya di kunci, tapi udah disediakan makanan dan minuman. Baru tadi pagi dibuka pas aku minta tolong sama Natsuki. Pokoknya sekarang kita kasih tahu dulu Natsuki sama Itachi terus kita tangkap 2 pencuri itu.” kata Shinichi.

“Oke.” kata mereka berlima kompak.

Mereka berenam pun segera ke kamar kedua pembantu itu. Tetapi, kamar mereka sudah kosong, sudah tidak ada apa-apa lagi. Sepertinya mereka sudah pergi. Ada sepucuk surat di atas meja yang bertuliskan:
“Mas, maaf saya dan adik saya sengaja mencuri kapal tersebut. Tetapi saya terpaksa karena saya harus melunasi hutang-hutang kami di desa. Ibu kami juga sedang sakit. Makanya setelah saya mencuri ini, saya dan adik saya akan langsung keluar dari tempat Mas Sena dan kembali ke kampung.”

“Waduh, dibawa ke kampungnya lagi.” kata Sena.

“Kita coba kejar aja karena kayaknya mereka baru pergi.” kata Shinichi.

“Tahu dari mana?” tanya Kaito.

“Tuh, mereka baru selesai manjat. Mau keluar lewat belakang kayaknya.” kata Shinichi.

“Ya udah, biar aku, Yondaime, Kaito, sama Eiji yang ngejar. Kalau Shinichi ngasih tahu satpam, penjaga kebun, sama supir. Kalau Sena telpon bapak sama ibumu, kasih tahu kalau kapalnya udah ketemu, terus udah ketahuan siapa yang nyuri.” kata Light.

Setelah itu, mereka pun melaksanakan tugasnya masing-masing. Sena menelpon orang tuanya, sedangkan yang lain mengejar Ryuzaki dan Near. Setelah mereka berdua ditangkap, mereka pun di bawa ke rumah Sena.

“Apa kata orang tuamu?” tanya Light pada Sena.

“Ntar sore, bapak ibuku datang, jadi mereka berdua harus nunggu di sini, tapi harus diawasin satpam. Thanks ya udah bantuin, sekarang kalian udah boleh pulang.” kata Sena.

“Sama-sama. Salam ya buat orang tuamu. Assalammualaikum” kata Eiji, Kaito, Yondaime, dan Light.

Keesokan harinya mereka berempat bertanya nasib kedua pembantu itu pada Sena.

“Gimana akhirnya?” tanya Eiji.

“Dilepasin sama orang tuaku. Mereka juga dipinjamkan uang untuk membayar hutang dan biaya rumah sakit. Tapi gaji mereka dipotong. Padahal awalnya bapakku marah-marah sampai katanya mau di masukin ke penjara, tapi kata ibuku gak usah, kasihan kalau sampai dipenjara.” kata Sena.

“Ooohh, gitu toh.” kata mereka berempat.
Bel masuk pun berbunyi, sehingga mereka pun memasuki ruang kelas untuk belajar.

Menyesal by Rizsa Budiarti

“Happy brithday to you... yey tiup donk lilinnya.”Seruan kompak terucap dari teman-teman Kenny. Kenny memang sedang berulang tahun hari ini. Dan temannya sengaja memberikannya sedikit kejutan untuk ulang tahun Kenny yang ke 17. mereka memilih tempat di sebuah kafe di Jakarta yang kebetulan adalah tempat mereka biasa nongkrong bareng. Pelayan kafe disitupun sudah mengenal dekat mereka,saking seringnya mereka semua kesitu.”Huff....”Kenny meniup meniup lilinnya. Semua yang berada di kafe tersebut bertepuk tangan,tanpa terkecuali para pelayan dan para pengunjung lainnya. Mereka seakan memberikan selamat kepada Kenny. Walaupun tidak secara lisan,tapi Kenny begitu bahagia. Senyumnya mengembang sampai terlihat kedua lesung pipitny. Matanya berkaca-kaca,sehingga mengeluarkan air mata bahagia. Teman-temannya pun ikut menangis karena terharu. Mereka semua mengerti bagaimana perasaan Kenny.”Lo sabar ya Ken. Gw yakin kok lo bisa ngejalanin semuanya,tanpa beban,sama seperti hari-hari lo biasanya.” Aldo selalu bisa sedikit menenangkan Kenny,meski Aldo tau bagaimana barat beban yang harus Kenny pikul. Aldo pun selalu melakukan berbagai cara untuk menghibur Kenny,walau terkadang hasilnya nihil. Tapi kali ini Aldo begitu bahagia karena bisa melihat sahabatnya dari kecil itu bisa tersenyum. Kejutan ulang tahun pun Aldo yang membuatnya dan Aldo sengaja mengundang semua teman-teman sekolahnya agar lebih meriah.

”Kok diem aja sih?kamu sakit?atau cape?mau pulang?terdengar suara lembut di telinga Kenny yang sepertinya semakin jelas dan mendekat untuk menghampirinya. Suara itu adalah milik Aldo,Aldo duduk disamping Kenny yang sedang memandangi langit tanpa mempedulikan Aldo yang berada di sebelahnya.”Manusia emang nggak sempurna,masing-masing mereka mempunyai kekurangan dan kelebihan,termasuk kamu. Kita selalu bahagia kalau mendapatkan sesuatu yang kita inginkan,tapi kita juga harus berbesar hati dan ikhlas kalau kita nggak bisa mendapatkannya. Termasuk juga kalau kamu menyayangi dan mencintai seseorang,kamu bukan harus seneng aja,tapi yang terpenting kamu harus siap juga untuk kehilangan dia. Dengan kesiapan kamu itu,kamu jadi lebih kuat dan nggak terlalu sakit saat kamu terjatuh untuk kehilangan dia,baik sementara ataupun selamanya. Kemu ngerti kan maksud aku?”setelah Aldo selesai berbicara,tiba-tiba Kenny memeluk Aldo,dan terdengar ucapan pelan”Makasih yaa”dari bibir Kenny untuk Aldo.
***
Kenny termenung dikamarnya,Kenny bersikeras agar bisa melupakan Rhama. Pikirannya seperti berperang,sehingga membuatnya pusing dan merasa sangat lelah dengan semua itu. Kenny terus memandangi foto Rhama,baginya Rhama adalah orang yang paling bisa mengerti dia. Rhama selalu bisa membuat Kenny tertawa saat bertengkat dengan Aldo,membuatnya selalu merasa nyaman,tenang,senang,dan terjaga. Pengorbanan Rhama pun sangat besar untuk mendapatkan Kenny,dan itulah yang membuatnya percaya kalau Rhama benar-benar menyayanginya. Rhama bersikap sangat sopan,dia sangat menghargai dan menghormati Kenny. Rhama tidah menuntut apapun dari Kenny,ia menerima Kenhy apa adanya. Rhama tidak pernah mempermainkan Kenny,walaupun usianya diatas Kenny. Semua itu kini hilang dalam kehidupan Kenny untuk selama-selamanya. Kenyataan yang harus Kenny terima saat dia baru mengetahui penyakit Rhama setelah Rhama terbaring di rumah sakit dalam keadaan kritis.”Rhama mengidap penyakit kanker otak”itulah yang dilontarkan ibunya Rhama kepada Kenny,yang sampai sekarang selalu diingatnya. Hari dimana Kenny mengetahui mengetahui bahwa Rhama sakit paranh,disitu juga hari terakhir Kenny bertemu Rhama tanpa berkata sepatah kata pun. Yang Kenny liat hanya seseorang yang dia sayangi terbujur kaku dan tak berdaya untuk melakukan apapun. Rhama pun pergi untuk selamanya dengan memegang erat tangan Kenny. Kenny hanya bisa diam dengan hatinya yang menagis. Saat itupun Aldo lah yang memeluk Kenny.

Jika banyak tangis yang kudengar. Hati akan menjadi lembut. Jika semua orang melakukan apa yang merekla pikirkan. Hati jadi puas. Ku takut malam yang tak pernah berakhir. Lalu ku berdoa pada bintang nun jauh disana. Dalam waktu yang takkan pernah berakhir. Ku mencari sebuah cinta. Karna ku ingin menjadi kuat. Ku cari jauh langit yang biru. Berdua kita tersenyum,bertemu disini. Hati menyatu oleh mimpi yang indah. Tak ada kesedihan yang datang. Hati penuh bahagia,tak terhingga. Suatu hari kita kan bersatu. Memberi kedamaian di hati.
Untukmu Kenny*Rhama*

***

”Nih minum buat lo. Haus kan abis main basket?”Kenny menyodorkan sekaleng minuman untuk Aldo.
”Thanks yaa.....lo bener-bener sahabat gw yabg paliiiiiing baik.”Aldo mencubit pipi Kenny hingga merah. Saat ini Kenny udah mulai tegar dalam menghadapi masalahnya. Dia sudah mulai ceria menyapa teman-temannya di sekolah,dan itu membuat semua yang ada disekolah,menemukan kembali keceriaan Kenny. Ini sebuah juga berkat Aldo yangselalu mendukung dan menghibur Kenny.
”Al gw punya berita baru lo?”wajah Kenny terlihat menggoda,agar Aldo tertarik untuk mendengar beritanya.
”Apaan?”
”Dikelas kita bakalan ada murid baru.”
”Oh terus apa pentingnya gw?”
”Pentingnya buat lo?nggak terlalu sih. Tapi buat seluruh murid murid cewek disekolah ini penting banget.”jelas Kenny dengan menggebu-gebu.
”Duh segitunya lo cerita,gw tebak pasti anak barunya cowok. Ya kan?”
”Kok tau sih?nggak seru deh”
”Emang nggak.lagian kalo soal cowok pasti deh lo yang paling semangat.”
”Yaiyalah,secara katanya tuh cowok ganteng baget,coo,pindahan dari Bandung,tinggi,jago main drum sama gitar,jago nyanyi juga,jago main basket,huh pokoknya perfect abis deh.”Hello?perfect naget kan tuh cowok?
”Heh. E...belum tentu kali. Kan masih katanya,lo juga belum liat langsung.”
”Tapi gw tau dari Dinda,katanya dia ngeliat cowok itu langsung waktu daftar kesini kemaren.”
”Yah terserah lo deh!gw main lagi yaa!”
”Hah main lagi?ini kan panas banget,ntar lo jadi item,kulit lo ntar rusak,jadi kusam,ntar keringetan,baju lo jadi lepek,jadi nggak fres,buluk.......”teriak Kenny dari pinggir lapangan.
”Bodo amat....!!!!!”belum sempat Kenny meneruskan celotehnya. Aldo langsung memotong. Daripada kupingnya panas ngedengerin Kenny yang cerewet abis.

Teng...teng...bel pualng sekolah berbunyi,semua anak-anak nerhambutran tanpa terkecuali Kenny dan Aldo. Mereka menyusuri lorong kelas menuju tangga untuk turun kebawah. Mereka berdua terus bercanda dan tertawa,hingga perut mereka kesakitan ntah karena kelucuan Aldo atau kepolosan Kenny. Setelah dilantai bawah,mereka menuju mobil Kenny yang terparkit dihalaman depan sekolah.
”Ken bentar deh?”Aldo menghentikan langkah Kenny.
”Ada apa dih?”
”Itu kenapa ya rame-rame?”Aldo celingak-celinguk.”kesana yuk!”Aldo menarik tangan Kenny dengan cepat,hingga Kenny tidak bisa menolak.”
”Ngapai sih?kurang kerjaan tau!”
”Ih siapa tau aja ada informasi baru dimading.”
Yap benar saja,ternyata memang ada informasi di mading. Anak-anak terlihat begitu antusias dengan informasu tersebut.”Lomba Membuat dan Membaca Puisi”. Hah kok pada tertarik yaa?biasanya kan anak Sma mana mau ikut lomba kayak gitu. Yaa ada sih tapi sedikit,kebanyakan yang nggak serius termasuk Aldo. Yang nggak serius itu cuman mau ngincer hadiahnya doang,soalnya dapet uang+liburan ke Bali untuk pemenang ke 1 dan 2. dan dalam hal ini Kenny jadi ikut keseret.
”Lo apa-apaan sih Al?enak aja main ngedaftarin. Tanya gw dulu dong setuju apa nggak!!”
”Sorry deh gw kira lo nggak masalah. Kan lo juga perenah ikut lomba kayak gini.”
”Yaudah deh terserah lo!”Kenny berjalan menuju mobil.
”Tungguin gw dong!”
”Cepetan....”
Setelah Aldo masuk mobil,Kenny pun tancap gas dan mobil melaju dengan kencang sampai menghilang di ujung belokan.
***
Dari jendela di kelas itu Kenny mendapat udara. Hembusan angin yang kencang dan sejuk membuat Kenny bertahan di kelas matematika pak Jarwo yang super duper membosabkan. Sementara teman-teman yang lain asyik mengutak-atik soal-soal yang tertera di depan papan tulis,Kenny malah asyik menghitung tiap detik jam. Dan Derby sebagai anak baru pun kayaknya males banget buat belajar. Dia seperti menggambar sesuatu di buku tulisnya.
”Kenny ayo maju kedepan!kerjakan nomor 3!”perintah suara itu menggelegar,suara pak Jarwo.
”Mati gw.”dan teng..teng..!!!”uuuuhhh thanks god for saving me.

Bagaimana jika kau seorang diri. Dan tiba-tiba semua menjadi gelap. Bagaimana jika kau terus maju. Tak menghiraukan semua itu. Kemarilah,genggam tanganku. Bagaimana jika tak ada yang ku percayai. Dan semua terasa palsu. Bagaimana jika semuanya menghilang. Tak ada apa-apa di sekelilingmu. Dengarlah doaku...dengarlah tangisku. Walau kau kehilangan satu sayapmu. Walau kau tak bisa terbang lagi. Aku kan tetap di sisimu. Kita kan selalu bersama....selamanya.

Gemuruh tepuk tangan menggema di aula sekolah,mereka semua terkesan dengan puisi yang di bacakan Kenny. Setelah juru melakukan perundingan,akhirnya terpilih juara 1 dan 2. semua murid menyoraikan nama Kenny,dan ternyata memang Kenny lah yang menjadi juara 1. dan juara 2?

***

”Sekarang lo dah bisa senyum yaa.”suara Derby memecahkan suasana yang tadinya begitu sunyi.
”Maksud lo?gw sama sekali nggak ngerti.”
”Setelah semua yang lo hadapin. Gw salut sama lo.”
”Sorry tapi gw masih belum ngerti maksud lo.”
”Perginya Rhama.”
”Rhama kok lo tau?lo kan anak baru?”
”Pasti Aldo yang bikin lo bisa senyum lagi.”
”Oh jadi Aldo yang cerita semuanya ke lo. Tub anak comel banget sih. Gw kan udah bilang jangan pernah ngungkit lagi. Apalagi cerita ke orang lain. Cerita apa aja dia ke lo?”
”Semuanya dari mulai masa kecil lo,hobi lo,kepinteran lo,keceriaan lo,lo yang selalu kuat,dan...”Derby seperti berpikir.
”Dan apa?”
”Dan rasa sayang dia ke lo dari kecil sampe besar,yang lama kelamaan rasa sayang itu lebih dari ke seoramg sahabat. Dia cinta sama lo.”
”Nggak mungkin. Gw sama Aldo sahabatan dari kecil.”
”Karena itu dia makin sayang sama lo dan pengenselalu ngelindungin lo.”
”Kenapa Aldo cerita banyak lo?nggak mungkin Aldo cerita sampe kayak gitu ke orang yang baru dia kenal.”
”Gw nggak batu kenal sama Aldo Ken . gw sodara Aldo,dan semua itu dia cerita dari Smp ke gw. Emang ini rahasia,tapi gw rasa udah saatnya lo tau yang sebenarnya. Dia nggak berharap buat lo jadi pacarnya,dia cuman pengen selalu ada di deket lo. Nih puisi yang Aldo buat untuk lo. Waktu itu dia mau kasih langsug ke lo,tapi pada waktu yang bersamaan Rhaman nembak lo.

Aku tak dapat pergi. Di sini alam begitu indah. Jika ku datang kemari suatu saat nati. Ku kan melihat langit yang sama. Mungkin ku pikir terlalu banyak. Tentang keindahan yang kau katakan. Ku takut jalanku tak berujung. Ku takut terlambat. Selama waktu itu ku berpikir. Disini tak seburuk yang ku kira. Aku mulai menemukan alasannya.

Kenny meneteskan air mata. Dia merasa bodoh karena tau semua itu dari orang lain,bukan karena kesadarannya atau dari Aldo langsung.
”Hufff..”hati Kenny seperti terbawa oleh ombak.

Jangan Sakiti Aku by Raditya Adhi

Suasana malam itu sangat menakutkan. Perasaanku menjadi berubahsaat aku melihat sepasang kekasih yang berjalan melintas di hadapanku. Aku sadar dari lamunanku, teryata cewek yang yang berjalan bersama pacarku itu adalah cewekku. Tubuhku lemas tak berdaya, perasaanku tumbuh menjadi emosi yang tak dapatku redam lagi. Dan rasanya aku ingin teriak sekencang mungkin memanggil cewek yang sedang naik mobil itu.
‘nisa ! ! !” akjhirnya teriakanku keluar. Emosi berkurang sedikit saat aku berteriak memanggil cewek itu Nisa, cewek yang masih ada hubungan denganku tersentak kaget.
“Radif ! !”
dengan spotan aku mendatangi mobil yang ingin dinaiki Nisa dan selingkuhannya “Radif, ngpain kamu disini?”
“ngain ! ! harusnya aku yang nanya sama kamu, angpain kamu disini kamu disini sam cowok lain sambil rangkul-rangkulan ?”
“maksud kamu apa sih?”
“maksud aku ?maksud aku kesini itu udah jelas. Aku mau kita putus dan kamu silakan menjalin hubungan dengan selingkuhan kamu ini.’’
“sory bro, sabar dulu dong ! ! maksud kamu itu apa?
Sudah jelas kalo Nisa itu pacar saya ! ngapain kamu bilang kalu dia pacar kamu?”
Radif semakin marah, saat selingkuhan Nisa ikut mencampuri urusan dia dengan Nisa. Rasa marah dan geram membuatnya tak mau membahas masalahitu lagi. Dan radif mengucapkan kata terakhir untuk Nisa.
“Nis, mulai sekarang kita putus ! dan aku mohon jika kita bertemu lai please ! ! jangan sakiti aku”
kata terakhir yang diucapkan radif adalah kata perpisahan yang membuat Nisa sakit hati. Dan membuat hubungan mereka yang sudah di jalani 1tahun lebih menjadi pahit.
Tapi Radif sudah kapok dengan keakuan Nisa kali ini. Sampai-sampai Radif harus mangucapkan kata-kata itu, walau di hati kecil Radif masih ada ruang untuk diisi dengan kasih sayang oleh Nisa. Tapi radif tetap pada ke putusannya kali ini.

Sebuah Mukjizat by Dipa Bintang Alam

Ada seorang nelayan tukang mencari ikan di laut, hanya itu mata pencarian Bapak Urip, begitu panggilannya. Bapak Urip tinggal di pesisir pantai, dia tinggal bersama istri dan kedua anaknya yang masih kecil. Hidup mereka amat sangat memperhatinkan karena walaupun Bapak Urip sudah berusaha mencari pendapatan lain tapi itupun tidak memadai di bandingkan mencari ikan, karena ikan itu sebagian bisa di jual untuk membeli beras dan sebagian lagi untuk lauk mereka makan. Tapi itupun kalau Pak Urip bisa mendapat ikan yang lebih banyak tapi kadang-kadang Pak Urip hanya mendapatkan beberapa ekor saja. Dia tetap bersyukur apapun yang di perolehnya dan dia tetap berharap dan berdoa supaya lain hari dia lebih beruntung karena Pak Urip memang terkenal taat ibadah, begitupun dengan istri dan kedua anaknya.

Suatu hari Pak Urip pergi mencari ikan ke laut seperti biasanya. Tapi sudah hampir setengah hari Pak urip tidak dapat satu ekor pun ikan, Pak Urip khawatir. “Bagaimana kalau satu ekor ikan pun tidak bisa aku dapatkan hari ini?karena jelas-jelas tanpa ikan itu anak dan istrinya tidak akan bisa makan apa”. Pak Urip mencoba lagi menebar kembali jaringnya, tak lama kemudian dia tarik jaring itu dan Pak Urip tersenyum lebar, serta mengucapkan “Allhamdullilah, ya ALLAH engkau kabulkan pintaku”. Pak Urip telah mendapatkan ikan hanya 1 ekor saja, walaupun demikian Pak Urip tetap bersyukur, menikmati yang dia dapatkan karena hari ini anak dan istrinya bisa makan.

Karena haripun menjelang petang Pak Urip pun pulang ke rumah, di perjalanan pulang, Pak Urip bertemu dengan seorang raja dan pengawalnya. Raja itu melihat ikan yang sedang di pegang Pak Urip, raja itu memaksa Pak Urip untuk menyerahkan ikan itu. Pak Urip tidak mau menyerahkan ikan itu. Lama kelamaan Pak Urip menyerahkan ikan itu, tapi Pak Urip tidak habis pikir.”Bagaimana bisa, seorang raja yang kaya raya ingin ikan hasil tangkapanku itu”. Sesampai di rumah Pak Urip menceritakan semua yang telah terjadi kepada istri dan anak-anaknya. Istri dan anak-anaknya mengerti mereka menahan lapar bersama. Di tengah malam Pak Urip melakukan sholat tahajud dan berdoa.”Ya ALLAH aku mohon padamu tunjukkan padaku sebuah mukzizatmu atas yang terjadi pada diriku ari ini”. DI kediaman sang raja, sang raja sedang kesakitan, karena sesampainya raja di rumah tadi ia tidak sabar untuk memotong dan memasak ikan tersebut. Tetapi ikan itu malah menggigit jari sang raja. Sang raja tidak bisa melakukan apapun kecuali menahan sakit. Walaupun sudah di panggil-panggil dokter-dokter yang terkenal di seluruh negri, tetapi usaha itu sia-sia. Akhirnya sang raja pun tersadar karena iktan itu hasil pencurian dari Pak Urip. Dan akhirnya sang raja pun minta maaf dengan memberikan sebatang emas dan pintaan maaf sang raja di terima oleh Pak Urip dan keluarganya, akhirnya keluarga Pak Urip dan sang raja hidup dengan tertram, lama kelamaan jarinya sang raja mulai sembuh.

Hadiah untuk Sahabat by Nur Ismi Sari Dewi

Sepuluh hari lamanya Ana dirawat di Rumah sakit Paderi di Semarang. dalam waktu 12 hari Ana tidak sadarkan diri karena jatuh pingsan mendadak terkena serangan jantung. Disaat itu,Siska yang dihubungi oleh keluarga Ana sudah berada di Rumah sakit Paderi. Siska adalah sahabat sekaligus saudara bagi Ana. Karena sejak kecil mereka selalu bersama melakukan hal yang menarik dan mereka tidak pernah terpisahkan.

“Kring….kring…”, telepon dirumah Siska berbunyi. “Hallo…bisa bicara dengan Siska? ”Ya,saya sendiri. Darimana ya?” jawab Siska. “Saya mamanya Ana,ingin memberitahukan kalau Ana hari ini dirawat di Rumah sakit. Bisa Siska datang ke Rumah sakit Paderi sekarang?” Siska terkejut, bagai mendengar petir disiang hari mendengar sahabatnya masuk Rumah sakit secara mendadak. “oh,iya..iya tante,Siska akan ke tempat tante sekarang.” jawab Siska. “ Oke,tante tunggu ya,Siska.” kata mama Ana.

Setibanya Siska di Rumah sakit,Siska langsung menanyakan ke Resepsionist dimana kamar Ana dirawat. “dikamar nomor 504.” jawab suster. Siska berjalan mencari kamar yang bertuliskan 504, dimana Ana sahabatnya sedang terbaring lemah ditempat tidur. Akhirnya Siska menemukan kamar 504 dan masuk kedalam kamar tersebut. Betapa terkejutnya Siska karena didalam kamar sudah berkumpul keluarga Ana. Dengan kepercayaan diri yang ada pada Siska, Siska memasuki ruangan walau dengan pakaian lusuh namun bersih. Ana terlahir dari keluarga mampu,sementara Siska adalah keluarga dari kalangan yang tidak mampu. Walau demikian, Siska dan Ana tetaplah dua sahabat yang tidak memandang status atau golongan. Melihat keadaan Ana yang terbaring lemah, dengan alat kedokteran dibadan Ana, Siska merasa sedih. Siska hanya bisa memandang Ana dan berdoa untuk kesembuhan sahabatnya. Siska pamit keluar kepada keluarga Ana,karena Siska tidak kuat menangis dihadapan keluarga Ana yang sedang berduka.

Setelah tak sadarkan diri selama 2 jam,akhirnya Ana sadar. Ana langsung menanyakan Siska sahabatnya. Salah satu keluarga Ana keluar mencari Siska yang berada tak jauh dari ruangan Ana dirawat. Betapa bahagianya Siska ketika mengetahui Ana sahabatnya telah sadarkan diri. Siska berlari memasuki ruangan,dan dipeluknya Ana dengan erat. Siska dan Ana menangis dalam pelukan persehabatan. “ Siska, mama dan papa Ana mengerti bagaimana arti persahabatan bagi kalian berdua. Kami mohon kepada Siska untuk menemani dan merawat Anak kami Ana sampai sehat.Karena kami ada urusan pekerjaan yang sangat penting ke Luar Negeri.” begitu permintaan mama dan papa Ana kepada Siska.
Siska menganggukan kepalanya tanda setuju dengan permintaan kedua orang tua Ana.

Selama 2 hari Siska menemani dan merawat Ana dengan penuh kesabaran. Ana terlihat semakin sehat dan ceria karena Siska selalu menghibur Ana. Kedua orang tua Ana telah tiba dari Luar Negeri dan langsung menuju Rumah sakit Paderi untuk melihat Ana. Pada saat mama dan papa Ana datang,Siska sedang ke kamar kecil. Ana menyampaikan keinginannya untuk memberikan gelang kerang kepada Siska. “ Mama, Ana ingin memberikan hadiah kepada Siska sebelum Ana pergi.” kata Ana. “Jangan pergi,nak..Jangan tinggalkan mama,papa dan juga Siska.” jawab mama. “Tapi Ana sudah tidak kuat lagi,ma..” kata Ana. “Ma, pada saat Ana terbaring lemah kemarin dada Ana terasa sakit sekali. Mama dan papa jangan bersedih,karena Siska akan selalu ada untuk mama dan papa. Hanya Siska sahabat Ana yang mau berkorban untuk kesembuhan Ana. Ana berharap, mama dan papa jangan marah jika Ana akan memberikan gelang kerang milik Ana untuk Siska. Gelang kerang ini Ana buat sewaktu mama,papa dan Ana pergi ke pantai beberapa waktu yang lalu. Ana mengumpulkan kerang-kerang untuk Ana buat menjadi gelang.” Sambil menitikkan air mata,mama Ana berkata,” Alangkah cantiknya gelang yang kamu buat ini,nak…”

Setelah pembicaraan antara Ana dan mamanya selesai, Siska kembali dari kamar kecil. Ana memanggil Siska dan memberikan hadiah gelang kerangnya. “Siska, ada sesuatu yang akan aku berikan untukmu.” kata Ana. “Apa itu,Ana?” jawab Siska.
Ana langsung memberikan hadiah tersebut kepada Siska. Siska membuka hadiah dari Ana dihadapan kedua orang tua Ana. Betapa terharunya Siska begitu melihat hadiah gelang kerang dan sepucuk surat dari Ana. “Siska, gelang kerang ini aku buat khusus untukmu. Gelang kerang ini bukanlah apa-apa untukmu,tetapi gelang ini hanyalah sebuah benda yang besar artinya untukku. Didalam gelang kerang ini terukir nama Ana dan Siska.” Ana berkata demikian sambil menitikan air mata. Begitu pula dengan Siska,mama dan papa Ana. “Siska, apakah kamu mau memakai gelang pemberian aku ini dan menjaganya?” tanya Ana kepada Siska. Siskapun memasangkan gelang kerang pemberian Ana ketangannya. “Terima kasih,Ana. Tiada yang lebih berharga dari apapun didunia ini selain persahabatan kita. Aku akan selalu menjaga gelang kerang ini selamanya. Terima kasih,sahabat ku…”

Monitor jantung Ana bergerak cepat, lalu diam sesaat. Kedua orang tua Ana dan Siska panik. Siska langsung memanggil perawat yang bertugas saat itu. Dokter dan perawat berusaha mengendalikan kondisi kesehatan jantung Ana. Manusia hanya bisa berencana, namun Tuhan berkehendak lain. Ana tidak dapat bertahan dengan penyakit jantung yang dideritanya. Dengan keikhlasan dari orang-orang yang mencintainya,Ana pergi dalam damai kepangkuan ILLAHI. Siska hanya dapat menangis dalam pelukan mama dan papa Ana. “Selamat jalan,Ana…. Selamat jalan sahabatku…”

Selasa, 20 Oktober 2009

Sayap Penguin by Shana Hamada

Suatu hari, ada anak baru pindah ke sekolah burung.
“Teman-teman, mulai hari ini, Penguin jadi teman sekelas.” kata guru burung hantu.
Penguin adalah anak pindahan dari negara es. Badannya gemuk, dan tinggi. Bentuk sayapnya berbeda dengan yang lainnya.
“Halo, namaku Penguin. Salam kenal.”
Semua teman di kelas merasa aneh, karena mereka tidak pirnah lihat burung yang seperti itu. Lalu, Pipit dan burung gereja bertanya pada Penguin.
“Kenapa sayap kamu aneh? Bentuknya seperti kayu, tidak ada bulunya!” Semua tertawa mendengar perkataan itu. Penguin menjawab , “Mama dan Papa juga sayapnya seperti ini, kakek dan nenek pun begini. Teman-teman di negara es juga seperti aku.”Lalu Penguin duduk di bangku paling belakang.

 “Hei, Penguin, negara es itu tempat yang seperti apa?” tanya Kiki.
“Negara es itu dingin, ada salju, dan ada banyak ikan.”
“Salju itu apa? Ikan itu apa?” tanya Lulu.
“Heh, ngapain ngomong sama burung aneh? Ayo, main di sana yuk!” kata Pipit.
“Kalau begitu, aku juga mau ikut.” Kata Penguin.
“Kamu tidak boleh! Kamu kan sayapnya aneh! Mana bisa main sama kami!” kata Pipit dengan tajam.
“Tapi…aku juga burung”
“Iya, Penguin kan teman kita. Boleh main bersama kami, kan?” kata Shasha.
“Iya deh, kalau mau, ikut aja”
Pipit tertawa dingin, lalu keluar kelas.

“Teman-teman, hari ini kata main kejar-kajaran!”
“Hore!” teman-teman lompat.
“Tapi, kejar-kejarannya di langit. Boleh kan?”kata Pipit, sambil melihat ke arah Penguin.
“Hah? Kamu ngomong apa sih? Kalau tidak terbang, mana bisa kejar-kejaran?” kata semua.
“A, anu, kalian…”
Sebelum Penguin ngomong, teman-teman lain sudah terbang.
“Waaa! Waaa!”
Dari langit,terdengar suara yang asyik.
Penguin hanya bisa melihat ke arah langit.
“Lho? Kenapa Penguin masih ada di bawah?” kata Kiki.
“Dia kan sayapnya beda sama kita! Mungkin dia tidak bisa terbang!”
Pipit ketawa, lalu menukik ke bawah.
“Hei Penguin, kenapa kamu tidak ke atas? Kan asyik!”
kata Pipit dengan sombong. 
“Eh…a, aku, tidak bisa terbang.”
“Hah! Tidak mungkin burung tidak bisa terbang! Kalau tidak bisa terbang, bukan burung!”
Pipit lalu kembali atas, meninggalkan Penguin.

“Sekarang kita latihan terbang. Ayo kita ke luar!”
Kata guru burung hantu.
Semua tertawa sambil melihat ke arah Penguin.
“Cuma dia yang tidak bisa terbang…dia benar-benar burung yang aneh!!”
Pipit berteriak kepada semua teman, dan semua tertawa.
“Ta…tapi, aku kasihan sama Penguin. Dia tidak bisa terbang, itu bukan kesalahan dia, kan?” kata Kiki.
“Tidak pakai kasihan! Burung aneh , burung aneh!!”
Kata Pipit sambil berlari.

“Ayo kita latihan terbang. Pertama, Penguin yang terbang.”
Penguin ke depan, tapi hanya bengong.
“Punguin, kamu kenapa? Tidak enak badan?” tanya guru.
“Guru, sebenarnya dia itu tidak bisa terbang! Cacat!” kata Pipit.
“Pipit, jangan bilang begitu. Penguin, kamu duduk di sana aja.”
“Iya…”
Semua teman-teman mentertawakan Penguin.
“Aku bukan cacat…. Ibuku juga tidak bisa terbang. Ayahku juga. Kakekku juga. Nenekku juga…”
“Iya, itu namanya cacat!”kata Pipit.
“Guru, aku mau terbang duluan! Aku kan burung yang sempurna! Bisa terbang!”
“Iya deh, Pipit terbang duluan, ya.”
Pipit terbang ke atas, lalu teriak.
“Waaa, sejuuuuk! Asyiiik!!!”
Pipit keliling di langit, dan ke arah sungai.
“Pipit, jangan ke tempat yang jauh! Bahaya!”
“Tidak apa-apa, aku kan bisa terbang. Bisa ke mana-mana…”
Saat itu, ada batu yang terlempar dari arah bawah. Batu itu kena Pipit, lalu Pipit terjatuh ke sungai.
“Celaka! Pipit jatuh ke sungai! Gara-gara batu yang tadi!”
Teman-teman dan guru langsung terbang ke arah sungai. Penguin digendong sama guru.
“Guru, aku takut! Mau ke bawah!”
“Penguin, di bawah ada manusia. Nanti ditangkap!”
“Mungkin manusia itu yang lempar batu! Jahat!”kata Kiki.
Guru dan teman-teman menuju sungai.
“Tolong! Tolong!”
Pipit berteriak sambil mengepak-ngepakan sayap. Tapi tubuh Pipit samakin tenggelam.
“Pipit! Bertahanlah!”
Teman-teman ingin langsung menolong Pipit, tapi terlambat, Pipit telah tenggelam.
“Pipit!!”
“Kenapa tahu jadi begini, kita tidak ada yang bisa menolong…”
Semua hanya bisa melihat ke arah sungai.
Tiba-tiba Penguin menompat ke sungai!
“Penguin! Kamu mau ngapain!?”
Penguin menyekam ke sungai, lalu menangkap tubuh Pipit.
“Hebat!”
Penguin berenang pakai sayap yang berbeda dengan yang lainnya. Sayap Penguin bukan untuk terbang, ternyata untuk berenang. Penguin meletakkan Pipit meletakkan Pipit di atas batu. Pipit pingsan. Matanya tertutup.
“Pipit! Bangun!”
Penguin dan teman-teman yang lainnya melihat wajah dan tubuh Pipit yang basah. Lalu, Pipit membuka matanya.
“Pipit, kamu tidak apa-apa?”
“Penguin…? Bukannya aku mati?”
Tanya Pipit dengan suara yang lemah.
“Penguin menolongmu dari sungai.”kata Kiki.
“Penguin…aku jahili kamu dengan sengaja. Tapi, kenapa manu menolongku?”
“Karena, kita adalah kawan.”
Pipit merasa bersalah, lalu menangis.
“Terimakasih…kamu baik hati. Maafkan aku sudah menyakiti kamu…”
“Tidak apa-apa. Sayapku memang aneh, tapi suyapku bisa menolong temanku. Aku bangga punya sayap ini.”
Lalu, Penguin dan Pipit jadi teman sejati.

Maafkan Aku by Yustisia Sekar Pratiwi

Aku benci semua orang! Aku benci orangtuaku! Aku benci pada diriku! Aku benci pada Tuhan yang telah menciptakan Aku sebagai perempuan! Kenapa selalu Aku yang dilarang?! Perasaan kesalku ini selalu mengganguku sejak menjelang kelulusan SMP. Perasaan kesal ini disebabkan oleh larangan orangtuaku untuk melanjutkan sekolah dan menyewa kamar kos di Bandung. Alasannya karena Aku belum mandiri, karena Aku masih labil, dan karena Aku seorang perempuan! “Pokoknya, Utie mau sekolah di Bandung!” kataku, “Tapi nanti kamu tinggal dimana?” tanya ibuku, “Kan, Aku bisa nge-kos,” “Emang kalau nge-kos itu gampang? Nanti yang nyuci baju kamu siapa? Yang masak makanan kamu siapa?” tanya ibuku lagi. “Aku kan bisa nyuci baju sendiri, masak sendiri. Aku kan bukan anak kecil lagi, Bu.” sambarku, “Tapi kamu anak perempuan, Nak. Kalau kamu sakit, ibu sulit untuk menjengukmu. Lagipula anak perempuan sulit untuk dijaga. Bagaimana kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan?” kata-kata ibu barusan seperti menonjok perutku. Memang benar kata-kata ibu barusan. Tapi bukan Utie namanya kalau tidak keras kepala dan tetap pada pendiriaanya. “Ah, terserah, deh!” tangkisku. Aku pun langsung menuju kamar tidurku dan membanting pintu kamarku sekeras mungkin dihadapan kedua orangtuaku.

Keesokan harinya, Aku memulai aksi mogok makan dan mogok bicara yang sudah Aku rencanakan sejak kemarin malam kepada orangtuaku. Setelah bangun pagi, Aku langsung mandi dan memakai seragam sekolah, setelah itu Aku pun keluar kamar hendak pergi ke sekolah. Saat Aku melewati meja makan, ibuku bertanya, “Kamu gak makan dulu?” tapi Aku tak menghiraukan pertanyaan ibu.

Sesampai di sekolah, Aku menceritakan perdebatanku dengan kedua orangtuaku semalam kepada kedua sahabat baikku, Iwie dan Tisya. “Menurut Gue, orangtua Loe benar.” Kata Iwie. “Gue juga berpendapat sama kayak Iwie,” sambar Tisya. Tisya, temanku yang satu ini memang tidak bisa dimintai pendapat. Disamping karena ia masih lugu, ia juga sering telat mikir dan tulalit. “Oh, jadi menurut kalian lebih baik Gue jadi anak manja yang selalu bergantung sama orangtua dan tidak pernah bisa maju dengan kemampuan Gue sendiri! Gitu?” bentakku, “Gak gitu juga, tapi menurut Gue kalau Loe mau nge-kos nanti aja pas mau kuliah.” nasihat Iwie yang memang lebih dewasa sikapnya dibandingkan Aku dan Tisya. “Ah, kalian sama aja kayak orangtua Gue. Gak bisa ngertiin perasaan Gue!” Aku pun bergegas meninggalkan mereka.

Pada malam harinya, tepatnya pada pukul 01.25 dini hari, perutku terasa sakit sekali, Aku belum makan seharian ini. Maka Aku pun pergi ke dapur secara diam-diam. Saat sedang menuju ke dapur, Aku mendengar suara-suara dari arah ruang makan. Saat Aku mendekat agar Aku dapat mendengar suara itu lebih jelas, Aku melihat sosok ibuku dan ayahku sedang berdebat mengenai sesuatu, “Tapi Utie belum makan seharian. Ayah kan tahu kalau Utie punya penyakit Typhus.” kata ibu, “Ayah tahu, tapi kalau kita mengizinkan Utie untuk bersekolah di Bandung, kita tidak dapat mengawasi Utie sepenuhnya.” kata ayahku, “Tapi kesehatan Utie adalah prioritas utama. Apakah Ayah tidak memikirkan kesehatan Utie dan Ibu?” sambar ibu, “Apa maksud ibu?” tanya ayah, Aku bisa mendengar ada nada kecemasan pada setiap katanya. “Kalau kita selalu mengkekang Utie, dia akan memikirkannya terus, itu sama saja dengan menyakitkan perasaan Ibu.” jawab ibu. Suasana menjadi hening sesaat. “Baiklah, kita izinkan Utie untuk bersekolah di Bandung. Tapi kalau terjadi sesuatu, ia harus pulang segera.” Keputusan ayah telah bulat.

Pagi harinya, kami sekeluarga mengadakan rapat di ruang keluarga. Aku yang sudah tahu isi rapat tersebut dengan senang hati menghadirinya. Setelah rapat selesai, Aku segera membereskan baju-baju dan barang-barangku yang ingin kubawa ke Bandung. Ayah bilang Aku akan berangkat ke Bandung tiga hari dari sekarang. Dan Aku akan menyewa kamar kos milik teman ayah yang berada di Bandung.

Tiga telah berlalu, akhirnya hari yang Aku tunggu telah tiba. Aku diantar oleh ayah dan ibu sampai di tempat Aku akan menyewa kamar dan mendaftar di sekolah menengah atas terfavorit di Bandung. Setelah mendaftar, ayah dan ibu kembali ke Jakarta. Sebelum mereka pergi, mereka memberikan dua buah kartu, masing-masing adalah sebuah kartu ATM dan sebuah kartu kredit. Ibu bilang, ia akan mentransfer sejumlah uang ke kartu ATM tersebut setiap bulanya. Sedangkan kartu kredit hanya bolah digunakan apabila ada keperluan mendadak. Tentu saja Aku senang sekali. Karena ini adalah kali pertama Aku memililki kartu ATM dan kartu kredit.

Sebulan telah berlalu, hari sempurnaku dimulai disini. Di kota Bandung, kota yang dikenal sebagai kota kembang. Di sekolah, Aku memiliki banyak teman baru. Dan di tempat kos, Aku memiliki banyak teman baru juga. Walaupun harus ku akui bahwa semua teman kos ku berumur lebih tua dariku. Tapi Aku senang, karena mereka menganggapku sebagai adik, dan Aku pun menganggap mereka sebagai kakak-kakakku. Pada suatu malam, saat Aku sedang mengerjakan PR, Aku mendapat panggilan telepon dari ayah. “Halo?” sapaku, “ Utie, ibu masuk rumah sakit. Ayah harap kamu dapat pulang ke Jakarta segera!” jawab ayah dengan tergesa-gesa, “Apa? ibu masuk rumah sakit! Sakit jantung ibu kambuh lagi?” tanyaku berusaha untuk tenang. Aku sangat terkejut mendengar pernyataan ayah. Aku tidak menyangka bahwa penyakit ibu akan kambuh lagi. “Ya, sebisa mungkin kamu pulang ke Jakarta. Karena ibu tidak mau menjalani operasi kalau kamu tidak ada untuk mendampinginya.” Jelas ayah.

Setelah menerima telepon dari ayah, Aku langsung berangkat ke Jakrata. Aku sama sekali tidak membawa pakaian sehelai pun. Hanya tas kecil berisi dompet dan handphone yang kubawa saat ini. Waktu menunjukkan tengah malam, tapi bus yang kutumpangi belum juga sampai ke Jakarta. Sementara para penumpang lain tertidur pulas, Aku hanya bisa diam, berusaha menenangkan diri dari kemungkinan terburuk yang kupikirkan tentang kondisi ibu. Saat ini Aku hanya bisa berdo’a.

Waktu menunjukkan pukul 3 dini hari. Aku baru sampai didepan kompleks perumahanku. Aku pun berjalan lebih cepat untuk segera sampai ke rumahku, karena disanalah tanteku menunggu kedatanganku untuk mengantarkanku ke rumah sakit tempat ibu berada. Jantung ini berdetak sangat cepat saat Aku berada di belokan rumahku. Tapi ada sesuatu yang aneh disini. Para tetanggaku dan para kerabat keluargaku juga sedang berjalan menuju ke arah yang sama sepertiku. Mereka memakai sarung dan peci bagi yang laki-laki dan jilbab bagi yang perempuan. Tidak sedikit dari mereka yang membawa Al-Quran atau Yaasin. Tapi ini masih pukul 3 pagi. Belum waktunya untuk menunaikan ibadah sholat subuh. Tetapi pertanyaan itu Aku kesampingkan dahulu. Kerena sekarang yang terpenting adalah keadaan ibu. Saat Aku berada di depan rumahku, sekali lagi pemandangan aneh menyambutku. Semua tetangga dan kerabat yang kulihat tadi sedang berada di rumahku. Saat Aku datang, mereka memandangku dengan tatapan yang membingungkan. Tetapi kemudian pertanyaan itu terjawab. Aku pun melihat sebuah bendera kuning terikat di selusur tiang rumahku. Kaki ini mulai mati rasa, tapi Aku memaksa agar kaki ini berjalan. Saat berjalan, waktu terasa lambat sekali. Tapi kemudian di ruang tamu Aku melihat sesosok tubuh yang telah dibalut oleh kain kafan yang berwarna putih bersih. Tetapi bagian muka sosok itu sengaja dibuka agar dapat terlihat oleh semua orang. Saat melihat muka itu, hati terasa hampa. Tanpa kemaunku, Aku berteriak histeris saat mengenali sosok itu sebagai ibu kandungku sendiri. “Ibu! Ibu jangan pergi, Bu! Ibu jangan tinggalin Utie!” kata-kata itu terus menerus keluar dari mulutku. Kemudian Aku merasa seseorang memelukku. Orang itu yang tak lain adalah ayahku berkata, “Sudah, Nak. Ikhlaskan ibumu. Mungkin ini yang terbaik bagi ibu.” Aku bisa mendengar suara ayah bergetar, tapi Aku tidak melihat sedikit pun kesedihan di mukanya.

Setelah menyaksikan pemakaman ibu. Aku pulang dengan langkah berat. Saat sampai di rumah, Aku menuju ke kamarku. Disana Aku memandangi foto ibu dan diriku saat Aku masih bayi. Aku mulai membelai foto itu. Air mata menetes dari mataku. Aku teringat kenangan-kenangan yang telah Aku lalui bersama ibu. Saat Aku pertama kali belajar bersepeda, ibu selalu mendampingiku. Saat Aku pertama kali masuk sekolah, ibu selalu menungguku diluar kelas sampai Aku pulang. Saat Aku harus dirawat inap di rumah sakit karena typhus, ibu selalu menjagaku, memberi obat, menyuapi makan, dan merawatku sampai Aku keluar dari rumah sakit. Tapi sekarang, semua itu hanya bisa kukenang. Kemudian Aku merasa seseorang duduk disebelahku. Orang itu adalah ayahku. Beliau juga mengamati foto yang sedang Aku genggam. Kemudian ia berkata, “Kamu tahu apa kata-kata terakhir ibumu?” Aku hanya bisa menggelengkan kepala. “Ibumu berkata bahwa ia meminta maaf karena ia tidak dapat menunggumu. Ia juga meminta maaf atas kesalahanya selama ini kepadamu, anak semata wayangnya.” saat mendengar pernyataan ayah, tangisanku meledak. Aku memeluk ayah, Aku juga merasakan ayah memelukku juga sambil menangis. Baru kali ini Aku melihat ayah menangis sejak kematian ibu. Saat ini, Aku menyesal sekali karena tidak dapat melihat saat-saat terakhir ibu, dan karena tidak dapat meminta maaf kepada ibu. Sekarang Aku hanya bisa berdo’a agar ibu mendapatkan tempat di sisi Nya. Diakhir do’a Aku selalu membisikan, “Maafkan Aku, Ibu.”

Salah Paham by Sopha Mutia Adinda

Teng…teng… Bel masuk berbunyi,murid-murid segera memasuki ruang kelas.Riri adalah anak yang sepertinya kurang percaya diri, Dia tidak mempunyai teman si sekolahnya, Dia selalu sendiri. Di kelas Riri banyak sekali yang sedang membicarakan murid baru. “Namaku Yuki Tanaka” Yuki, siswa baru memperkenalkan diri. Riri merasa tidak asing dengan wajah Yuki namun Riri tidak terlalu memikirkannya.Pada saat jam istirahat, ”Makan yuk!” ajak Yuki yang ingin mengajak Riri.”Tidak mau.” balas Riri. Lalu datang seorang siswa, ”Sudah biarkan saja dia makan sendiri.” kata murid tersebut, Murid itu segera keluar kelas,”Aku duluan ya!”kata murid tersebut. Yuki yang masih di dalam ruangan kelas itu pun menawarkan sebuah permen kepada Riri,”Mau?” tanya Yuki,”KYAA!Permen rasa sapi!” teriak Riri dan diam,”Tidak mau.” Jawab Riri.”Kalau tidak mau kumakan saja.” Ucap Yuki sambil membuka mulutnya dan perlahan memakan permen itu. “Hmm…Enaknya!” ucap Yuki. Di dalam hati Riri, Riri sebenarnya menginginkan permen itu dan menangis di dalam hatinya.Bel masukpun berbunyi dan murid-murid kembali belajar.

Setelah bel pulang berbunyi Riri segera meniggalkan sekolah yang membosankan itu dan pulang ke Apartemen. “Ah! Tadi itu menyebalkan sekali! Kesal, kesal,kesal! Ucap Riri ketika mengingat kejadian permen sapi.Tok,tok,tok ada seseorang yang mengetuk pintu ruangan Riri dan Riri pun membuka pintunya.”Huh…Kau, ada apa?” Tanya Riri, “Maaf, sekarang aku ini orang baru di apartemen ini, kebetulan sekali kita bersebelahan.” Jawab Yuki,”Ini ada makanan untukmu.” Ucap Yuki,”Wah… Terima kasih ya!” ucap Riri sambil mengambil makanan tersebut dari Yuki dan menutup pintunya. Yuki akhirnya kembali ke ruangannya setelah membagikan makanan.”Rasanya kok aku mengenal Riri seperti sudah lama sekali ya? Jadi ingat sama Airi.” Ucapnya dalam hati.

Tok,tok,tok. Siapa sih yang datang pagi-pagi begini?” Tanya Riri dalam hati. Riri segera membuka pintu,”Kakak!” Seru Riri,”Kau baik-baik saja Ri? Tanya kakak Riri,”Iya!”jawabnya ,”Bagaimana dengan kuliah kakak? lancar-lancar saja kan?” Tanya Riri,”Baik-baik saja kok!” jawab kakak Riri. Ketika Riri mempersilakan masuk kakaknya Riri melha ada Yuki. ”Kakak, kenapa ada Yuki?” Tanya Riri bingung,”Yuki ini sudah membantu kakak mengambil dompet kakak dari pencopet.” Jelas kakak. Akhirnya mereka berdua makan bersama-sama. Karena mereka ruangannya bersebelahan maka Riri dan Yuki selalu berangkat bersama-sama meskipun itu karena Riri disuruh oleh kakaknya.

Tanpa terasa ruangan Riri dan Yuki sudah bersebelahan selama 7 Bulan akan tetapi sama saja seperti dulu, Riri susah sekali akarab dengan orang lain. Pada saat pelajaran Bahasa Inggris murid –murid diharuskan menceritakan pengalaman yang tak terlupakan. Ada pengalaman Riri yang tak terlupakan yaitu pada saat sahabatnnya sendiri mencaci-makinya pada saat Riri ulang tahun.”Pengalamannya tentang apa?” Tanya Yuki pada Riri,”Urus aja urusannya sendiri!” bentak Riri. Yuki pun kembali mengerjakan tugas.”Anak-anak, Ibu minta pengalaman kalian diceritakan kepada Ibu” ucap bu guru. Giliran Riri tiba, Riri menceritakan semuanya.”Riri ceritanya kok sama dengan Yuki?” Tanya bu guru bingung,”Hanya mirip mungkin Bu.” Jawabnya. Akhirnya bel istirahatpun tiba Riri sebenarya penasaran dengan pengalaman yang dibuat oleh Yuki.”Yuki, Boleh lihat cerita pengalamanmu tidak?” Tanya Riri,”Boleh tapi aku juga pinjem punya kamu ya?” ucap Yuki,”Iya.” Jawab Riri. Mereka berdua pun saling tukar buku. “HAH!!!” teriak Riri, ”Tidak mungkin..”ucap Yuki, “Jadi kau…” ucap Riri dan Yuki. “Cowok menyebalkan , jelek, bodoh! Bentak Riri pada Yuki, “Kau sendiri pemalas, bau, dan lebih bodoh!” balas Yuki. Mereka berduapun menjadi bermusuhan , tidak pergi ke dekolah bersama-sama lagi.

Pada saat Riri dan Yuki masih duduk di kelas 4 SD, Mereka berdua sangat akrab seperti sahabat. Alasan Yuki dan Riri tidak saling mengenal adalah nama mereka yang sudah berbeda, Ketika Riri berusia 12 tahun dia berganti nama dari Airi Yajima menjadi Riri Wolyz, Mengapa Riri mengganti nama? Itu karena orangtuanya bercerai,ketika Riri berumur sebelum 12 tahun ayahnya adalah orang Jepang sedangkan ibunya orang Indonesia setelah ibunya bercerai ibunya menikah dengan orang Inggris. Sedangkan Yuki juga mengganti namanya dari Ryuu Velct menjadi Yuki Tanaka, Alasannya karena Yuki sebelumnya berstatus kewarganegaraan Inggris menjadi Jepang.
“Tidak bisa dipercaya Yuki adalah Ryuu” Tanya Riri di dalam hatinya. Dia berdiri dari tempat tidurnya dan mengambil album fotonya dan ia hanya melihat fotonya dengan Yuki hanya sekilas. Lalu ia kembali melanjutkan tidurnya akan tetapi ia masih belum bisa mempercayainya.”Kenapa aku harus dipertemukan dengan Airi!” ucap Yuki kesal.”Kukira dunia itu besar, ternyata kecil” ucap Yuki.

Bel masuk berbunyi , semua murid segera ke kelas .”Riri” ucap bu guru yang sedang mengabsen murid-murid. “Tidak hadir Bu!” jawab murid-murid di kelas,”Ada yang tahu kenapa ia tidak masuk ?” Tanya bu guru, semua terdiam .”Yuki” ucap bu guru,”Tidak hadir juga Bu!”salah seorang siswa menjawab dan setelah ditanya semuanya terdiam. Akhirnya bel pulang berbunyi akan tetapi hari ini Riri dan Yuki tidak masuk.
Kring, kring, kring, bunyi telepon dari ruangan Riri berbunyi.”Hallo dengan siapa ini?” Tanya Riri, “Ini Airi ya?!” Tanya seseorang yang menelepon Riri, “Ini aku Veno!” jawabnya, “Oh…Veno yang rambutnya seperti mie itu ya?” Tanya Riri, “Jahat…iya” jawabnya. Akhirnya Veno mengajak Riri untuk pergi ke taman hari Sabtu , siang. Veno juga mengajak Yuki untuk bertemu di taman pada hari Sabtu, siang. Sebenarnya yang membuat Riri dan Yuki bermusuhan adalah surat yang dibuat oleh Veno. Pada saat itu, “Ryuu selamat ulang tahun!” ucap Riri ketika masih kelas 4 SD, “Selamat ulang tahun juga untukmu!” balas Yuki. Keduanya saling memberi ucapan selamat ulang tahun bahkan Riri dan Yuki saling memberi hadiah. Akan tetapi Veno ingin membuat kejutan bagi mereka berdua yaitu dengan cara menulis surat ejekan untuk keduanya . Setelah pulang sekolah Riri membuka tasnya karena ingin mengerjakan PRnya tiba-tiba ia menemukan surat dari Yuki, setelah ia baca ia langsung membenci Yuki dan Riri meminta pindah sekolah kepada ibunya, dan Riri pindah setelah orangtuanya resmi bercerai begitu juga dengan Yuki ia ingin pindah. Mereka berdua pindah keesokkan harinya sehari sesudah peristiwa surat-surat itu. Veropun tidak tahu harus berbuat apa karena mereka pindah begitu cepat sehingga tidak dapat menjelaskan yang sebenarnya. Isi surat yang Veno berikan untuk Riri yaitu “Airi jelek seperti tikus got, pemalas, bau, jorok!POKOKNYA JELEK!!!” , sedangkan yang dibuat untuk Yuki isinya seperti “Ryuu gembel, jelek, bau kotoran!Pokoknya Bauuuuu!”.
Hari Sabtu akhirnya tiba, Riri bergegas menuju taman yang dijanjikan. “Ri!” panggil Veno. “Ada apa? Sampai harus ke taman segala.” Ucap Riri bingung. “Pokoknya ada hal yang penting banget.” Jawab Veno. Tak lama kemudian Yuki datang “Oi!” panggil Yuki pada Veno,”Veno apa kabar?” Tanya Yuki,”Baik-baik aja” jawab Veno, Yuki melihat ada Riri, “Aku pulang” ucap Yuki sambil membalikkan badannya, “Aku juga pulang” ucap Riri, “Kalian berdua kumohon jangan pergi dulu dengarkanlah ini sangat penting!” teriak Veno. Yuki dan Riri mau mendengarkan Veno.”Airi, Yuki sebenarnya yang menulis surat ketika kau dan Yuki berulang tahun itu adalah aku” ucap Veno dengan rasa bersalah karena membuat mereka menjadi bermusuhan. “Apa?!”Seru Riri dan Yuki,”Sebenarnya aku hanya ingin membuat kejutan saja untuk kalian.” Ucap Veno, “Maaf ya” pinta Veno, “Jadi kamu…tidak salah” ucap Yuiki pada Riri, “Jadi 5 tahun kita musuhan karena kesalah pahaman” ucap Riri, “HA…HA…HA…” Riri dan Yuki tertawa terbahak-bahak, Veno bingung melihat mereka berdua dan karena Riri dan Yuki sibuk tertawa Veno meninggalkan mereka berdua “Sepertinya mereka sudah baikan” ucap Veno dalam hati. “Kita ini bodoh ya?” Tanya Yuki pada Riri, “Bodoh apanya?yang bodoh itu kau bukan aku!” balas Riri, “Dasar menyebalkan!” tambah Yuki, “Kemana Veno?” Tanya Yuki, “Sepertinya sudah pergi” ucap Yuki, “Padahal aku ingin memberitahu kalau namaku sudah berganti.” Ucap Riri.

Mereka berdua pun kembali pulang ke apartemen, sesampainya di depan ruangan Riri,”Riri kembalikan uangku yang tadi” ucap Yuki pada Riri, “Bukankah itu traktiran?” Tanya Riri, “Memang! Tapikan makanankukan kau yang habiskan!” teriak Yuki. Mereka berduapun bersahabat kembali.

Ketahuan Pacar by Rahmi Diana Wisrikarini

Putri adalah seorang gadis cantik jelita. Putri anak ke-2 dari 3 bersaudara. Putri mempunyai kakak yang bernama Yuli. Dan adiknya yang masih kecil bernama Nino.
Keesokan harinya, Putri pertama masuk sekolah di SMP Cakra Buana – Depok. Karena sebelumnya, Putri bersekolah di Bandung. “Ayo, Putri. Jam sudah menunjukkan pukul 7. Kamu kan jam setengah 8, sudah harus masuk sekolah ” tanya mamanya. “Bentar lagi, ma,” jawab Putri. Sebelum berangkat ke sekolah, tidak lupa Putri berpamitan kepada kedua orangtuanya. “ Mama, Papa. Putri berangkat ke sekolah dulu ya?“ kata Putri dengan riang untuk pergi ke sekolah barunya bersama kakak tercintanya. “ Iya, nak. Kalian hati – hati di jalan “ kata kedua orang tua mereka.
Tiba di sekolah, Putri menyapa semua guru – guru yang ada di sekolah SMP Cakra Buana. “ Pagi, bu “ kata Putri menyapa Ibu Kepala Sekolah SMP Cakra Buana. “ Pagi juga, nak “ jawab Ibu Kepala Sekolah. “ Kamu anak pindahan dari Bandung kan “ tanya Ibu Kepala Sekolah kepada Putri. “ Iya, bu . Saya murid yang pindahan dari Bandung “ jawab Putri. “ Mulai sekarang kamu sudah menjadi siswa di SMP Cakra Buana dan semoga kamu merasa nyaman sekolah disini “ kata Ibu Kepala Sekolah dengan senang . “ Pasti, bu “ jawab Putri. “ Ya, sudah. Sekarang kamu naik ke atas dan masuk ke kelas ya, nak. Selamat Belajar “ kata Ibu Kepala Sekolah lagi. “ Baik, bu. Dan terima kasih,“ jawab Putri dengan senyum dan meninggalkan Ibu Kepala Sekolah.
“ Anak – anak. Sebelum kita mulai belajar. Ibu ingin kalian diam sejenak. Karena kita kedatangan murid baru “ kata Bu Wulan. “ Namanya siapa, bu ? ” jawab murid – murid dengan senang. “ Nanti kalian juga tahu sendiri,“ jawab Bu Wulan. Bu Wulan menyuruh Putri masuk kedalam kelas. TIba didalam kelas, Putri memperkenalkan diri. Setelah memperkenalkan diri, Bu Wulan menyuruh Putri duduk dikursi yang kosong. Akhirnya Putri duduk, dan teman sebangkunya adalah seorang laki – laki yang sangat ganteng. “ Ikh, nih cowok ganteng banget seh?“ kata Putri dalam hati.
Daniel adalah seorang laki – laki yang paling ganteng di SMP Cakra Buana. Dan Daniel dikagumi banyak cewek. Karena kegantengannya, Putri suka sama Daniel. Dan Daniel juga suka kepada Putri. “ Ya, Tuhan. Kok disekolah ini ada bidadari yang sangat cantik turun dari langit. Putri cewek yang paling cantik yang pernah aku temui,“ kata Daniel sambil mengagumi Putri.
Jam istirahat berbunyi “ Teng, Teng. ““ Ayo, anak – anak mari kita istirahat “ kata Bu Wulan. Semua murid keluar kelas dan menuju kantin sekolah. Daniel dan Putri pun keluar kelas bersama. Dan mereka pergi kantin bareng. Sesampai di kantin, Daniel dan Putri makan dan ngobrol bareng. “ Gimana Putri sekolah di sini, enak tidak? “ kata Daniel. “ Enak banget. Di sini guru – gurunya ramah dan teman – temannya juga baik,“ jawab Putri. “ Syukur deh. Semoga betah ya,“ kata Daniel tersenyum. “ Pasti, dong. Apalagi aku punya teman seperti kamu yang sangat baik,“ jawab Putri dengan bangga.
“ Teng, Teng,“ bel istirahat selesai. Murid – murid pun segera masuk ke dalam kelas untuk melanjutkan pelajaran. “ Anak – anak apa pelajaran kalian selanjutnya?“ tanya Bu Wulan kepada murid – murid. “ Matematika, bu,“ jawab murid – murid dengan serentak. “ Kalau begitu, kalian cepat ke ruang matematika, karena sudah dituggu sama Bu Sri,“ kata Bu Wulan menyuruh murid – murid. “ Baik, bu,“ jawab murid – murid. Murid – murid pun pergi ke ruang matematika.
Murid – murid pun tiba di ruang matematika. Dan pelajaran pun dimulai . “ Anak – anak buka buku kalian tentang statistika,“ kata Bu Sri. “Baik, bu,“ kata murid.
Bu Sri menyuruh murid – murid untuk mengerjakan soal latihan. Selesai murid – murid mengerjakan, Bu Sri menunjuk Putri untuk mengerjakan di papan tulis. “ Ayo, Putri. Kamu kerjakan soal nomor 10 di papan tulis “ kata Bu Sri. Putri pun mengerjakan soal yang diberikan Bu Sri kepada Putri.
Putri pun mengerjakannya dengan teliti.
“ Teng, Teng, Teng “ bel pulang berbunyi. Dan murid – murid pun merapikan buku matematika ke dalam tas. “ Ayo, anak – anak. Setelah kalian merapikan buku . Kita sama – sama berdoa sebelum pulang “ kata Bu Sri untuk mengakhiri pelajarannya . Ketua kelas memimpin doa, dan murid – murid berdoa dengan khusyuk. Setelah selesai berdoa, murid – murid keluar kelas dengan tertib.
Di depan kelas, Putri sudah ditunggu dengan Daniel. “ Put, kamu mau enggak pulang dengan aku ??“ kata Daniel. “ Mmmm… Gimana ya?? Bukannya aku menolak. Kalau aku ketahuan dianterin sama cowok, pasti kedua orang tuaku marah,“ jawab Putri dengan nada ketakutan. “Emang kenapa, Put?? Kan aku mengajak kamu untuk pulang bareng. Karena kita kan satu arah. Yakan?? “ kata Daniel sambil membujuk Putri. “ Ya juga seh. Tapi, kalau ketahuan sama kedua orang tuaku, gimana dong??“ jawab Putri dengan bingung. “ Ayo, dong Put . Sekali ini aja kok “ Daniel pun terus membujuk. “ Ya, sudah deh . Aku mau kok pulang bareng kamu,“ jawab Putri. Daniel dan Putri akhirnya pulang bareng. Perasaan Daniel pun menjadi senang, setelah membujuk Putri.
Tiba – tiba, orang tua Putri sudah menunggu di depan gerbang rumahnya . Putri turun dari mobil. Dan Daniel pun juga ikut turun. “ Maaf, tante. Ini saya Daniel. Teman barunya Putri disekolah “ kata Daniel dengan sopan. “ Oh, begitu. Ya sudah, ini udah sore. Mending kamu pulang, nanti dicariin orang tua kamu lagi “ jawab mamanya Putri dengan nada yang sedikit kesal. Daniel akhirnya pulang. “ Misi tante, om, Putri,“ kata Daniel.
Di dalam rumah. Putri dan kedua orang tuanya berbicara. “ Putri, itu tadi siapa ?? Baru pertama masuk sekolah, udah nyari pacar. Kamu tau enggak, disekolah itu bukan tempatnya pacaran. Itu tempat kita untuk menuntut ilmu. Ngerti kan kamu “ kata mamanya Putri dengan nada marah kepada Putri. “ Bukan ma. Aku sama Daniel hanya teman dekat aja. Di antara kita enggak ada hubungan kok. Bener deh, ma ?? Ngapain seh Putri bohong sama mama “ jawab Putri takut. “ Benar, kamu sama Daniel hanya teman dekat saja ?? Mama takut, kalau kalian pacaran. Entar nilai kamu jadi jelek. Kan yang malu kamu dan mama juga. Ya kan ?? “ Benar, ma. Kita hanya teman dekat aja kok. Ya, ma . Aku akan nurutin apa semua kata mama deh“. Selesai orang tuanya berbicara dengan Putri, Putri pun segera masuk ke dalam kamar. Dan Putri harus mengerjakan tugas buat sekolah besok.
Tepat pukul 5 pagi, Putri bangun. Dan Putri segera siap – siap untuk pergi ke sekolah.
Setelah siap, Putri berpamitan kepada kedua orang tuanya. Dan Putri berangkat ke sekolah dianter oleh supirnya.
Tiba di sekolah, Putri sudah ditungguin oleh Daniel.
“Pagi, Putri,“ kata Daniel senyum. “Pagi, juga Daniel “ jawab Putri. “ Cantik sekali kamu hari ini ?? “ kata Daniel dengan kamu. “ Agh. Kamu bisa aja . Kamu juga ganteng kok. hehe… “ jawab Putri dengan senyum.
Belum masuk sekolah berbunyi. Dan mereka pun masuk ke kelas untuk mengikuti pelajaran . Selama pelajaran berlangsung, Putri dan Daniel mereka belajar dengan serius. Bel istirahat pun berbunyi. Dan mereka segera pergi ke kantin. Sesampai di kantin mereka ngobrol, makan dan minum bersama.
Tak lama kemudian, bel istirahat selesai. Dan mereka kembali ke dalam kelas, untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.
Tepat pukul 15.00, bel berbunyi. Dan anak – anak keluar dari kelas mereka masing – masing.
“ Hey, Put“ kata teman Daniel. “ Ada apa ?? “ jawab Putri. “ Loe dicariin tuh sama si Daniel. Katanya seh ada perlu gitu deh sama loe. Loe cepat ke kantin sebentar yah!! “ kata teman Daniel sambil menyuruh Putri untuk cepat – cepat ke kantin. Akhirnya, Putri pun pergi ke kantin.
“ Hey, Daniel“ kata Putri. “Ya, kenapa ??“ jawab Daniel. “Kata teman kamu, aku disruh ke sini ya ?? Ada apa?? “ kata Putri. “ Enggak aku pengen ngobrol aja sama kamu. Enggak boleh ya?? “ jawab Daniel sedih. “ Boleh, kok . Dengan senang hati “ kata Putri dengan senyum. 10 menit berlangsung. Akhirnya, Daniel pun menyatakan cintanya kepada Putri.
“ Mmm.. Putri. Sebenarnya dari pertama kamu masuk sekolah, aku udah suka sama kamu. Dan aku pengen lebih deket aja sama kamu. Tapi, bukan sebatas teman. Aku mau kamu jadi pacar aku. Kamu mau enggak?? “ kata Daniel sambil menyatakan cintanya . “ Mmm.. Gimana ya?? Sebenarnya aku juga suka sama kamu. Tapi, kata mama aku, aku belum boleh pacaran dulu. Karena takut mengganggu pelajaran. Kan bentar lagi mau ujian. Jadi, kita harus terus semangat untuk belajar,“ jawab Putri. “ Ya, aku juga tau. Gimana kalau kita backstreet aja?? Jadi, orang tua kamu enggak tau. Yang tau hanya temanku dan temanmu aja. Gimana?? “ jawab Daniel memohon . “ Tapi, pelajaran kita harus seimbang. Antara pelajaran dan pacaran . Mau enggak ?? “ jawab Putri. “ Ok deh. Aku akan belajar demi ujian dan kamu. Jadi, kita pacaran neh?? “ kata Daniel dengan muka yang sangat sangat bahagia. “Kalau begitu, aku juga akan semangat belajar. Dan aku mau kok jadi pacar kamu,“ jawab Putri senang. Karena pacar impiannya tercapai juga . Mendapatkan pacar yang sesuai dengan kriteianya. “Horeeee…. Akhirnya kamu mau jadi pacar aku . Seneng deh bisa sama kamu “jawab Daniel dengan bahagia. “ Besok kan hari Sabtu, gimana kalau kita jalan. Sama temanku dan teman kamu. Kalau mau, entar kita ketemuan aja langsung d Citos. Jam 1 siang udah harus disana ya!!!! Ayang Daniel tunggu ya .. hehe…. “ kata Daniel. “ Ok deh “ jawab Putri. “Ya sudah, sekarang aku pulang dulu ya. Dadah, sampai ketemu besok “ kata Putri pamit kepada Daniel.
Putri pulang ke rumah.
Sesampai di rumah, Putri langsung mengasih tau kepada mamanya, kalau dia besok mau jalan. “ Ma, kan besok hari Sabtu. Boleh enggak aku jalan sama teman – teman baru di sekolah “ kata Putri sambil minta izin kepada mamanya. “ Teman kamu cewek atau cowok?? Kalau cowok mama enggak mau ya. Kalau sama cewek mama izinin . Emang pada mau kemana?? jawab mama sambil bertanya. “ Mmm.. sama cewek kok, ma . Tenang aja!! Besok pada mau jalan ke Citos, ma. Jadi mama ngizinin neh?? “ jawab Putri dengan nada takut dan harus bohong kepada mamanya. “ Boleh, kok. Yasudah, kamu istirahat sekarang deh. Kan besok kamu pada mau pergi “ jawab mama Putri. Akhirnya Putri masuk ke dalam kamar, dan tidur.
Keesokan harinya, Putri bangun jam 10 pagi. Dan dia langsung siap – siap. Karena jam 1 siang, sudah harus ada di sana.
Jam 11.30, akhirnya Putri siap. Dan Putri langsung pamitan kepada orang tuanya. Dan Putri pun segera berangkat.
Setelah Putri berpamitan dengan orang tuanya, Putri pun berangkat .
Tepat jam 1 siang, Putri sudah sampai di Citos. Daniel dan teman – temannya sudah menunggu Putri di Timezone.
“ Ciee..Ciee.Ciee.. Yang udah jadian neh. Pajak jadiannya ya?? hehe.. “ kata teman – teman. “ Trims ya. Pajak?? Minta sama Daniel aja?? “ jawab Putri. “ hehe.. sipsip. Gampang kok. Entar gue nraktir loe semua. Tenang aja..,“ jawab Daniel.
Putri, Daniel dan teman – temannya pergi ke tempat makan. Karena perut mereka sudah lapar.
Tepat di tempat makan, Putri bertemu dengan kedua orang tuanya. Karena perasaan mamanya, tidak enak sekali. Makannya mamanya Putri menyusul Putri ke Citos.
“ Putri ?? Kata kamu, kamu perginya Cuma sama teman cewek aja. Ternyata sama Daniel. Apa jangan – jangan kamu sama Daniel udah pacaran. Dan kalian pacaran tanpa sepengetahuan mama. Hebat banget kamu, Putri. Mama udah enggak percaya lagi sama kamu. Ternyata, kamu udah bohongin mama dan papa “ kata mama Putri dengan nada nada nada yang sangat sangat marah. “ Ma, maavin Putri. Putri tau Putri salah. Mama jangan gitu dong sama Putri. I LOVE YOU, MAMA !!!!! “jawab Putri dengan sedih.
Ternyata hubungan Putri dengan Daniel sudah diketahui dengan orang tuanya Putri. Daiel dan Putri, mau tidak mau, hubungan mereka harus berakhir di sini (putus). Karena Putri tidak diizinkan pacaran oleh orang tuanya.

Akhirnya Tania Mengerti by Dwivia Faizah

Tania hari ini sangat gembira sekaligus sedih,ya apalagi kalau di hari pertamanya masuk SMA sudah pasti kedua orang-tuanya tidak bias mengantar.Pukul 07.00 Tania masih dirumah sambil duduk termenung menunggu balasan dari Marisa yang sudah berteman denganya sejak kecil.”karena aku belum masuk sekolah aku akan mengantar mu hari ini”balasan dari Marisa.Tak berapa lama “dindin-dindin” Tania langsung pergi begitu saja tanpa pamit kepada kedua orang-tuanya mereka pun langsung pergi agar tidak terkena macet.”teng-teng-teng” tepat pukul 07.28 bel sekolah berbunyi Tania langsung lari menuju dalam kelas.”Selamat pagi anak-anak saya adalah wli kelas kalian yang bernama Alex saya mengajar Sains”,”pagi,pak”serentak.”Hari ini kita hanya akan bermain games an perkenalan agar kita lebih mengenal dan dekat satu sama lainnya,setuju?” “setuju pak”.”teng-teng-teng-teng-teng-teng-teng”bel yang menandai berakhirnya hari ini telah berbunyi,langsung Tania menuju kantin untuk menemui Marisa yang telah menuggunya hampir lebih dari 3 jam.”gimana tadi di kelas ?”tanya Marisa,”yah,seru sih anak-anaknya juga enak kok”jawabnya “udah dapet temen baru dong”,”iya,mereka cepat akrabnya”.”permisi,boleh gak gw duduk disini,lo Tania kan?” “iya duduk aja,Mitha”.Sudah lama mereka berbincang-bincang “gw balik duluan ya” pada Mitha “iya”jawabnya.”dred-dred-dred”berkali-kali hp Tania bergetar namun tak dijawabnya telfon dari mamahnya,”angkatlah Tan,bagaimana pun dia itu ibu mu”jelas Marisa,”ngapain gak penting banget kali,paling mau ngabarin lagi kalo pada gak bisa pulang”sambil merasa kesal.”udah angkat”,”Tania mamah hari ini tidak bisa pulang untuk beberapa hari kedepan,kamu jaga kesehatan dan jangan sampai telat makan mamah dan papah berjanji nanti jika waktunya tepat kita gak sibuk lagi”,”iya mah,tau ngerti”keluhnya.”benerkan mamah tuh nelpon cuma gitu-gitu aja dari gw kecil”ujarnya.”hahahahahahahahaha,kamu dari dulu tetap saja begitu”ujar Marisa sambil tertawa.”Akhirnya sampai juga”,Tania langsung saja menaiki tangga dan berlari ke kamarnya.”Tan,gw mesti jemput kakak and adik gw niy”kata Marisa,”oh,yaudah makasih banget ye atas semuanya hari ini buat gw”jawabnya,”iya,bawel”sambil mereka tertawa.Malam pun tiba Tania hanya berdiri sambil merenung di balkon,”maaf non,makan malam nya sudah siap”tiba-tiba bibi dating memberi tahu.”iya bi,makasih”.Setelah selesai makan Tania langsung ke kamarnya untuk tidur.”kring-kring-kring-kring”weker Tania berbunyi sangat keras,Tania langsung bangun dan mempersiapkan diri untuk ke sekolah.”hari ini saya nyetir sendiri pak,jadi gak uash di anter”ungkapnya.”tapi non nyonya melarang,nanti saya di pecat”kata pak Jodi,”gak akan pak,itu kemauan saya bilang saja kalau ada apa-apa”jawab Tania.Tania langsung bergegas menyetir mobilnya sendiri,di pertengahan jalan dia bertemu dengan Andre dan Mitha.”dindin-din”sambil membuka kaca “mau bareng gak ? daripada telat bentar lagi masuk nich”ajaknya.”boleh,tapi gak bayar kan ?”jawab keduanya sambil tertawa dan masuk ke mobil.Di perjalanan Mitha dan Tania tak henti tertawa karena Andre selalu melucu sampai-sampai merea berdua tak bisa berhenti tertawa.Nggak lama mereka pun samapi di sekolah dan langsung menuju kelas.”pagi anak-anak” “pagi bu”,”kita akan belajar tentang peraturan-peraturan di Negara Indonesia”.”Doni maju ke depan”,”iya bu”,ketika baru melangkah Doni langsung terjatuh “hahahahahahahahahahahaha”semua murid menertawakannya.”diam semuanya diam”marah bu Anet,”ada apa doni ?” “ini bu tali sepatu saya ada yang ngiket gini jadi waktu saya jalan jatuh deh bu”ujarnya,”aaahahahahahahahahaha”,”tenang-tenang,siapapun harus jujur atau kalian semua ibu hukum seberat-beratnya” ”siapa yang melakukan ini terhadap doni?”tanyanya lagi.”mmmmmmmmmmm”,”saya bertanya,jika tidak ada yang mau mengaku sekarang juga saya hukum kalian”tegas bu Anet.”lo ya Ndre ?”tanya Mitha dan Tania curiga.”iya,terus gimana nich,masa gw jujur si”jawab Andre.”ya iyalah,pokoknya gw gak mau di hukum kalo gw gak salah”ujar Mitha,”iyalah,masa gw yang gak salah apa-apa mesti di hukum cuma gara-gara lo”keluh Tania,”MITHA,ANDRE,TANIA apa yang kaliand bicarakan ?”tanya bu Anet,”ini semua perbuatan Andre bu”ungkap Mitha dan Tania,”Andre maju kedepan lepas sepatu kamu dan kaos kakinya juga”,”untuk apa bu ?”,”kamu ibu hukum selama satu minggu penuh kamu dilarang sekolah memakai sepatu dan kaos kaki”,”hah terus gimana bu?”,”tidak ada toleransi”jelas bu Anet.”ah,gara-gara lo pada ni”,”biarin aja”ujar mereka berdua.”teng-teng-teng-teng-teng-teng-teng”bel pulang sekolah terdengar.”baik anak-anak cukup kalian boleh pulang”,”makasih bu”jawab semua murid sambil berlarian ke luar.”yaudah gw anter pulang deh”kata Tania,”iya cepet gw kesel ni ama bu Anet gak asik banget apa-apa dilarang hah payah jadul !”gusar Andre.Tania pun hanya tertawa kecil melihat temanya seperti itu.Sesampainya di rumah Andre “sorry,gw gak bisa maasuk langsung balik ya gw gak enak ama orang rumah gw”ungkap Tania.”oke deh gak papa,trims banget ya dah di anter”jawab Andre.Sampai dirumah dia langsung melihat kalender.”seminggu lagi ultah gw ndiri,apa nyokap-bokap gw inget?”berkata dalam hati,renunganya terhenti karena hpnya bordering.”lagi dimana and ngapain Tan ?”tanya Marisa yang menelponnya,”dirumah liat kalender,apa ortu gw inget minggu depan ultah gw?”,”ingetlah mereka pasti balik,tenang aja gw kan temnin lo terus cuma gw udah skul nih oke !”ujar Marisa kepada sahabatnya itu.”iya deh makasih banget yah,bye!”,”oke deh takecare yah,hubungin gw kalo ada apa-apa”kata Marisa.”nit-nit-nit-nit”sebuah pesan muncul di Lyar hp Tania ternyata mamah dan papahnya yang mengatakan entah bisa pulang atau tidak dan menyuruh Tania mempersiapkan pestanya dan member catatannya pada mereka.Tanpa terasa besok adalah hari ultahnya semua undangan telah disebarkan sebuah pesta yang meriah sudah di persiapkan dengan matang.Ketika pesta itu sudah dimulai ia masih berada dikamarnya.”ayo Tan keluar udah pada dateng”kata Marisa,”tapi bokap-nyokap gw belum dateng mereka lupakan !”sambil bergerutu.”nggak pasti dateng percaya ma gw”jelas Marisa.Acara pun di mulai ketika Tania mau meniup lilin ketika itu diatas rumahnya ada helicopter yang bertuliskan “selamat ulang tahun Tania,maafkan kami karena selalu sibuk ini semua di lakukan untukmu bukan untuk kami”,suasana menjadi terharu ketika papah dan mamahnya mendarat di taman yang luas di rumah itu.Tania langsung menghampiri dan memeluk mereka dan mengeluarkan air mata.”hari ini mamah dan papah akan menepati janji mulai minggu depan setip akhir minggu kita hanya untukmu”,”benar pah-mah ?”tanya Tania “ya”jawab mereka.Tania langsung berlari memeluk Marisa sambil berkata “sekarang gw ngerti kenapa lo selalu ngetawain gw”ujarnya.Pesta berlanjut sampai pkl.22.00.Seiring berjalanya waktu ternyata janji itu di tepati oleh kedua orang-tuanya.

Hilman by I Gusti Ngurah Raka

Sabtu sore itu, Hilman gembira sekali, ia bersiul-siul ketika mengayuh sepedanya pulang, karena akhirnya ia diajak ikut kemping ke Gunung Salak bersama teman-temannya, Said, Aldo, Fajar, Koesmo, Mahendar dan Rako. Karena biasanya teman-temannya tidak mengajaknya karena mereka menanggap Hilman tidak dapat bertahan hidup tanpa bermain game online di warnet walaupun sehari saja. Tidak mengerankan, karena Hilman biasanya bisa bermain game di warnet sampai 18 jam non-stop. Sesampainya di rumah ia langung menaruh sepedanya lalu mengobrak-abrik gudangnya. Ia mencari tas ransel milik ayahnya. “Mbok Iyem, tas ransel punya papa ada di mana?” Tanya Hilman kepada, Mbok Iyem, pembantunya, setelah sekitar setengah jam mencari. “Wah, nggak tau saya mas, kenapa mas nggak nanya bapak aja?”jawab Mbok Iyem.“Oh iya! Bagus juga ide mbok.”jawab Hilman. Ia lalu berlari ke ruang keluarga dan menelpon ayahnya. Tetapi, sayangnya ayahnya tidak menjawab.“Ah sial, papa pasti lagi rapat atau kalo enggak hp-nya pasti disilent,”kata Hilman dalam hati. Ia lalu menelepon ibunya.“Ma, mama tau ngga tas ransel punya papa ada di mana” tanya Hilman. “Wah, Man, mama mana tahu, Tanya papa aja,”jawab ibunya. “Udah, tapi telponnya ngga diangkat”kata Hilman.“Oh, palingan papa lagi rapat, kamu telpon lagi nanti aja. Udahan dulu ya Man, mama banyak kerjaan nih”kata ibunya lalu menutup telpon. “Aduuuh, gimana nih,”pikir Hilman, panik. Ia lalu menyiapkan pakaian yang akan dibawanya lalu menelpon Rako, tetapi tidak ada jawaban. “Aduh, Rako pasti lagi les, kurang kerjaan benget”pikir Hilman. Ia lalu menelpon Aldo dan untungnya, Aldo menjawab. “Do, buat besok gua perlu bawa apa aja?”Tanya Hilman. “Lo cuma perlu bawa pakaian, peralatan mandi sama peralatan buat tidur kaya bantal kepala atau sleeping bag”jawab Aldo. “Tapi Do, gua gak punya sleeping bag”jawab Hilman. “Lo pinjem punya Said aja, katanya dia punya dua sleeping bag.”Kata Aldo. “Oh, kalo gitu gua telpon Said dulu ya”Jawab Hilman lalu menutup telpon. Ia lalu menelpon Said,“Id, lo punya sleeping bag ngga?”TanyaHilman. “Punya, mang napa?Lo mau minjem?”Tanya Said. “Wah, tau aja lo”Jawab Hilman. “Lo dateng ke rumah gua aja, soalnya motor gua lagi dipake sama pembantu gua buat beli gula di minimarket”Kata Said lagi. “Ya udah, gua ke sana sekarang.”jawab Hilman. “Aduh, rumahnya Said kan di Pesona Khayangan, cape dah gua ntar naek sepeda ke situ, mana Jalan Margonda macet lagi sore-sore begini.”Pikir Hilman. Tetapi Hilman tidak mengurungkan niatnya untuk pergi ke rumah Said, setelah setengah jam, akhirnya ia sampai di rumah Said.

Hilman lalu memencet bel rumah Said,“Ting Tong,”terdengar suara bel rumah Said, tetapi tidak ada jawaban. Hilman memencet bel lagi, tetapi tetap tidak ada jawaban. “Aduh, Said ke mana sih?Dicariin kagak ada,”pikir Hilman. Ia lalu mengeluarkan hp-nya dan menelpon Said, terdengar suara “Sisa pulsa yang anda miliki akan segera habis, segera lakukan pengisian ulang. Sisa pulsa yang anda miliki adalah senilai seribu limaratus tujuh puluh rupiah,” “Wah, mana pulsa udah mau abis lagi”keluh Hilman, lalu terdengar suara Said, “Man, lo pasti udah di rumah gua, sori, gua lagi beli snack di warung, bentar lagi gua balik kok, tunggu ya.” “Ya, tapi cepetan Id, gua bosen nih, mendingan maen di warnet dah,”jawab Hilman lalu menutup telponnya. Lima belas menit berlalu, tetapi Said belum datang juga. Setengah jam berlalu, tetapi Said tetap belum datang juga. Akhirnya Hilman mencoba menelpon Said kembali, “Id, lo di mana? Gua udah bosen nih nungguin”kata Hilman. “Eh, Man, sori gua lupa gua lagi maen di warnet, hehehe, sori ya, ya udah deh, gua ke sana sekarang.”jawab Said, lalu menutup telponnya. “Gimana sih! Ditungguin malah main di warnet! Huh!”Pikir Hilman, kesal. Lima belas menit kemudian, Said datang menggunakan sepeda. “Wah, Man, sori banget ya tadi ada temen gua ngajakin maen di warnet pas gua lagi pulang, gua maunya bentar malah jadi keasyikan, sori banget ya,”kata Said. “Ya, ya, yang penting mana sleeping bagnya? Gua udah ngantuk banget nih hampir satu setengah jam gua nunggu di sini,”jawab Hilman, setengah kesal. “Ok, lu tunggu bentar di sini, gua ambilin dulu,”kata Said, ia lalu masuk ke rumahnya dan kembali lima menit kemudian sambil membawa sebuah sleeping bag. “Nih, Man, jangan lu otak-atik di rumah lu, ntar rusak lagi,”kata Said, memperingatkan. “Ya ampun, ngga sampe segitunya kali, besok juga ntar kita kumpul dulu di Jalan Juanda sebelum berangkat, ya udah gua pulang dulu, makasih udah mau minjemin sleeping bag lu.”kata Hilman, lalu mengayuh sepedanya pulang.

Sesampainya di rumah, ia langsung menaruh sleeping bag itu di kamarnya, lalu mengambil tikar di gudang, menyiapkan peralatan mandi dan bantal kepala, lalu ia teringat sesuatu, “Oh, iya, ranselnya belum ada.”pikirnya. Ia lalu mendatangi ayahnya yang sedang menulis sebuah puisi. “Papa, aku mau nanya dong, ransel punya papa ada di mana? Aku mau pinjem buat kemping besok.”Tanya Hilman. “Lho, kok kamu nggak bilang-bilang kalau besok kamu kemping, sama siapa?”Tanya ayahnya. “Sama temen-temen di sekolah pa, pulangnya Selasa, kan minggu depan udah libur.”kata Hilman. “Ooh, begitu, ransel papa ada di gudang”jawab ayahnya. “Tapi tadi siang aku udah nyari tapi nggak ketemu tuh pa”kata Hilman. “Masa nggak ada sih Man, seinget papa, papa taruh di rak-raknya deh. Udah kamu cari belum di situ?”Tanya ayahnya lagi. “O iya, aku belum nyari di raknya, aku liat dulu ya pa.”kata Hilman yang langsung berlari ke gudang.

Sekitar lima menit kemudian, Hilman mendatangi ayahnya lagi. “Nggak ada pa, papa taruh mana sih ranselnya?”Tanya Hilman. “Lho, masa nggak ada? Bentar dulu, papa coba inget-inget lagi.”kata ayahnya. Setelah beberapa menit akhirnya ayahnya berseru,“Oh iya, minggu lalu ranselnya papa pinjemin ke temen sekantor papa, soalnya temen papa mau kemping. Baru tadi dibalikin, kayaknya masih di mobil deh.”kata ayahnya. Lalu Hilman mengambil kunci mobil dan membuka alarmya, setelah dilihat, ternyata tas ranselnya berada di jok belakang mobil, Hilman pun langsung mengambilnya, lalu ia membawa tas ransel itu ke kemarnya dan memasukkan semua barang-barang yang akan dia bawa untuk kemping. “Akhirnya selesai juga, haaah lega deh”kata Hilman. Ia lalu melihat jam di kamarnya yang menunjukkan pukul tujuh malam. “Wah, masih ada waktu nih buat maen ke warnet”kata Hilman dalam hati. Ia lalu pergi ke warnet di dekat rumahnya dan langsung memainkan game-game kesukaannya, yaitu AyoDance, IdolStreet, GunBound, dan RF Online

Lima jam telah dan Hilman tetap bermain. Dua jam kemudian, penjaga warnetnya, Bang Ujang, menanya Hilman, “Man, udah jam dua pagi nih lo gak dicariin ama bonyok lo?” “Hah? Jam dua? Perasaan gua baru maen setengah jam deh, Jang,”jawab Hilman seolah tak percaya. “Setengah jam muke lo? Lo udah maen tujuh jam, kale.”jawab Bang Ujang lagi. “Duh, Jang, gue pulang dulu yah, bayarnya besok aja, besok gue maen lagi kok,”kata Hilman, panik, ia teringat kalau besok dia harus berngkat kemping pagi-pagi sekali. “Yah, elo Man, pake ngutang lagi, ya udah gih, pergi sono, gua mau ngepel ni, udah sebulan belum dibersiin ni warnet.”kata Bang Ujang.

Hilman pun berlari pulang, pikirannya panik, ia teringat perintah ayahnya setahun yang lalu, bahwa batas pulang Hilman pada malam hari adalah jam dua pagi, selebihnya, ayahnya tidak akan membukakan pintu rumah. Hilman pernah pulang pukul tiga pagi, dan ayahnya tidak mau membukakan pintu rumah. Setelah hampir satu jam akhirnya ayahnya membukakan pintu. Mengingat kejadian itu kembali membuat Hilman merinding, dia tidak mau tidur di luar rumah, dia tidak boleh terlambat pulang.

Sesampainya dirumah, dibunyikanlah bel pintu, lima menit berlalu, tetapi pintu rumah tidak dibuka. Sepuluh menit berlalu, pintu rumah belum juga dibuka. Lima belas menit berlalu, tetapi pintu rumah tetap tertutup. Hilman mulai khawatir. Ia takut ayahnya tidak mau membukakan pintu, tetapi tiba-tiba, pintu rumah dibuka oleh ayahnya. “Dari mana saja kamu Man?”Tanya ayahnya. “Dd…dd…darrrii warnet pa,”jawab Hilman terbata-bata. “Masuk! Lain kali kalau kamu pulang telat lagi, papa ngga bakal bukain pintu sampe pagi!”ayahnya memperingatkan. Hilman pun langsung menuju kamar tidurnya.

Esok paginya Hilman terbangun karena hp-nya berbunyi, Hilman pun menjawab telepon tersebut. “H...halo?”kata Hilman sambil menguap. “Man, lo ada di mana? Kita udah nungguin lo dari jam lima, tapi lo nggak dateng-dateng juga. Lo ada di mana?”Terdengar suara Aldo dari hp-nya, Hilman pun melompat bangun. “E…eh, gua masih di rumah, gua baru bangun, sori, sori, sori, sori, gua siap-siap deh abis itu gua langsung ke sana,”kata Hilman. “Yah, gimana sih lo? Cepetan dong! Ntar jalannya macet nih!”kata Aldo. “Ya, ya, gue langsung ke sana deh,”kata Hilman.

Hilman pun langsung mandi (walaupun nggak pake sabun…) dan berpakaian. Ia lalu berpamitan pada orangtuanya dan langsung berangkat. Sesampainya di Jalan Juanda ia lalu menelpon Aldo, tetapi yang terdengar malah “Sisa pulsa yang anda miliki tidak mencukupi untuk melakukan panggilan ini, segera lakukan pengisian ulang. Sisa pulsa yang anda miliki adalah senilai lima ratus rupiah.” “Sialan”umpat Hilman dalam hati. Tiba-tiba sebuah buah mobil Toyota Kijang Innova dan Suzuki APV berhenti di depan Hilman. Kaca jendela mobil Innova tersebut diturunkan dan terlihatlah Aldo. “Man, jadi kemping nggak? He…he…he…”kata Aldo. “Ya jadilah, masa jadidong, jadi gua boleh naek?”Tanya Hilman. “Nggak, lo mah di atep aja biar segerrrr,”terdengar suara Mahendar dari dalam mobil. “Ide lo bagus juga Ndar, tapi kesian Hilman di atep, ntar masuk angin, mendingan dia ditaruh di bagasi biar sekalian sauna.”kata Said. “Ha…ha…ha…”terdengar suara tawa seluruh penumpang mobil. “Ayo naik Man! Lama lo!”kata Aldo. Hilman pun naik ke mobil Innova tersebut dan sepanjang peralanan, Hilman dikerjain dan diejek terus.

Hikmah Ramadhan bagi Audi by Aufa Syahida

Ramadhan kali ini takan sama seperti ramadhan yang lepas-lepas. Kedatangan ramadhan tahun ini bagi Audi mampu memberikan hidayah dan manfaat baginya.
Pada pagi hari, hari-hari pertama bulan ramadhan di mulai, Audi di ajak oleh kedua orangtuanya untuk mengikuti suatu kegiatan keagamaan oleh orangtuanya. Ia tidak senang karena ia merasa kegiatan itu sangat membosankan, Ia pun bilang kepada orang tuanya kalau ia tidak mau mengikuti kegiatan tersebut.
Ayah dan ibu Audi merasa kalau Audi sudah tidak menuruti apa yang di katakan oleh kedua orangtuanya,oleh karena itu ayah dan ibunya mempunyai niat untuk mengikuti kegiatan keagamaan agar sikap audi berubah dan lebih menghormati kedua orangtuanya. Ayah dan ibu Audi terus memaksa Audi agar ikut kegitan tersebut, Tapi Audi bersikeras tidak mau mengikuti kegiatan tersebut dengan alasan tidak mempunyai teman. Orangtua nya pun bingung bagaimana cara agar Audi mau ikut kegiatan tersebut.
“Audi,kamu harus mengikuti kegiatan agama itu”.kata ibu Audi.
“Aku gak mau, Kenapa sih ibu selalu memaksa aku!”.jawab Audi.
“Itu demi kebaikan kamu juga”. ibu Audi kembali menjawab.
“Pokoknya aku gak mau!”jawab Audi dengan marah.
Ibu Audi pun terus berfikir bagaimana caranya supaya anaknya mau mengikuti kegiatan tersebut Akhirnya ibu Audi menghubungi teman Audi agar mau menemani Audi untuk ikut kegiatan tersebut.
Hari itu pun tiba, Kegiatan keagamaan itu akan dilaksanakan selama dua hari. Pagi-pagi ibu Audi segera membangunkan Audi yang sedang tidur karena acara itu akan di laksanakan pagi hari.
“Audi, Ayo bangun, Kita akan pergi ke acara training itu!”. Kata ibunya sambil membangunkan Audi.
“Ibu, aku kan sudah bilang aku tidak mau ikut, tidak ada teman yang mau menemaniku.”jawab Audi.
“Ibu sudah meminta Via agar mau menemanimu ke acara itu”. Jawab ibunya kembali.
Akhirnya Audi dengan terpaksa dan berat hati mau ikut kegiatan tersebut karena ibunya memberinya dua pilihan yang sama sekali yang tidak ia senangi dan karena ibunya terus memaksa dan sangat keras kepala.
Sesampainya di tempat acara kegiatan itu,Audi dan Via mendaftarkan diri. Setelah itu mereka memasuki sebuah ruangan dan duduk dengan manis.
“Via, kamu kok mau sih di ajak ibu aku untuk mengikuti acara ini?”,Tanya Audi.
“Aku tidak biasa mengelak karena aku disuruh oleh orangtua ku.”jawab Via.
“Padahal aku juga sudah bersikeras tidak mau mengikuti acara ini, tapi ibuku tetap memaksa”. kata Audi.
Acara pun di mulai, hari pertama di mulai dengan perkenalan, karena banyak teman yang lain yang datang dari sekolah lain. Audi dan via pun banyak mendapat teman yang baru. Lalu setelah pengenalan maka pembawa acara pada acara itu memperkenalkan apa dan manfaat acara itu. hari pertama bagi Audi lumayan menyenangkan karena di acara itu banyak permainan yang seru-seru yang di buat oleh kakak-kakak yang ada di acara itu. Karena acara itu selesai malam hari, maka mereka berdua berbuka puasa disana, sesudah buka puasa mereka berdua pun pulang.
Keesokan harinya pun Audi dan Via kembali mengikuti acara itu. mereka berangkat pagi-pagi sekali, mereka diantar oleh ibu Audi. Tak beberapa lama manunggu, mereka pun segera memasuki ruangan itu kembali, tapi hari itu berbeda suasananya.Hari itu pembawa acara memperkuat iman mereka supaya mereka lebih cinta kepada allah, tuhannya. Karena mereka selama ini sudah tidak menjalankan apa yang di perintah Allah. Audi pun sadar ia banyak melakukan kesalahan yang ia perbuat, ia sering membantah perkataan ibunya, ia berfikir bahwa ibunya selama ini sangat menyayangi nya dan berusaha memberikan terbaik baginya.
Setelah acara itu selesai ia segera menemui ibunya dan meminta maaf apa yang selama ini ia perbuat.
“Ibu, maafin kesalahan Audi selama ini ya”. kata Audi sambil menangis.
“Iya nak, Ibu juga minta maaf kalau Ibu punya salah sama kamu.” Jawab ibu Audi.
suasana pun haru.ibunya pun memaafkan kesalahan Audi selama ini. Audi sadar kalau ibunya sangat menyayanginya, dan ia berjanji tidak akan membantah perintah ibunya lagi.
Hari-hari setelah Audi mengikuti acara tersebut, Audi semakin menambah kaimanannya dan keyakinannya kepada Allah dan lebih menyayangi orangtuanya. Baginya kehidupan adalah anugrah ilahi. anugrah kehidupan memberi gambaran kebesarannya buat kita manusia,yang wajib kita syukuri dan hargai.
Itulah yang hikmah yang dapat di ambil Audi pada bulan ramadhan kali ini.

Senin, 19 Oktober 2009

Ceroboh Gak Selalu Bawa Sial by Fathin Hanifati Nadhilah

BRUKK!! Suara itu memecahkan suasana hening di kelas pagi ini. Buku-buku yang berserakan sedang dipunguti oleh pemiliknya. “Maaf Pak, saya telat lagi.” Kata Lala sambil menuju tempat duduknya.
“Kenapa lagi kamu? Setiap hari selalu saja terlambat.” Kata Pak Hamdan.
“Maaf ya Pak, tadi saya bangunnya kesiangan.” Jawab Lala.
Lala memang anak yang sangat ceroboh dia sering sekali jatuh karena tersandung, bangun kesiangan, salah membawa buku pelajaran. Ckckck begitulah Lala. Bahkan pernah Lala lupa mandi saat kesekolah.
***
“Ma, Lala berangkat sekolah dulu yaa!” kata Lala berpamitan sambil menuju ke mobilnya. wow setengah 7 gue pasti ga bakal telat lagi hari ini.
Sesampainya Lala di sekolah bertepatan dengan bunyi bel masuk. Lala pun berlari tergesa-gesa menujuke kelasnya dan … BRUKK!!
“Aduh mata lo di taruh di mana sih? Gak tau apa lo gue itu lagi buru-bu…” kata-kata Lala terhenti saat melihat seorang cowok yang sedang berdiri di depannya sambil minta maaf.
Ooh God ganteng banget ni cowok, pikirnya dalam hati. “Hey! Sori ya gue ga sengaja.” Kata cowok itu. “Ooh, okke, no problem.” Kata Lala “Gue pergi dulu yaa!” Lala pun berlari ke kelasnya, untung saja Pak hamdan belum datang.
”Eh Ver, tadi gue liat cowok ganteng banget deh.” kata Lala pada Vera teman sebangkunya itu. ”Beneran? Dia anak kelas berapa La?” tanya Vera. ”Iya bener, tapi gue ga tau dia anak kelas berapa. Kayaknya dia anak baru deh.” Jawab Lala.
“Selamat pagi anak-anak, hari ini kalian kedatangan murid baru.” Kata Pak Hamdan yang baru saja masuk kelas. “Ayo Alfi, sini masuk dan silahkan perkenalkan diri kamu!”
“Nama saya Alfi, saya pindahan dari Bandung, saya pindah ke sini karena...” Jelas Alfi. “Terima kasih.” Katanya saat selesai.
“Silahkan kamu duduk di sebelah sana!” kata Pak Hamdan sambil menunjuk ke tempat duduk di belakan tempat duduk Lala.
“Eh tadi sori ya gue ga sengaja.” Kata Alfi saat melewati tempat duduk Lala.
”iya gak apa-apa.” jawab Lala hampir terbata-bata.
“nama lo siapa?” tanya Alfi. “Lala” jawab Lala. “salam kenal ya” kata Alfi.
***
“huuh bosen banget nih gue Ver, hari sabtu gini gue Cuma di rumah.” Kata Lala pada Vera lewat telepon. “kita jalan yuk Ver!”
”Yaah sori banget La, hari ini tante gue mau ke sini. Sori banget yaa!” sahut Vera.
“ya udah gak apa-apa. Udah dulu yaa daa.”
“daa” pembicaraan mereka lewat telepon pun terhenti.
Lala pun merasa sangat bosan, ia tak tahu apa yang haru dia lakukan. Ia pun mengambil laptopnya untuk sekedar mengedit foto-fotonya.
”Lalaaa! Lalaaa! Sini sayaaaang” tiba-tiba terdengar suara mama dari lantai satu.
“iya maa!” jawab Lala dengan cepat. Ia pun membuka pintu kamarnya dan pergi ke bawah dan lagi-lagi... BRUKK!! Lala terjatuh dari anak tangga.
”aduuh sakit ma” keluh Lala.
”liat nih tagihan telepon sampe mahal banget, ini jauh banget sayang dari tagihan biasanya, pasti gara-gara kamu lupa disconnect kalo lagi pakai internet nih” kata mama.
”masa sih ma? Kalo gitu maaf deh ma.” kata Lala sambil mengelusi punggungnya yang sakit karena terpentok anak tangga.
”Pokoknya kamu gak boleh pakai internet selama sebulan dan jatah pulsa kamu juga mama kurangi dari 50 ribu sebulan jadi 25 ribu sebulan selama 3 bulan!” mama nyerocos menyebutkan hukuman untuk Lala.
Lala hanya bisa diam saja menerima hukuman dari mama.
”Kamu bantuin bi sarkem nyapu halaman sana!” mama masih nyerocos.
Huuh dasar gue jadi orang ceroboh banget sih, udah gak boleh pake internet selama sebulan, jatah pulsa di kurangin, ceroboh gue selalu aja bawa sial, pikir Lala dalam hati.
Lala pun pergi ke halaman untuk membantu Bi Sarkem menyapu halaman. ”Bibi sini sapunya! biar aku bantuin.” kata Lala. ”Makasih ya non.” kata Bi Sarkem. Ternyata asik juga nyapu dari pada diem doang, mendingan bantuin Bi Sarkem, itung-itung nambah pahala, katanya dalam hati.
”Bi, jalanan depan rumah aku sapu juga yaa”
”ndak usah non, biar bibi saja”
“udah ga apa-apa” Lala pun keluar pagar dan menyapu jalanan, tiba-tiba saja ada motor yang lewat dan membuat genangan air di depan Lala membasahinya.
“eh maaf ya, maaf!” kata orang itu.
“aarrrgggghhhhhhhhh!! Rese banget sih!” kata Lala sambil mengusap bajunya dan melihat orang yang membuat bajunya basah itu. Ternyata orang itu adalah Alfi, anak baru di sekolahnya itu. ”eh gak apa-apa kok Fi, santai aja lagi.” katanya pada Alfi.
”Beneran nih? eh rumah lo di sini La?” tanya Alfi.
“iya beneran gak apa-apa kok. Iya rumah gue di sini.” jawab Lala hampir terbata-bata. “lo ngapain di sini?”
“gue lagi di suruh nyokap gue ke mini market depan komplek, rumah gue juga di komplek sini kok. Gue pergi dulu ya La!” kata Alfi mulai pergi dengan mengendarai motornya.
***
“huaaahmm, wow udah siang yaa. Hari Minggu emang paling top deh, gue bisa bangun siang” kata Lala yang baru saja bangun pada jam 10 itu. Setelah mandi Lala mengambil laptop kesayangannya dan berniat untuk membuka friendster dan facebook. Pokoknya kamu gak boleh pakai internet selama sebulan dan jatah pulasa kamu juga mama kurangi dari 50 ribu sebulan jadi 25 ribu sebulan selama 3 bulan, suara mama masih terngiang di telinganya. Huuh ini semua gara-gara ceroboh gue nih, batinnya.
“Lala kamu mau ikut mama sama papa gak? nanti malam papa diundang ke acara ulang tahun pernikahan temannya papa” tanya mama.
“hmm... boleh deh ma.” jawab Lala dengan berat.
Sebenarnya sih, Lala paling anti kalau pergi sama ortu. Setahun mungkin Cuma 4-5 kali dia mau terpaksa pergi. Tapi dari pada bengong di rumah mendingan juga makan enak tapi gratis. Lagian Lala suka karena acaranya garden party, jadi dia bisa dengan santai mengambil banyak makanan dan mencari tempat duduk kosong untuk menikmati makanan sendiri. Kapan lagi bisa jadi cewek rakus tanpa harus jaim, pikir Lala dalam hati.
Malam pun tiba Lala sudah siap untuk pergi bersama mama dan papanya.
Sesampainya di sana Lala hanya berkeliling sendirian, tiba-tiba kakinya tersandung tapi tiba-tiba ada yang menarik tangannya. ”aduh thanks banget ya” Lala mengucapkan terima kasihnya sambil merapikan bajunya. ”eh lala” kata orang itu. ”eh Alfi, lo datang ke sini juga?” tanya Lala yang kaget melihat Alfi.
”iya, ini party-nya temen kantor bokap gue.” kata Alfi sambil mengambil makanan.
”lho, berarti bokap kita satu kantor dong.” kata Lala sambil menikmati supnya.
”kelihatannya lo nikmat banget makan supnya. Supnya enak ya?” tanya Alfi.
Huuh sial, batin Lala. Maksud hati mau makan sepuasnya eh malah ada si Alfi. Mudah-mudahan dia gak ilfeel sama gue.
”Supnya enak kok. Lo belum ngambil?” tanya Lala.
”belum, gue baru datang. Tapi pengennya makan semua makanan yang ada mumpung ada kesempatan” kata Alfi sambil tertawa ringan.
”eh aku boleh minta nomor HP kamu gak?” tanya Alfi.
”boleh” Lala lalu menyebutkan nomor Hpnya.
Malam itu menjadi malam yang seru buat Lala karena dia jadi punya teman untuk berkeliling mencicipi segala hidangan yang ada sambil ngobrol.
”ternyata kamu disini La” tiba-tiba terdengar suara mama ”yuk pulang”
”okke ma, kenalin dulu ini Alfi anak baru di sekolah Lala, ternyata papanya Alfi sekantor sama papa” kata Lala sambil mengenalkan Alfi ke mamanya.
Lala dan mamanya pun menuju ke papanya yang sudah menunggu di mobil.
Huuh ternyata ceroboh gue gak selalu bikin sial, coba aja gue gak ceroboh dan gak lupa disconnect koneksi internet pasti gue gak bakal di hukum terus pasti gue gak bakal ikut mama ke sini dan gak bakal bisa ngobrol dan jadi deket sama Alfi. Makasih ya sifat ceroboh. Kata Lala dalam hati sambil senyum-senyum di dalam mobil.