Rabu, 25 Januari 2012

Gara-gara Basket by Rachmawati O James

Di pagi hari, Angel,Ayra, dan Jessy berada di koridor depan kelasnya. Mereka berbicara tentang murid-murid di sekitarnya. Mereka bertiga adalah genk yang paling terkenal di sekolahnya itu. “eh, kamu liat cowok itu enggak?”,Ayra bertanya. “enggak, aku enggak enggak liat apa-apa,kenapa emang?”, Angel menjawab dengan wajah yang kebingungan. “itu loh yang lagi main sama temannya. Masa kamu enggak liat sih?”, jawab Ayra. “oh, yang itu ya?”, Angel sambil melihat-lihat yang lainnya. “iya, benar sekali.” Jawab Ayra. Dengan santainya Jessy diam-diam menghabisi makanan yang dibeli oleh Angel. “Jessy, kenapa kamu ambil makanan aku?”, jawab Angel sambil memarahi Jessy. “apa Angel? Kan aku ambilnya enggak di deket kamu. Jadi aku kira bukan punya kamu.”, Jessy sambil tertawa dan mengunyah makanan. “dasar kamu ngel.”, Angel mengkepalkan tangannya karena kesal. Bel pun berbunyi mereka bergegas masuk ke kelas. Sebelum kelas di mulai, kepala sekolah mereka masuk dan berbicara mengenai latihan basket. Ayra dengan senang hati mengangkat tangannya dan ingin sekali mengikuti latihan basket. “Ayra, kamu catat siapa saja yang ikut latihan basket besok ya!”, kepala sekolah berkata. “iya bu, nanti saya akan catat.”,jawab Ayra dengan senang Ayra langsung bergegas mencatat siapa saja yang ikut latihan basket. Pada saat istirahat, Ayra sibuk sekali mencatat siapa saja yang ikut. Hingga akhirnya Jessy dan Angel melihat laki-laki yang tadi pagi mereka lihat. “ra,sini deh! Ada cowok yang tadi kamu liat tuh. Pas banget lagi sendirian. Buruan deh kamu samperin. Ntar keburu ada yang lain loh!”, Angel berkata sambil mendorong Ayra. “aduuh,apa si? Enggak usah dorong aku dong! Kan sakit tau. Iya-iya aku kesana sekarang!”, Ayra menjawab kesakitan. “ra, hati-hai ya?hehe”,sambil menertawakan Ayra, jessy dan Angel pergi. Dan akhirnya Ayra menghampiri laki-laki misterius itu. “kayaknya aku baru ngeliat kamu disini! Kamu anak baru ya?”,Ayra bertanya dengan malu-malu. “iya, aku anak baru di sekolah ini. Kayaknya enak juga ya sekolah disini. Anak-anaknya friendly banget. Oh iya, aku belum tau namamu, siapa namamu?”, jawab laki-laki itu. “namaku Ay,Ayr,Ayra. Nama kamu siapa?”, Ayra menjawab. “namaku joe. Kamu yang sekelas sama aku bukan? Aku mau ikut basket dong! Sebenarnya daritadi aku cari kamu tapi enggak ketemu.”, joe menjawab. “oh, iya-iya. Sebentar ya!”,Ayra menjawab dengan lemah lembut dan mencatat nama Joe. “kamu abis ini mau kemana?”, Tanya joe. “aku mau balik ke kelas. Kenapa emangnya?”, jawab Ayra kebingungan. “mau balik ke kelas bareng enggak?”, Joe bertanya lagi. “oh, boleh-boleh.”, Ayra dengan senang menjawabnya. Selama di jalan mereka saling menatap satu sama lain. Hingga sesampainya di kelas mereka tetap saling menatap. Keesokan harinya, pada saat latihan basket, Ayra menunggu Joe tapi dia tidak datang. Saat latihan di mulai, Ayra sangat kecewa dengan Joe karena dia tidak datang saat latihan basket. Gara-gara Joe tidak datang ke tempat latihan basket, Ayra terjatuh dan akhirnya Ayra tidak bisa ikut latihan basket lagi. Ayra sangat takut untuk bermain basket lagi. Karena itulah Ayra menjadi trauma. “kenapa kamu ra?”, Angel bertanya. “iya,kenapa kamu diem aja sih?”, Jessy kebingungan. “itu loh, kemarin ka nada latihan basket,nah si Joe enggak datang. Aku sebel banget sama dia. Padahal kan dia udah janji mau datang sama aku. Ternyata dia enggak datang. Dia kemana sih? Kok dari tadi aku enggak lihat dia ya? Kalian berdua ada yang lihat?”, Ayra bertanya dan menjawab dengan sangat panjang dan kesal. “lah, mana aku tahu. Dari tadi aku juga enggak melihat dia. Siapa peduli.”, dengan kesal Jessy menjawab. “jangan begetu kamu jess. Siapa tau aja dia lagi ada masalah sama keluarganya. Jangan negative thinking dlu dong.”, jawab Angel. “enggak mungkin ngel.dia kan udah janji sama aku. Harusnya dia sama aku atau telephone. Kasih kabar aja enggak.”,Ayra menjawab dengan marah dan kesal. “iya aku tau. Yaudahlah enggak usah di pikirin lagi, oke?”, jawab Jessy. Selama setahun Ayra tidak bermain basket lagi. Dan selama setahun juga Ayra, Jessy, dan Angel tidak penah melihat Joe lagi. Dan hari itu juga, di kelas mereka ada murid baru lagi yang senang sekali bermain basket. “hey, lagi ngapain? Udah punya pacar belum?”, Ayra bertanya. “iya nih, lo suka sama cewek Yang kayak gimana sih?:, Jessy bertanya. “gue lagi diem aja. Belum, gue belum punya pacar. Gue suka sama cewek yang bisa main basket. Jadi gue enggak sendirian lagi main basketnya. “gue suka main basket loh. Kan dulu gue pernah ikut basket.tapi sekarang gue jarang main basket,mau ajarin enggak?”, Ayra menjawab dan terpesona kepada Kevin. “ra,bukannya kamu trauma main basket gara-gara jatuh waktu itu? Kamu jangan main basket lagi deh!”, jawab Angel membisikkan Ayra. “ih, itu kan dulu. Sekarang ya sekarang. Jadi kamu enggak usah takut ya!”, jawab Ayra dengan tingkah laku yang aneh. “terserah kamu aja deh ra.”, Angel berkata dengan kesal. “oh iya vin, besok ajarin gue main basket ya?”, Ayra berkata. “oh, iya-iya. Besok gue tunggu di lapangan ya! Abis pulang sekolah.”, Kevin menjawab dengan lantang dan pergi meninggalkan Angel,Ayra, dan Jessy. Ayra tidak mengalihkan matanya ke yang lain. “ra? Ko diem aja sih? Udah yuk kita ke kelas aja!”, Jessy menjawab dengan lantang dan tegas karena kesal. Ternyata Kevin sekelas juga dengan mereka. Ayra, Jessy, dan Angel kaget melihat Kevin berada di kelas mereka. Angel dan Jessy sangat kesal karena Ayra terus menatap Kevin padahal Kevin tidak menatap Ayra sama sekali. “vin, duduk sini aja sama gue.”, Ayra berkata. “ra,aku kan duduk disini!”, Angel menjawab kesal. “iya aku tau, please ya ngel. Aku mau duduk deket Kevin.”, Ayra menjawab sambil memohon. “aku duduk dimana dong?”, Angel kebingungan. “di deket Jessy aja ya! Kan dia lagi sendiri tuh! Makasih ya ngel.”, Arya tetap menyuruh Kevin duduk di sebelahnya. “makasih ya ra. lo baik banget deh.”, Kevin tanpa basa basi bergegas duduk di dekat Ayra. Selama pelajaran berlangsung Ayra selalu memperhatikan Kevin hingga pelajaran selesai. Tetapi Kevin hanya diam dan tidak berbicara ke Ayra. Memperhatikan dia saja tidak. Akhirnya Ayra selalu mencari perhatian ke Kevin. Jessy dan Angel semakin kesal dengan Ayra. Semakin hari tingkah laku Ayra semakin aneh.sehingga setiap Ayra menghampiri Jessy dan Angel, Jessy dan Angel selalu menghindar dari Ayra. Ayra kebingungan karena teman-temannya menjauhi dia. “jess, ngel, kalian kenapa sih? Kok kayak menghindar dari aku? Emangnya salah aku apa? Apa aku berbuat kesalahan?”, Tanya Ayra. “enggak tau deh. Kamu piker aja sendiri.”, Jessy dan Angel pergi meninggalkan Ayra. “pada kenapa sih mereka? Aneh banget.”, Ayra kebingungan dan merasa aneh. Saat itu ada murid baru yang mempunya genk yang sangat terkenal mereka selalu mencari masalah. Mereka merasa kalau mereka yang paling cantik dan penguasa di sekolah itu. Mereka bernama Lucy, Kezia, dan Echa. Mereka kenal dengan Kevin. Ayra sangat kesal karena Kevin sangat dekat dengan Lucy. “Kevin kamu sekolah disini juga? Enggak nyangka ya kita bisa ketemu.”, Lucy berkata. “Lucy, kamu disini juga? Wah, iya aku juga enggak nyangka.”, dengan rasa kaget Kevin menjawab. “vin, dia siapa? Lo jadi ngajarin gue main basket kan?”, jawab Ayra dengan kesal karena keberadaan Lucy. “iya ra. jadi kok.”, Kevin dengan santai berkata. “Kevin kita makan bareng yuk. Akn udah lama kita enggak ketemu. Kamu duduk disana aja. Ada yang aku mau omongin sama Ayra.”, Lucy berkata. “oke deh.”, Kevin menjawab dan bergegas pergi. “eh, jangan harap lo bisa dapetin Kevin. Karena Kevin Cuma milik gue. Enggak boleh ada yang ngedeketin Kevin. Ngerti lo!”, dengan sinis Lucy berbicara kepada Ayra. “liat aja nanti. Gue yang akan ngedapetin Kevin.”, Ayra berkata dengan kesal. Saat pulang sekolah. Ayra menunggu Kevin di lapangan, tidak lama kemudian kevinpun datang dan Lucy mengikutinnya dari belakang. Ayra sangat kesal. Apa yang diinginkan Lucy, Kezia, dan Echa. Mereka selalu jahat kepada Ayra. “Kevin, lo ngapain ngajak mereka?”, Ayra berkata. “maaf ra. tadi Lucy dan kawan-kawannya mau ikut belajar basket sama gue. Lo engga apa-apa kan?”, Kevin berkata. “iya, enggak apa-apa kok vin.”, Ayra menjawab dengan rasa kecewa. “ra, gue ikut enggak apa-apa kan? Soalnya gue mau ikut basket juga. Cuma gue aja kok. Kezia dan Echa enggak ikut.”, Lucy berkata dengan tampang yang jahat. “oh, iya.”, dengan sinis Ayra berkata. “kalo begitu ayo kita mulai!”, Kevin mengajak Ayra dan Lucy. Ayra merasa di diamkan. Lucy menghalangi Ayra agar Kevin tidak dekat dengan Ayra. Akhirnya Ayra pergi dan duduk di tangga dekat lapangan itu. Dan Kevin berhenti bermain basket karena Ayra tidak ada di lapangan. Kevin mencari tetapi tidak bertemu dengan Ayra. Tetapi Kevin bertemu dengan Jessy dan Angel. Mereka sedang berada di kantin. “jess, ngel, ngeliat Ayra enggak?”, Kevin bertanya kebingungan dan kelelahan. “enggak. Kenapa emang?”, jessy menjawab. “daritadi dia enggak ada di lapangan. Gue mau curhat sama lo dong. Lo kan temannya Ayra. Pasti lo tau dong tentang dia!”, Kevin memohon terus menerus. “iya. Lo boleh cerita sama kita.”, Angel menjawab. Dan akhirnya Angel dan Jessy tahu bahwa ternyata Kevin menyukai Ayra. Hari itu juga, Kevin, Angel, dan Jessy.mencari-cari Ayra. Tetapi tidak ketemu juga. Dan mereka berpikir kalau Ayra sudah pulang. Keesokan harinya, saat masuk sekolah, Kevin menemui Ayra. Bertanya-tanya. “kemarin lo kemana ra?”, gue udah di suruh pulang vin. Maaf ya gue enggak bilang-bilang dulu.”, Ayra menjawab dengan merasa bersalah. “iya, enggak apa-apa kok ra. nanti pulang sekolah mau gue ajarin lagi?”, Kevin bertanya. “kalo ada Lucy gue enggak mau. Gue enggak mau didiemin lagi.”, Ayra menjawab. “iya ra. gue enggak ajak dia kok.”, Kevin menjawab dengan senyumnya. Saat istirahat, Kevin dan Ayra saling bertatap-tatapan. Setiap bertemu selalu menyapa. Lucy dan teman-temannya kesal dan sekarang dia yang di jauhkan oleh semua temannya. Saat pulang sekolah Ayra dan Kevin ke lapangan. “udah siap nuat latihan?”, Kevin bertanya. “siap dong. Ayo kita mulai!”, jawab Ayra. Saat itu di pertengahan saat Ayra ingin melempar bola, Ayra tergelincir hingga kakinya terkilir. “aduh, maaf Kevin kaki gue sakit.”, Ayra berkata kesakitan. “gue cari bantuan dulu ya. Eh kebetulan temen lo ada di situ.”, Kevin menjawab. “ra, kenapa kamu? Pasti kamu jatuh lagi ya?”, jessy bertanya. “kamu sih, udah aku bilangin. Kamu kan trauma main basket.”, Angel berkata dengan lantang. “jadi lo trauma main basket ra?”, Kevin cemas mendengarnya. “iya vin.”, Ayra merasa bersalah waktu itu. Pada saat itu Ayra bersumpah tidak akan bermain basket lagi. Dan saat itulah Kevin menyatakan perasaan ke Ayra yang sebenarnya. Mereka hidup bahagia dan mereka adalah sahabat yang kokoh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar