Rabu, 25 Januari 2012

Master Fighter dari Kanto by M Diyan Taufik

Dahulu di daerah Hokaido, Jepang. Hiduplah pemuda yang bernama Lei Wulong. Dia tinggal bersama kakeknya sendirian. Ibu dan Ayahnya telah tiada semenjak ia masih kecil. Orang tuanya di bunuh oleh Heihachi.Heihachi adalah seorang Master fighter yang sangat amat kejam. Hingga ia di takuti oleh semua warga Jepang dan menerornya. Lei dari kecil dia adalah anak penurut penyabar dan kuat seperti kakeknya. Kakek dari Lei adalah mantan seorang master fighter yang hebat. Setelah dari kepergian anak dan menantunya. Kakek Lei mengajarkan ilmu - ilmu pertarungan yang sangat hebat kepadanya. Suatu hari,Lei berjalan - jalan di tengah kota Hokaido, dia menusuri gang - gang kecil, untuk membeli lauk - pauk pesanan kakeknya. Tiba - tiba dia melihat anak laki - laki sebaya dengannya, anak tersebut berada di belakang tembok rumah. Anak tersebut sedang kelaparan,memegang perutnya dengan kedua tangannya.Lei menghampiri anak tersebut. ''Hai,'' Lei menyapa. ''Hei,'' anak itu menjawab dengan wajah yang murung. ''Kenapa kamu memegang perutmu?'' Lei bertanya. ''Aku sedang kelaparan, Aku sudah dua hari tidak makan apa - apa, Aku tidak punya tempat tinggal dan Aku hidup sebatang kara,'' anak tersebut menjawab. ''Hmm,bagaimana kalau kamu tinggal bersama aku dan kakekku?'' Lei berkata. ''Apa aku tidak merepotkan kamu?'' anak itu menjawab. ''Tidak apa - apa, lagi pula aku dan kakekku hanya hidup berdua. Bagaimana kalau kamu hidup dan menjadi bagian dari keluarga kami?'' Lei berkata. ''Apakah kamu sungguh - sungguh?'' anak itu menjawab dengan wajah yang gembira. ''Sudah,ayo kita ke rumah aku.'' Lei mengajak pemuda tersebut. Mereka berjalan menuju rumah Lei. ''Ngomong - ngomong siapa nama kamu?'' Lei bertanya saat berjalan kepada pemuda yang sebaya dengannya itu. ''Nama saya Hwoarang, saya keturunan korea, tetapi di besarkan di jepang'',Hwoarang menjawab. ''Nama saya Lei Wulong, saya sebenarnya keturunan Cina, tetapi saya lahir di Jepang, ibu saya berasal dari Jepang dan ayahku berasal dari Cina.'' Lei memperkenalkan dirinya sendiri. ''Hmm,kenapa kamu keturunan Korea?'' Lei bertanya kembali. ''Kakek,nenek dan ibuku berasal dari Korea, tetapi ayahku berasal dari Jepang. Kakek, nenek dan ibuku tidak punya apa - apa, semenjak kota mereka di serang oleh pasukan Heihachi. Ibuku bertemu dengan ayahku di tempat perkebunan milik kakekku setelah setahun semenjak penyerangan pasukan Heihachi. Ayahku saat itu sedang meneliti tumbu - tumbuhan yang hidup di perkebunan itu. Dan akhirnya ibu dan ayahku menikah. Mereka memutuskan untuk menetap dan tinggal di Jepang.'' Hwoarang menjelaskan dengan panjang lebar. ''Mengapa kamu tinggal sebatang kara?'' Lei bertanya dengan wajah penuh penesaran. ''Hmm,kejadian itu terjadi lagi setelah kami hidup di Jepang selama empat tahun, Master Heihachi menyerang desa kami lagi. Dia membantai dan membakar habis rumah penduduk desa kami. Kakek, nenek dan ibuku serta ayahku, mereka telah di bunuh oleh mereka!'' Hwoarang menjelaskan dengan air mata bercucuran. Dan mereka berbincang - bincang lagi sambil meneruskan perjalanan mereka menuju rumah Lei. Setiba di rumah Lei, kakeknya bertanya ''siapa itu Lei?'', kakek Lei bertanya. ''Ini teman saya kek namanya Hwoarang'' Lei memperkenalkan kepada kakeknya. ''Nama saya Hwoarang kek'' Hwoarang sambil menjabat tangan kakek. ''Kek, Hwoarang tidak punya rumah dan hidup sebatang kara, bolehkah Hwoarang tinggal di sini?'' Lei bertanya kepada kakek. ''Boleh'', kakek menjawab dengan halus. ''Benar kek?'' wajah Hwoarang sangat bahagia saat mendengar itu. ''Sekarang kalian berdua makan malam dulu'', besok kita akan latihan. ''Latihan apa Lei?'' Hwoarang bertanya kepada Lei secara berbisik. ''Kita akan berlatih bela diri'', Lei menjawab. ''Untuk apa kita latihan bela diri?'' Hwoarang kembali bertanya kepada Lei. ''Untuk menjaga serbuan tentara dari master Heihachi'', Lei menjawab dengan tegas. ''Benar, orang tua aku telah di bunuh oleh tentaranya dan membakar semua rumah warga di desaku. Setelah kejadian itu aku sudah tidak punya keluarga lagi'', Hwoarang menceritakan sambil menundukkan kepalanya. ''Sebaiknya kali berdua tidur'', kakek Lei berkata. ''Baik lah kek'', mereka berdua menjawab. Keesokan harinya,kakek sudah terjaga. Kakek membangunkan Lei dan Hwoarang. ''Hei, kalian cepat bangun!'' Kakek membangunkan mereka. ''Iya kek'' mereka menjawab dengan setengah nyawa .Tiba - tiba mereka tertidur lagi. ''Kalian berdua cepat bangun, atau kusiram kalian dengan air dingin!'' kakek berkata dengan penuh kesal. ''Siap kek!'', Lei dan Hwoarang menjawab dengan suara lantang. ''Kalian masih muda, tapi sudah loyo. Semangat lah!'' kakek berkata. ''Iya kek!'' Lei menjawab. ''Kamu sih Lei bergadang sampai tengah malam'' Hwoarang berkata kepada Lei. ''Lagi pula kamu juga mau kan?'' Lei berkata kepada Hwoarang. ''Ya sudahlah ayo kita berlatih'' Lei berdiri dan keluar dari kamar. ''Ayo siapkan kuda - kuda!'' kakek sedang posisi kuda - kuda. Akhirnya mereka berlatih dengan keras. Mereka di latih oleh sang kakek mantan dari Master Fighter untuk menjadi petarung yang handal. Mereka di latih tanpa henti setiap hari oleh kakek. Mulai dari latihan ringan hingga berat. Mereka tidak kenal lelah, semangat. Karena mereka juga ingin seperti kakeknya yang hebat itu. Seiring waktu berjalan, akhirnya mereka berdua sudah menjadi pria dewasa yang tangguh, tidak takut apapun dan melawan untuk membela rakyat yang ada di desanya. ''Tak terasa,kakek sudah membimbing kalian sampai seperti ini. Sudah sepuluh tahun kakek mengajari jurus - jurus pamungkas kakek'', kakek berkata kepada Lei dan Hwoarang dengan penuh rasa bangga. ''Kami berdua hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada kakek'', Lei berkata dengan penuh rasa terima kasih kepada sang kakek yang telah mendidiknya. ''Saya juga kek, terima kasih atas semua yang telah di berikan kepada kakek, sudah mengajari semua tentang jurus - jurus yang telah di ajarkan oleh kakek dan mau menerima saya menjadi bagian dari keluarga ini kek, saya tidak bisa membalas jasa - jasa kakek. Saya hanya bisa membalas jasa - jasa kakek dengan hanya mengucapkan terima kasih'', Hwoarang berkata sambil mengucurkan air mata karena jasa kakek tidak bisa di balas olehnya. ''Sama - sama, kakek juga hanya bisa berkata itu saja'', kakek berkata dengan seadanya. ''Aku dengar kek, Master Heihachi mengadakan Master Fighter Tournament dalam waktu kurang lebih satu bulan ini kek?'' Lei berkata kepada kakek. ''Apakah kalian masih merasakan dendam apa yang telah dibuat oleh master Heihachi?'' kakek bertanya dengan penuh emosi. ''Masih kek, kami masih menyimpan rasa dendam kepada master Heihachi kek!'' Lei dan Hwoarang berkata dengan emosi yang meledak bagaikan gunung api yang mengeluarkan magmanya. ''Balaslah jasa - jasa kakek dengan membunuhnya!'' Kakek memerintahkan kedua putra didiknya itu. ''Baik kek!'' Lei dan Hwoarang menjawab dengan tegas. Keesokan harinya mereka berdua berjalan - jalan di tengah kota Hokaido. Hwoarang teringat saat pertama kali ia berjumpa dengan Lei. ''Apa kau masih ingat Lei?'' Hwoarang bertanya kepada Lei. ''Apa?'' Lei bertanya bertanya kepada Hwoarang dengan wajah yang penasaran. ''Saat pertama kali kita bertemu'', Hwoarang menjelaskan kepada Lei. ''Tentu, aku masih ingat'', Lei menjawab dengan nada tenang. ''Tidak terasa kejadian itu sudah sepuluh tahun kita lalui'', Hwoarang sambil melihat tempat pertama kali ia bertemu dengan Lei. ''Waktu itu kau terlihat kurus sekali rang, sampai - sampai bentuk tulang yang di dada kamu kelihatan'', Lei tertawa saat menceritakan itu. ''Enak saja kamu, lihat sekarang dada dan perutku,sudah terbentuk kan?'', Hwoarang memperlihatkan perut yang sudah terbentuk dengan bangga. ''Iya - iya aku juga kan?'', Lei membandingkan dengan Hwoarang. Mereka berjalan - jalan menuju hutan - hutan sambil bernostalgia dan menghirup udara yang segar.Saat Lei dan Hwoarang sedang menuju desa, tiba - tiba terlihatlah kobaran api yang sangat besar. Mereka langsung mengambil langkah seribu menuju desa mereka. Ternyata ada pasukan Heihachi yang sedang membakar rumah - rumah penduduk desa. Mereka berdua langsung menghajar semua pasukan Heihachi. Setelah mereka menghajar semua pasukan Heihachi, Lei dan Hwoarang langsung ke rumah mereka. Lei dan Hwoarang melihat sesosok tubuh mayat yang terbujur kaku yang di tusuk dadanya dengan sebilah pedang. Dan ternyata itu adalah mayat sang kakek. Lei dan Hwoarang langsung mengeluarkan air mata dan menjerit dengan histeris. Mereka tidak menyangka kalau di pagi hari tadi, Lei dan Hwoarang melihat sang kakek untuk terakhir kalinya. ''Jika saja aku tidak pergi, aku akan menjaga kakek sampai titik darah penghabisan!'' Lei berteriak dengan sangat histeris dan memegang tangan sang kakek. ''Sudah lah Lei, ikhlaskan saja kakekmu'',Hwoarang berkata kepada Lei. ''Apa kau tahu rasa sakit hati seseorang yang ditinggal orang yang dihormati, disayangi dan dicintai?!'' Lei berkata kepada Hwoarang dengan penuh rasa emosi yang sangat besar dan tidak mempikirkan apa yang telah ia katakan. ''Apa tadi kamu bilang?'' Hwoarang bertanya kepada Lei dan mengepal tangannya. ''Tidak tahu apa rasa hati seseorang yang telah di tinggal orang yang dicintainya! Dengar kamu!'' Lei menjawab pertanyaan Hwoarang dengan mata yang melotot. Hwoarang langsung memukul perut dan pipinya Lei. ''Bhuk'' terdengar pukulan yang sangat keras terdengar dua kali. ''Aagghh'' terdengar suara Lei mengeluarkan darah dari mulutnya. ''Apa yang telah kamu lakukan Hwoarang? Apa yang telah kamu lakukan dengan orang yang telah mengajakmu kesini?'' Lei bertanya kepada Hwoarang dengan mengusap darah yang berada di mulutnya. Hwoarang belum memberikan maksud dan penjelasan mengapa dia memukul Lei. Lei langsung membalas pukulan Hwoarang. Tetapi serangan itu telah di tangkis oleh Hwoarang dengan sempurna. ''Apa yang telah kau lakukan Hwoarang?!'' Lei mencoba untuk memukul Hwoarang. Tetap saja pukulan Lei tidak terkena Hwoarang sedikit pun. Sampai Lei jatuh tersungkur tidak berdaya lagi untuk membangunkan badanya. ''Kamu mau tahu alasan mengapa aku memukulmu?'' Hwoarang melihat Lei yang sudah tak berdaya lagi. ''Apa itu Hwoarang?'' Lei bertanya kepada Hwoarang dengan nafas terengah - engah. ''Karena kita juga mengalami hal yang sama. Seenaknya saja kamu berbicara seperti itu kepadaku?'',Hwoarang membalikkan tubuhnya. ''Maafkanlah aku sobat, aku telah menyakiti perasaanmu. Aku tadi tidak bisa mengendalikan emosi aku'', Lei menjelaskan dengan rasa penuh sesal tetapi sebelum itu suasana tersebut hening sebentar dan Lei memikirkanya sejenak. ''Tak apa lah, aku paham betul perasaan yang telah kamu alami'',Hwoarang berkata sambil ia duduk di sebelah Lei. Mereka menjabatkan tangannya, dan Hwoarang memaafkan apa yang telah diperbuat oleh Lei. Setelah mereka berjabat tangan, mereka langsung berkemas - kemas untuk berjalan untuk meninggalkan desa mereka yang telah hangus terbakar oleh para tentara - tantara Master Heihachi. Keesokan harinya di suasana embunnya di pagi hari, Lei dan Hwoarang berangkat menuju tempat yang aman dan tidak ada penduduknya sama sekali. Mereka kembali berlatih lagi dengan jurus - jurus yang telah di ajarkan oleh sang kakek.Setelah tiga minggu mereka berlatih dengan sangat keras. Mereka pergi ke kota Tokyo, tempat kerajaan Master Heihachi. Mereka memasuki gerbang dari kerajaan itu. Gerbang itu sangatlah besar dan di lapisi emas murni. Mereka berdua mendaftar sebagai petarung Master Fighter.Mereka hanya mempunyai waktu kurang dari seminggu, untuk berlatih kembali agar mereka tetap menjaga kebugarannya untuk bertarung melawan petarung - petarung di seluruh kota Jepang. Dari awal hingga akhir, mereka berdua hanya punya satu tujuan. Tujuan itu adalah hanya membunuh Master Heihachi. Jadi mereka tidak tergiur dengan sayembara yang diadakan oleh Master Heihachi. Hadiah dari sayembara itu sendiri adalah sebuah harta karun emas yang sangat banyak. Bila salah satu petarung yang berani menantang Master Heihachi untuk bertarung, dan dapat mengalahkannya bahkan membunuhnya. Petarung yang menantang Master Heihachi tersebut akan mendapatkan semua harta, kerajaannya tahtanya bahkan semua kekuasaan wilayah yang dia miliki. Tetapi itu adalah pertarungan yang sangat berat. Sampai sekarang pun masih belum ada yang dapat mengalahkan sang Master Heihachi. Akhirnya, waktu yang di tunggu oleh Lei dan Hwoarang pun tiba. ''Para petarung di harapkan berbaris di depan singgah sana sang master'', asisten Master berkata kepada semua petarung. Semua petarung datang dan berbaris di depan kursi kerajaan sang master. Lalu sang Master pun datang. ''Semua di harapkan menunduk'' asisten master berkata kembali. Semua petarung pun menunduk dan memberi hormat kepada sang Master Heihachi. ''Cih, buat apa kita memberi hormat kepada orang yang telah membunuh banyak orang dan membunuh kakekku dan keluarga kamu?'' Lei berbisik kepada Hwoarang. ''Lihat saja nanti Lei, nanti kita akan membunuh dia dan memenggal kepalanya!'' Hwoarang berkata kepada Lei dengan penuh amarah dan emosi yang sangat besar. ''Ini adalah pertarungan yang ke-sembilan puluh sembilan, semenjak tiga puluh yang lalu. Saya sudah berkuasa sebgai master selama tiga pulun tahun yang lalu. Semenjak saya mengalahkan musuh bebuyutan saya yang sebelumnya berkuasa sebagai Master sebelumya. Dia adalah Master Kazuya'', Master Heihachi berkata kepada semua petarung yang ada di depannya. Yang dimaksud Master Kazuya adalah kakeknya Lei. Beliau adalah Master sebelumnya. Tetapi beliau dapat melarikan diri sebelum dapat di bunuh oleh Master Heihachi. Beliau melarikan diri dan menuju desanya di Kanto. Beliau hidup dengan istrinya. Istrinya adalah neneknya Lei. Beliau beserta istrinya dikaruniai seorang anak gadis. Anak gadis tersebut menikah dengan ayah Lei. Saat umur Lei tiga tahun. Master Heihachi menemukan tempat tinggal kakek Kazuya, dan menyerbu desanya di Kanto. Saat penyerbuan berlangsung kakek Kazuya sedang berlatih dengan cucunya, Lei.Mereka berlatih di atas gunung.Tetapi orang tua Lei dan neneknya di bunuh oleh pasukan Master Heihachi. Kakek Kazuya melihat desanya telah di bakar. Tetapi beliau melihat Master Heihachi. Jadi kakek Kazuya memutuskan untuk bersembunyi di atas gunung dan menutup mata Lei. Supaya Lei tidak melihat betapa sadisnya para tentara Master Heihachi membunuh semua warga di desanya termasuk orangtua Lei dan neneknya. ''Kenapa kek,mata aku kok di tutup?'' Lei bertanya kepada kakeknya. ''Tidak ada apa - apa nak'', kakek Kazuya berbohong kepada Lei. ''Ayo kita bermalam di sini'' kakek Kazuya berkata. ''Baiklah kek'',Lei menjawab dengan lugunya. Keesokan harinya beliau melihat semua mayat yang tergeletak. Tetapi saat itu Lei masih tertidur. Kakek Kazuya berangkat dan meninggalkan desa. Beliau memutuskan untuk berpulang di desanya yaitu, Hokaido. ''Dimana kita kek?'' Lei bertanya kepada kakek Kazuya. ''Kita ke desa kakek, yaitu desa Hokaido'', Kakek Kazuya menjawab. ''Dimana ibu ayah dan nenek kek?'' Lei bertanya kepada kakek. ''Ayah ibu dan nenek sudah pergi nak'' Kakek menjelaskan. ''Kemana kek?'' Lei bertanya lagi. ''Ke luar negri dan tidak akan kembali lagi nak'', Kakek menjelaskan kepada Lei dengan air mata membasahi pipinya. Lei tahu bahwa orangtuanya dan neneknya dibunuh saat ia berumur delapan tahun. Lei mempunyai rasa dendam dan minta sang kakek untuk di ajari bertarung. ''Petarung pertama yaitu Hwoarang melawan Marshal Law'' asisten sang Master berkata. ''Petarung di mohon berdiri dan maju ke tempat arena pertarungan'', asisten Master berkata. Hwoarang dan musuhnya berjalan menuju ke depan arena pertarungan. Mereka menunduk untuk menghormati lawannya. ''Teng!'', bunyi bel bertanda pertarungan di mulai. Hwoarang mengambil kuda - kuda begitu pula dengan lawannya. Lawannya langsung memukul Hwoarang, tetapi di tangkisnya dengan sempurna. Hwoarang mengambil ancang - ancang dan memukulnya dengan sangat keras, hingga lawannya jatuh tak berdaya. ''Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepu...'',wasit menghitung mundur. Sebelum wasit menghitung hingga ke sepuluh, pertandingan belum di tentukan berakhir .Tiba - tiba lawannya bangkit dan membuat serangan balik kepada Hwoarang. Ternyata pukulan lawan tersebut mengenai Hwoarang. Hwoarang merasa kesakitan. Tetapi pukulan yang kedua dapat di tangkis kembali oleh Hwoarang, dan membanting lawannya dengan sangat keras.Hingga lawannya tersebut tidak dapat bangun kembali. ''Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan,s epuluh'',wasit menghitung mundur. ''Dan pemenangnya adalah Hwoarang!'' juri pertandingan menyatakan kemenangannya. ''Tidak aku duga ternyata lawannya semudah ini Lei'', Hwoarang berkata kepada Lei dengan santai. ''Jangan tertipu karena kamu sudah menang dengan mudah. Masih banyak lawan yang berat'' Lei memberi saran kepada Hwoarang. ''Lihat saja nanti'', Hwoarang berkata dengan santainya. ''Baiklah, petarung berikutnya adalah Omura dengan Kasegawa'',asisten Master berbicara. Menit demi menit, jam demi jam berlalu, Lei menunggu giliran untuk maju ke arena pertarungan. Tetapi urutan pertarungan tidak menyebut namanya dan pertarungan di teruskan keesokan harinya. “Kamu sudah sarapan pagi Lei?” Hwoarang bertanya kepada Lei. “Sudah” Lei menjawab dengan santai. “Mengapa wajahmu pucat?” Hwoarang bertanya kepada Lei. “Memangnya wajah aku kenapa?” Lei bertanya dengan heran. “Tadi malam kamu tidur jam berapa?” Hwoarang bertanya. “Tengah malam aku tidurnya. Aku berlatih tadi malam” Lei menjawab “Apa kamu siap untuk pertarungan kamu?” Hwoarang bertanya kepada Lei. “Siap” Lei menjawab dengan mantap. Di siang harinya, pertarungan tersebut di adakan kembali. Tepatnya pada pukul 12.23. Semua petarung sudah melakukan pemanasan. “Nueno melawan Sasuke” asisten Master membacakan urutan pertarungan tersebut. “Petarung di harapkan berdiri, dan memasuki arena petarungan” wasit berkata. “Teng!” bunyi bel berbunyi. Petarungan yang sangat hebat itu cukup memakan waktu yang lama. Hingga pada akhirnya pemenangnya adalah Nueno. “Petarung selanjutnya, Sasuke melawan Tamamo” asisten Master membacakan. “Cih, kapan aku di panggi untuk bertarung. Aku sudah tidak sabar untuk menghajar semua orang yang ada di sini” Lei menggerutu dengan kesalnya. “Sabar Lei, mungkin setelah ini kamu dipanggil Lei” Hwoarang menjawab dengan santainya. “Baiklah” Lei menunggu dengan sabar. Petarungan tersebut di menangkan oleh Sasuke. Satu demi satu, sudah banyak petarung yang kalah. Bahkan ada yang sudah mati karena brutalnya petarungan tersebut. “Petarung selanjutnya, Lei melawan Kogoro” asisten Master berkata. “Akhirnya, dipanggil juga” Lei berkata sambil maju ke atas arena petarungan. “Sudah kubilang kan Lei, setelah ini pasti kamu di panggil” Hwoarang berkata di dalam hati. “Semoga berhasil ya Lei” Hwoarang berteriak kepada Lei. “Iya” Lei maju dengan percaya diri. “Besar juga badan lawanku ini” Lei berkata kepada hatinya. “Teng” bunyi bel pertarungan. Lei memejamkankan kedua matanya sambil melaukan kuda – kuda. Ia memikirkan apa yang tehnik yang seharusnya ia lakukan, jika ia mwmpunyai musuh yang badannya besar. Tertangkap pikiran jurus yang telah di ajarkan kakek Kazuya. Lei tahu bahwa, badan yang sangat besar. Hanya mempunyai serangan yang sangat besar tetapi tidak mempunyai kecepatan yang sangat hebat. Lei mengulur – ulur waktu, untuk menambahkan kelelahan kepada lawannya tersebut. Lei selalu menhindar jika lawannya terus menyerang. Hingga ia dapat menangkis serangan lawan tersebut karena kelelahan. Seketika itu, Lei langsung menghajar dengan sangat keras kepadanya. Hingga lawannya tersebut jatuh tak berdaya karena badan lawan tersebut sudah melemah karena kecapean dan langsung di hajar keras oleh Lei. “satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh!” wasit menghiting mundur dan mengangkat tangan kanannya Lei. Pemenang dinyatakan kepada Lei oleh juri – juri tersebut. “Hebat juga kamu Lei” Hwoarang berkata kepada Lei dengan bangga. “Tidak juga ah” Lei merendahkan hatinya. Akhirnya Lei dan Hwoarang memasuki babak final. Master Heihachi mau mengadakan ronde tambahan. Ronde tersebut harus team lawan team. Satu team terdiri dari dua orang. Lei dan Hwoarang menjadi satu team dan melawan musuh – musuhnya yang lain. Master heihachi mengusulkan kebijakan tersebut karena dia menganggap pertarungan ini dianggap lama. Setelah keputusan di tetapkan oleh sang Master Heihachi dan para juri – juri pertarungan. Pengulangan urutan pertarungan ini pun di ulang kembali untuk memasuki ronde team. Setelah menunggu setengah jam. Para juri – juri pertarungan sudah mempersiapkan kembali urutan pertarungan tersebut. “Ronde pertama dalam ronde team adalah, Lei dan Hwoarang melawan Sasuke dan Nueno” asisten Master membacakan urutan tersebut. “Ayo, Lei kita maju. Kita akan menghabisi mereka” Hwoarang berkata kepada Lei dengan penuh rasa pecaya diri. “Baiklah, tapi ingat. Kita harus kompak dalam ronde team ini” Lei mengingatkan kepada Hwoarang. “Iya – iya” Hwoarang berkata dengan penuh rasa percaya diri. Hwoarang dan Lei sudah berada di atas arena. Mereka sudah bersiap – siap untuk menyambut kedua musuhnya tersebut. Musuhnya, Sasuke dan Nueno. Menuju ke arena pertarungan “Teng” bunyi lonceng pertarungan akan di mulai. Lei dan Hwoarang sudah mengambil kuda – kuda, dan memperkirakan dan memperhitungkan. Gerakan – gerakan mereka itu. Sasuke menyerang Lei dan Nueno menyerang Hwoarang. Mereka berdua adalah musuh yang cukup tangguh. Hwoarang berhasil menangkis serangan dari Nueno. Tetapi Lei tidak bisa menangkis serangan yang di keluarkan oleh sasuke. Hwoarang melindungi Lei dan menyerang kembali Sasuke. Dengan tendangan kerasnya, tetapi sayangnya. Tendangan itu meleset. Sasuke langsung mengambil kakinya si Hwoarang dan langsung membanting Hwoarang dengan 180 derajat. “Arrrggghhhh……..” Hwoarang menggeram kesakitan. “Bangun kau Hwoarang! Kita tidak mungkin kalah” teriak Lei. Hwoarang bangun danlangsung membalas serangan tersebut. Tetapi di tangkis lah tangan si Hwoarang. Itu hanya sebuah umpan dari Hwoarang. Lei langsung datang dan menendang Sasuke dengan keras, hingga ia dapat di jatuh kan. Nueno tidak diam saja. Nueno langsung menyerang Lei, dan di tangkislah serangan ia tersebut. Hwoarang datang dan langsung menyerang Nueno. Hwoarang langsung menendang perut Nueno. Sampai ia jatuh. Hwoarang langsung memukul Sasuke dan Lei menghajar Nueno. Sampai mereka berdua tidak bisa bangun lagi. Wasit menghitung mundur sampai sepuluh. “Pemenangnya adalah Lei dan Hwoarang” juri – juri menyatakan kemenangan kepada Lei dan Hwoarang. Akhirnya Lei dan Hwoarang adalah pemenang Master Fighter. Mereka bedua mendapatkan gelar Master dan hadiah yang di janjikan oleh Master Heihachi. Tetapi Lei menolak dan langsung menantang sang Master Heihachi. “Apa kau berani menantangku anak muda?” Master Heihachi bertanya keada Lei. “Apa kau masih ingat, dengan orang yang bernama Kazuya?” Lei bertanya kepada Master Heihachi. “Aku yang membunuhnya” Master Heihachi berkata kepada Lei. Lei menggerang dan marah kepada Master Heihachi. Di hari itu juga pertarungan antar Master Lei dan Master Heihachi. “Pertarungan antar Master Lei dan Master Heihachi akan segera di mulai” asisten Master Heihachi berkata. Arena petarungan pun berganti dengan yang lebih mewah dan terhormat. Karena terhormat. Semua orang yang ada di area tersebut menunduk sejenak. Untuk menghormati para leluhur yang bertarung di sini. Lei dan Master Heihachi berdiri di arena pertarungan tersebut. “Teng” bunyi bel tanda di mulainya petarungan. “Ayo Lei, kamu harus berjuang untuk kakekmu!” Hwoarang memberi semangat kepada Lei. Lei kembali mengambil kuda – kuda dan memikirkan apa yang sebaiknya dia lakukan untuk menbgalahkan Master yang keji itu. Lei terus memikirkan sambil melihat Master Heihachi memandang dia seperti seekor macan sedang mengincar mangsanya. Master Heihachi langsung menyerang Lei, tetapi Lei menghindar dari serangannya. “Lumayan juga kamu anak muda” Master Heihachi berkata kepada Lei. Lei terus memikirkan bagaimana cara untuk mengalahkan Master Heihachi tersebut. Saat Lei berfikir, tiba – tiba Master Heihachi melayangkan tangannya mengenai Lei. “Bruk!” terdengar badan Lei jatuh tak berdaya. “Argh!” Lei merasa kesakitan. Lei bangun dan langsung membalas serangan yang di keluarkan oleh Master Heihachi. Tetapi serangan Lei di tangkis oleh sang Master. Tetapi Lei langsung melayangkan kalinya dan langsung menendang Master Heihachi dengan sangat keras. Saat Master lengah, Lei langsung menghajar habis – habisan sampai titik darah penghabisan karena dendam kakeknya. Akhirnya Lei dapat mengalahkan Master Heihachi. Saat Master Heihachi masih tergeletak. Lei langsung mengambil sebilah pedang yang ada di atas singgah sananya Master. Dan langsung menancapkan ke dadanya Master Heihachi seperti apa yang ia lakukan kepada kakeknya. Lei dan Hwoarang berjalan dan meninggalkan sang Master Heihachi yang di tusuk dengan sebilah pedang dan menggantungkannya di atas arena pertarungan. Mereka berdua berjalan ke mana saja tanpa membawa barang berharga sedikitpun. Lei hanya meninggalkan nama di situ, dengan sebutan “Master dari Kanto”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar