Rabu, 25 Januari 2012

Untuk yang Terindah by Krisna

Awan hitam menggantung di langit pada pertengahan bulan desember ini. Angin dingin menelusup ke seragam sekolah yang aku pakai. Aku berjalan menelusuri kelas – kelas yang hiruk pikuk dipenuhi oleh ocehan anak – anak SMA.
Beberapa anak tersenyum mengusik kebisuan hati tatkala aku melewati kelas mereka. “Hai, selamat pagi”,kataku pada mereka sambil terus melangkahkan kaki. Tujuanku ialah kelas paling sudut yang pada pintunya tertulis Kelas III A.
Sampai dikelas kuletakkan tas setengah melempar lalu melihat ke sekeliling. Teman – teman sudah banyak yang datang. Ya, seperti biasa ada yang ngerumpi, kejar – kejaran (mungkin gak sempat jogging kale!). Memang kelas kami sudah terkenal hiper aktif dan kelebihan energi apalagi kalau tidak ada guru di kelas.Pokoknya ribut deh.
“Hoi, ada orang gak” Syam berteriak ke telingaku. Aku bengong dan buat dia prihatin lihat tampangku yang sedikit kusut. Syam adalah kawan satu meja denganku. Orangnya memang suka bercanda tapi baik dan suka menolong orang lain.
“Oh,iya ada apa ?” kataku. “Loh, kok tanya lagi”, katanya setengah berbisik “jadi gak nembak Dyta”.
Aku diam. Teringat saat pertama kali ketemu dara manis yang namanya Dyta. Cewek yang ketemu waktu daftar ulang masuk SMA tiga tahun yang lalu. Wajah melankolisnya punya tempat tersendiri dalam hatiku.
Pada saat itu kami berkenalan dan berlanjut menjadi teman baik sampai saat ini. Kami sering jalan berdua dan bercerita tentang pengalaman kami masing – masing. Tak kusadari kalau aku ternyata suka sama dia. Tapi aku hanya bisa menyimpannya dalam hati saja.
Dan memang aku berencana nembak dia untuk jadi pacarku. “Hah, mulai lagi nih, bengong melulu !”,kata Syam sembari mendorongku.
“Indra, kamu itu harus cepat – cepat nembak dia. Kalau tidak nanti disambar orang, tahu rasa !” komentarnya.
“Iya, tapi bagaimana caranya ?”, tanyaku. “Sudah tenang saja”,katanya “Aku dengar dari temannya Dyta suka ditembak melalui
surat”.
Ehem, jadi begitu, pikirku. “Bagus juga kalau gitu. Tapi Aku gak tahu nulis
surat cinta. Eh, Kau bisa bantu aku
kan”, kataku sambil sedikit memaksa.
“Iya, tapi pulang sekolah nanti”, katanya “ itupun, kalau ada Jus alpukat yang gratisan, hehehe”. Syam mencubitku.
Keberuntungan berpihak bagi kami. Mata pelajaran kimia yang terakhir tidak masuk karena ada rapat guru. Jadi, cepat pulang, hehehe.
Awalnya, sulit menulis kata – kata dalam
surat cinta. Apalagi lihat Syam mondar – mandir sambil mendikte kayak guru TK saja. Syam layaknya pujangga kondang lagi puisi nich. Sudah habis 10 lembar kertas terkoyak karena salah isi suratnya. “Gak romantis banget!”, kata Syam. Usaha dan kerja keras kami berdua pun selesai.
Nah,
surat cintaku sudah selesai diatas kertas terbaik yang kumiliki (dimodif sedikit oleh Syam) dan kutaruh dalam amplop spesial. Kami sepakat letakkan
surat itu di laci meja Dyta yang kelasnya tidak begitu jauh kelasku.Dan kami pun pulang setelah menutup pintu kelas itu.
Hatiku jadi lega. Cuma sedikit takut kalau
surat itu jatuh ke tangan orang lain. Rasanya waktu lama sekali berlalu.
Hari kamis yang kunantikan datang juga.Aku cepat pergi ke sekolah. Aku lihat
di kelas Dyta sudah ada siswa yang datang. Selang waktu 10 menit sebelum apel pagi kulihat kelasnya ribut karena ada siswa yang melihat
surat itu lalu memberikannya pada Dyta. Semua temannya ingin baca
surat itu. Aku dan Syam jadi lega melihat dia memasukkan
surat itu ke kantung.
Jam istirahat aku dengar dari teman kalau Dyta panggil Riko tentang isi
surat itu. Dia pikir
surat itu dari Riko.
“Busyeeet,pantas saja ! soalnya kita kan lupa buat namamu,ndra”, kata Syam sambil mengingat isi
surat itu. Aku bingung dan dadaku galau ingin rasanya berteriak keras bahwa akulah yang nulis
surat itu.
Riko, cowok yang aku tahu suka sama Dyta dan sering pasang aksi kalau lagi ada Dyta. Riko mengaku kalau dialah yang menulis
surat itu.Seminggu kemudian aku dengar mereka sudah jadian. “Biar aku saja yang beri tahu Dyta kalau kamulah yang nulis
surat itu,Ndra”,kata Syam.
“Jangan biar saja nanti gak enak sama orang – orang”,pintaku “Tenang saja aku gak apa apa kok”.Aku pernah ditelpon Dyta. Dia mengajak ketemuan tapi aku menolak karena lagi asyik mengerjakan tugas. “Ndra, kamu tahu
kan aku baru jadian sama Riko”,katanya lewat telpon “aku senang sekali. Dia nembak aku pakai

surat, romantis banget!”. Jiwaku bergelora ingin berteriak tapi aku menahannya. Kujauhkan gagang telpon saat dia berbicara mencoba untuk menutup diri dari kenyataan ini. Setelah hari itu, Dyta jadi berubah.
Kami tidak pernah lagi jalan bareng seperti dulu. Dan aku menghabiskan waktu dengan tugas – tugas sekolah yang menumpuk. Di sekolah aku selalu ingin menyendiri dan memang aku telah jauh terhanyut olehnya. Waktu ternyata cepat berlalu.
13 Mei 2007. Sekolah kami buat acara perpisahan untuk anak – anak kelas III yang sebentar lagi akan ujian nasional.Aku sama sekali tidak tertarik untuk melihat acara perpisahan itu.Tapi karena Syam mengajakku, jadilah aku ada sana.Aku melihat Dyta memakai baju warna hitam dengan celana jeans panjang.
Aku tahu dia dan teman – temannya jadi pengisi acara perpisahan.Syam yang juga melihatnya menyeretku ke tempat Dyta berkumpul dengan teman – temannya. “Hai, Indra, apa kabar?”, tanya Dyta “sudah lama kita gak ketemu ,ya”.
“Oh, aku baik – baik saja”, kataku. “Sebenarnya aku ingin bicara sesuatu sama kamu tapi tunggu setelah kami tampil, bisa
kan ?” kata Dyta. “ Bisa, aku tunggu di depan aula, ya”, jawabku.“Eits, ada apa nih ?”, celoteh Syam sambil menyikut perutku.
Setelah menungggu beberapa menit di depan aula sekolah. Dyta mengajakku ke kantin sekolah. Cuma ada beberapa anak yang berada di kantin itu. Mungkin yang lainnya lagi asyik lihat acara perpisahan. Kami duduk di meja yang berdekatan dengan dinding kantin itu.
“Bagaimana penampilan tari kami tadi”, Dyta memulai pembicaraan. “Bagus, bisa untuk nampil di istana negara” kataku sambil tertawa. Suasana akrab cepat sekali muncul saat itu. “Kemarin aku dan Riko baru saja putus” kata Dyta. Keadaan jadi hening sesaat.
“Riko ternyata sudah punya pacar sebelumnya.Dan
surat cinta itu bukan dia yang buat”,lanjutnya. Wajahku jadi pucat pasi, aku tahu itu walaupun tanpa bercermin. “Dan sebenarnya aku suka kamu, Indra” katanya lagi “meskipun
surat itu dia yang buat atau tidak”. Aku hanya diam mendengarnya.
“Tapi Aku tahu kok kalau kamu hanya menganggap Aku sebagai teman saja”, kata Dyta. Aku jadi terharu. “Dyta, apa kamu tidak tahu siapa yang nulis
surat itu ?”, tanyaku.
“Eem, tidak !”,katanya “kamu tahu ?”.
“Iya, aku sebenarnya yang nulis
surat itu”, jawabku. Kulihat air mata mulai membendung di kelopak matanya. “Kenapa tidak kamu bilang waktu itu ?”,katanya sambil mencoba menahan tangisnya. Aku jadi repot untuk menenangkannya.
Siswa yang juga berada di kantin melihat kejadian itu. “Dyta aku minta maaf soal itu”,kataku pelan “aku gak ingin merusak kebahagiaan kamu waktu itu”.
“Jadi, aku sudah tahu sekarang”, kata Dyta “apa kamu tidak cinta lagi padaku ?”. Aku diam. “Jawab, Ndra”, pintanya.
“Tidak”, kataku “sekarang aku ingin mewujudkan cita – cita dan impian orang tuaku”.
“Aku punya tanggung jawab yang besar sekarang ini”, lanjutku “maafkan Aku”. Kami saling pandang, kurasakan ada getaran aneh yang mengharuskan aku memeluknya. “Aku harus pergi setelah lulus UN ini”,kataku sambil mendekapnya.
Hari itu, aku merasa senang bercampur sedih. Senang, karena Dyta sudah tahu bahwa aku mencintainya dengan setulus hatiku. Sedih, karena harus meninggalkannya dan semua kenangan indah selama ini.
Memang sulit untuk melupakan semua kenangan indah itu. Tetapi, satu hal yang kutahu pasti yaitu cinta kita tetap ada walau kita tidak saling memiliki.
Kusampaikan cinta ini lewat angin malam hanya untukmu dan namamu satu yang terindah dalam hati ini.
Sepintas aku berpikir bahwa mungkin dia memang untuk orang lain, dan aku mungkin dapat yang lebih baik dari dirinya itu. Dan aku berpikir bahwa kita jangan terlalu memikit\rkan yang sudah-sudah.
Dia adalah sahabat kusekarang dan tak lebih dari itu aku menganggapnya. Aku senang jikalau memang dia senang aku bahagia jika memang dia bahagia.

AKU MULAI MENGETAHUI HIDUP INI, BAHWA KITA HANYA MAHLUK CIPTAAN TUHAN APA YANG DIBERIKAN UNTUK KITA ADALAH YANG TERBAIK UNTUK HIDUP KITA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar