Rabu, 25 Januari 2012

... by Rania

“Akhirnya aku dapat bernafas lega” kata Karina. Setelah membaca papan pengumuman UN SMP di sekolahnya. Kirana melanjutkan jenjang SMAnya di Yayasan Citra Bangsa sekolah swastanya yang lama. Tapi Kirana sangat lega melihat namanya Kirana Rifazana dinyatakan lulus, setidaknya satu beban dipiirannya saat ini berkurang. Maklum, untuk mendaapatkan hasil yang baik, Kirana berjuang mati-matian siang dan malam, untungnya hasil kerjanya elama ini tidak sia-sia dan ternyata nilai kirana nilai yang terbaik di antara teman-temannya bahkan se- Nasional. Guru – guru Karina sangat terekejut karna siswinya yang sangat periang bisa mendapat nilai yang terbaik se-Nasional, rasa sangat bangga dan senang dihati guru-gurunya. Karna, bukan karina saja yang bannga tetapi sekolanya pun ikut bang, karna karina dapat mambawa nama sekolahnya dengan baik. Setelah terdiam, karna tidak percaya nilainya yang terbaik diantara yang lain, ada temannya yang menepuknya dari belakang “Selama ya Karin, wah aku saja sampai kalah” ucap yang menepuknya dari belakang, ternyata itu Jeny sahabat karina yang sudah bersahabat dengan karina dari elas 1 SMP, walau ia sering bertengkar ia tetap saling menyayangi dan mendukung, Jeny melanjutkan SMA yang sama dengan Rana. Seperti kata guru-guru dan teman-temannya, dimana ada Jeny pasti ada Kirana dan dimana ada Kirana pasti ada Jeni. Tetapi hal itu terjadi bla tak ada masalah diantra keduanya. Sebetulnya persahabatan mereka bukan hanya berdua saja yang bersahabat tapi ada Dina. Bagi Kirana dan Jeni, Dina anak yang baik dan pintar. Namun, Dina di hari itu tidak bsa membagi kesenagan dangan mereka berdua. Karena, Dna sedang dirawat di rumah sakit. Setelah melepas kebahagiaan dengan teman – teman , Kepala sekola mengajang semua murid dan jajahan untuk mensyukuri hasil UAN tahun ini dengan mengelar acara syukuran dan doa bersama. Di Aula sekolah, keesokan harinya, acara yang sudah menjado tradisi sejak beberapa tahun silam itu digelar. Rasanya ada yang hilang jika perpisahn itu tidak diselengarakan. Setelah pembadaan istighosah, tahlil, dan sambutan Ibu Rona atas nama kepala sekolah, atau kapsek, acara deiakhiri dengan hiburan. Berbaga macam kreasi seni ditampilkan untuk menghibur para hadirin. Karina, Jeni dan teman – temannya yang duduk berdampingan pun merasa terhibur dengan penampilan adik kelasnya. Sering kali mereka tertawa riang diiringi tepuk tangan mermbahana, memuji penampilan semua adik kelas dan teman- temannya yang ikut memeriahkan suasana. Namun, karna itu acara perpisahan,takurung mereka juga terharu, bahkan ada yang meneteskan air mata. Sebuah parade puisi dan drama telah melelehkan tangis mereka. Terlebih, sebuah lagu bertema perpisahan mangalun dengan menyentuh hati sanubari. Roda kehidupan terus berjalan Pepisahan kita telah tiba Air mata kini jatuh berlinang Kesedihan telah membayang Meski kita akan berpisah Jiwa kita tetap Satu Jiwa kita tak terpisah Selamat jalan semuanya…! ( Di ambil dari sebuah novel ) Setelah itu, para guru berdiri di depan pentas untuk disalami semua siswa kelas XII yang berbaris memanjng seperti ular. Mereka bersalaman secara bergantian dengan tertib. Acara ini disampung sebagai ucapan selamat jalan atau selamat berpisah dari guru ke murid dan sebaliknya, juga bermanfaat sebagai ajang saling memaafkan. Bagaimanapun , selayaknya hubungan antar manusia, disana selalu ada kekeliruan maupun kesalahpahaman yang harus di luruskan denagn saling memaafkan. Usai acara perpisahan, semua murid meningalkan sekolah. Pulang ke rumah masing- masing. Di sela-sela kesenangan hati karina, ia teringat akan test di SMA, setelah dirumah karina belajar di kamarnyua yang penuh dengan pernak-pernik dan buku-bukunya sewaktu di SMP. Di rumah, Mama Karina kebinggungan karena putrid satu-satunya semenjak sore pulang, tidak keluar kamar. Mama Karin mendiamkan putrinya Karena yang terpikir Mama Karin, Karin sdang tidur terlelap. Saat situasi kamar Karina sedang sunyi terdengar suara ketukan pintu “ de, keluar sholat magrib dulu” kata Mama “iya, mama” Setelah itu Karin pun langsung mengambil air wudhu langsung sholat Setelah sholat, Karin menutup buku yang dibacanya, dan langsung membaca majalah yang baru terbit. Tiba –tiba terdengar suara ponsel Karin yang menandakan satu pesan baru Hai, Karina Apa kabar? Karin meninggalkan majalahnya di kasur, lalu ke meja dikamarnya untuk mengambil ponselnya. Karin langsung membacanya, tapi ia binggung karna nomor pengirimnya tidak ia kenal. Kabar aku baik, tapi maaf ini siapa Karin menjawab, sambil menunggu Karin membaca majalanya kembali. Ponselnya berdering kembali. Aku penggemar kamu Karin mulai sebal, ia bertanya-tanya siapakah orang itu sebenarnya. Ini siapa ya ? Karin membalasnya dengan cepat sambil berfikir. Karin berniat tidak membalas smsnya bila masih seperti itu. Sabar rin, ini aku Jeny, ponselku hilang kemarin jadi untuk sementara aku pakai punya kakakku. Karin yang tadinya mulai sebal sekarang jadi tenang. Ia lalu membalas. Oh kamu Jeny tadinya aku mulai sebal, hihi Setelah itu berdering ponsel Karin tanda panggilan masuk. Ass. Betul ini dengan Karin? Iya, ini saya Karin maaf ini siapa ya? Ini Ibu Hilda Ada apa bu? Karin pun bertanya-tanya kenapa Ibu Hilda guru kesiswaan mengubunginya, Apa ada tugas yang belum di kumpulkan di pikirannya. Karin sekolak kita… Kenapa bu? Karin mulai cemas. Sekolah kita, sekolah kita, terbakar rin Sampai saat ini kita belum tahu apa ijasah anak-anak ikut terbakar atau tidak Karin pun terdiam, seolah-olah tidak percaya, rasa binggung,sedih,tidak percaya semua, menjadi satu. Sekarang kita gimana bu? Ibu juga belum tahu, pihak pemerintah belum memberi jawaban Sudah dulu ya rin, ibu mau kabarin yang lain, kamu segera ke sini ya Karin tidak dapat menjawab kata-kata Iya bu Terputuslah telepon itu. Karin langsung bersiap untuk ke sekolah, ia penasaran apa yang sebenarnya terjadi. Sesampainya di depan gerbang sekolah, tetes air mata semua guru-guru dan anak murid menyambut Karin. Dan api – api yang telah mulai reda setelah habis dipadamkan. Karina tak tahan meneteskan air mata, Karin langsung mendekati guru yang berada didekat adik kelasnya. “Karina“ kata Ibu Hilda setelah melihat Karin “Ibu Hilda bagaimana dengan…” Karin berat mengucapkan lanjutannya. “ijasah”langsung Ibu Hilda teruskan. “iya”kata Karin dengan air mata yang terus membasahi pipinya. “Sampai saat ini ibu belum tahu nak, ada dua kemungkinan cara mendapoatkan ijasah itu lagi” kata Ibu Hilda dengan suaranya yang perlahan-lahan pelan “apa bu?” Karin dengan penuh penasaran. “Pertama, kamu melakukan tes lagi. Kedua, pemerintah langsung memberikan pada kita, tanpa harus ujian ulang. Itulah yang sedang di usahakan nak” kata Ibu Hilda yang langsung pergi, menghampiri Ibu Rona Akhirnya semua anak yang telah berkumpul di sekolah, dikumpulkan oleh Ibu Hilda. Dan bersama-sama berdoa, supaya masalah yang dihadapi cepat selesai. Keesokan harinya Karina mendapat kabar dari Ibu Hilda bahwa minggu depan ia dapat menggambil ijasahnya tanpa harus ujian ulang. Karina sanggat bersyukur atas kemudahaan yang ia dapatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar