Rabu, 25 Januari 2012

We Are Not The Best by Ririn Gupita Sari

“Tet-teret-tet…”, bunyi suara terompet yang ditiup oleh kedua orang pemain yang sedang duet di tengah lapangan. Terlihat pula sebuah barisan yang berbentuk “L”, berjalan ke samping dan membuat sebuah display. Siang itu, aku, Jesi, Annita, Faiz, dan yang lainnya sedang berlatih Marching Band di Bogor yang diadakan setiap tahun, dalam rangka memperingati ulang tahun kota Bogor. Keesokan harinya, kami berangkat ke Bogor. Sesampainya disana, kami beristirahat di sebuah mes kesehatan yang tidak jauh dari GOR, tempat dimana kami berlomba. Tidak lama kemudian, kami latihan di lapangan yang berada tepat di depan me situ. Waktu itu, kami bermain dengan lembut dan bagus sekali. Pelatihku pun sudah mempercayai kami untuk dapat memenangkan kejuaraan, akan tetapi masih sedikit ragu pada kerapihan barisan kami, karena kita berlatih baris-berbaris hanya dalam satu minggu saja. Setelah kami berlatih, kami beranjak ke GOR (Gelanggang Olah Raga) untuk memberi semangat tim Junior GPCB(Gita Paricara Cakra Buana) yaitu adik-adik kelas kami, yang kebetulan juga ikut dalam kejuaraan itu. Kami menyemangati mereka dengan meneriakkan yel-yel, dan terus bersorak-sorak. Tidak lama setelah itu, kami kembali ke mes untuk bersiap-siap, karena giliran kami tampil sebentar lagi. Setelah semua siap, kami berangkat ke GOR. Sebelumnya, tentu saja kami berdo’a terlebih dahulu, agar semuanya berjalan dengan lancar, sehingga kami dapat menjuarai kejuaraan tersebut. Saat itu kami melihat penampilan GSP yang memukau dan menakjubkan. GSP adalah juara bertahan yang telah memenangkan 7 kali kejuaraan ini, Gita Suara Pakuan, yang biasa disebut GSP ini adalah Marching Band gabungan dari wilayah Bogor. Mungkin saat ini, lawan terberat kami adalah GSP. Karena kita sudah berfikir negative, dan takut terkalahkan, kami merasa putus asa. Tetapi, setelah adanya dorongan dari pelatih dan orang tua murid, kamipun mulai bersemangat kembali. Setelah itu pelatihku, kak Rico menyuruhku dan teman-temanku untuk memeriksa kembali alat-alatnya. Ternyata, toots fluegel Jesi agak sulit untuk ditekan. Jesi sangat panik saat itu. Karena, untuk memperbaikinya, dibutuhkan eaktu yang cukup lama. Pelatihku berusaha menenangkan Jesi agar dia tidak panik dan tetap tenang. Tetapi, apa daya, Jesi pun harus bermain dengan fluegel yang rusak. Llu, hal yang sama terjadi pada Annita, mouthphice-nya hilang !.. “ Gimana nih ?!, gw sama sekali ga bisa main dong, kalo mouthphice gw hilang !?, padahal kan, itu penting banget ! entar, gw niup apa ?”, seru Annita kepadaku. “ Ya udah, lo tenang dulu, jangan panik ! cari moutphice yang lai aja !, mungkin masih ada mouthphice cadangan di box-nya Jesi, ! ”, usulku kepada Annita. Lalu, Annita mulai mencari mouthphice cadangan di box fluegel Jesi. “Alhamdulillah, ternyata masih ada ! makasih banget ya Rin, Je ! ” “Iya, sama-sama ! “, kataku dan Jesi bersamaan. Lalu, waktu tampil pun tiba. Aku pun mulai tegang dan deg-degan. Diwaktu kita akan memasuki area tampil, seniorku, kak Fauzi membuat lelucon, dan aku pun tertawa sehingga mengurangi rasa tegangku. Dan masuklah kami ke dalam arena itu. Saat pemanasan, ternyata terompet kak Fauzi tidak bisa ditiup. Ia menyuruhku meniup lebih keras untuk menggantikannya memainkan suara satu, yang seharusnya ia mainkan. Untunglah aku sudah bisa memainkannya, dan aku pun meniup labih keras. Karena terompetku tidak rusak, aku bermaksud untuk menukar terompetku dengan terompet kak Fauzi, tetapi aku lupa menukarnya. Kak Fauzi harus berduet di depan juri dengan terompet yang tidak bisa ditiup, jadi yang meniup untuk berduet saat itu hanya Rizal. Alhasil, suara yang dihasilkan kurang memuaskan. Setelah kita mmainkan semua lagu, kita kembali membentuk barisan untuk keluar dari arena. Kemudian, kami kembali berdo’a agar semua usaha kita membuahkan hasil yang maksimal. Setelah semua peserta Marching Band selesai, kami menunggu pengumuman pemenang. Lalu, 10 orang perwakilan dari setiap unit,termasuk aku yang mewakili tim GPCB mewakili unitnya untuk pemberian piala. Waktu itu pukul 20.00 WIB, saat pengumuman pemenang diumumkan. Untuk juara kategori, sebagian besar dimenangkan oleh GSP, sedangkan kami berada ditempat ke-2. Danm ternyata dugaanku benar, GSP kembali meraih juara pertama, dan kami meraih juara ke-2. Walaupun kami tidak dapat meraih juara umum, juara II tidaklah buruk, karena kami telah mengalahkan 5 tim lainnya, yang anggotanya sebagian besar bukanlah siswa SMP dan SMA. Saat itu kak Fauzi merasa sangat bersalah, karena ia fakir akibat kesalahannyalah, kami tidak dapat meraih apa yang kita harapkan,. Yaitu menjadi pemenang dalam kejuaraan itu. Saat kami semua berkumpul di arena tampil untuk memegang piala dan bersorak-sorai, tiba-tiba terjadi. Salah seorang personil GSP lari dan menabrak piala juara terbaik ke-2, yang sedang dipegang olehku, piala itu patah, dan orang itu berpura-pura tidak tahu dan tidak bertanggung jawab. “ Hei !! tanggung jawab dong ! ”, teriakku kepadanya. Lalu teman-temanku juga geram akan hal itu. Semua kesal . “ Gak gitu dong caranya kalau gak suka !! “, gerutu Faiz. Akhirnya pelatih kami memerintahkan agar segera keluar gedung dan bersiao kembali ke Depok.. Sekarang aku belajar dari pengalaman itu. Bahwa kemenangan itu tidak akan kita dapat tanpa adanya usaa, pengorbanan, dan do’a. Janganlah menyesal berlarut-larut dan beranggap bahwa, kitalah penyebab masalah itu, karena kita tidak tahu apa yang terjadi dengan yang lainnya. Pemenang sejati bukanlah orang yang selalu meninggikan hati dan menganggap rendah yang lain, tapi pemenang sejati adalah orang yang rendah hati , menghargai yang lain dan tetap menjaga wibawanya. Kali ini, kami memang bukanlah yang terbaik, tetapi kami selangkah lebih maju dari mereka. WE ARE NOT THE BEST, BUT WE ARE ALWAYS STEP AHEAD !!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar