Rabu, 25 Januari 2012

Banjir Darah Di Pantai Sanur by Danu Wibisono

Terkisah di sebuah pulau jawa seorang pendekar bernama Barda mandrawata menjelejah hampir seluruh plosok negri. Dengan sikapnya yang sangat arif iya selalu membantu orang-orang yang iya jumpai selama perjalananya tanpa pamrih. Anehnya iya bisa menjandi seorang pendekar yang hebat dengan mata buta atau tidak bias melihat sama sekali. Pada suatu saat di mana Barda sedang melakukan perjalanan iya melihat seorang ibu tua yang sedang menagis, Karna penasaran iya pun bertanya kepada ibu tua itu. “mengapa engkau menagis ibu tua”, lalu ibu tua itu menjawab “anak ku di culik oleh seorang penjahat yang tidak bertanggung jawab”. Melihat tangisan itu hati barda tergugah, iya dekati pondok dimana pencuri itu menawan bayi ibu tua itu sekaligus bersembunyi. Barda mengambil sebuah gelas yang terbuat dari tanah liat, ia mengisinya dengan air yang mengucur deras dari pancuran yang berada di depan rumah tempat penjahat menahan bayi ibu tua itu. Di letakan air dalam gelas itu di depan pintu rumah, setelah itu barda berteriak. “Minumlah dulu air ini dan sisakan sedikit air itu untuk bayi yang kau tawan, kasihan iya pasti kehausan”. Tidak beberapa lama setelah Barda berkata seperti itu tiba-tiba keluar sebuah tangan dari dalam rumah itu. Tanba berfikir panjang Barda langsung dalam sekejap menangkap dan menarik tangan itu, keluarlah penjahat itu dengan cara terpelanting dan tersungkur ke bawah tanah, melihat kejadian itu para warga yang menonton terdiam seribu bahasa karna kekagumanya. Masuklah ibu tua itu kedalam rumah untuk mengambil bayinya yang sudah berjam-jam di sandra oleh penjahat itu. Berpuluh-puluh kali ucapan terima kasih datang dari mulut puluhan orang yang menyaksikan pertolongan yang cukup dramatis oleh Barda yang menolong bayi kecil itu dari tangan penjahat yang biadab. Tidak lama setelah itu Barda berpamitan kepada penduduk desa untuk pergi melanjutkan perjalananya, di tengah perjalanan Barda bertemu dengan seorang yang sudah cukup tua, orang itu baernama I putu oka, iya menyaksikan apa yang di lakukan barda tadi saat menolong seorang bayi mungil dari tangan penjahat. “Aku melihat tadi yang kau lakukan di desa sebelah, kau berhasil menyelamatkan seorang anak bayi dari tangan penjahat, itu adalah hal yang sangat berani, bila orang biasa pasti sangat mustahil melakukan itu”. Lalu barda menjawab,”lalu kenapa ?, apa yang kamu mau bapak pengelana ?”.setelah berbincang cukup lama ternyata I putu oka adalah seorang pengelana dari daerah yang di sebut dengan nama pulau Bali, iya bermaksud meminta tolong untuk memberantas perampok yang selalu datang untuk mengambil hasil panen secara paksa, dan apa bila penduduk memaksa untuk tidak memberi hasil panenya ke pada para perampok maka perampok itu akan membunuh seluruh warga desa. Karna mendengar penjelsan dari I putu oka maka Barda pun menyanggupi permintaan pengelana Bali itu, tetapi I putu oka berfikir bila hanya barda sendirian yang melawan para penjahat itu barda pasti akan di kalahkan, karna mengingat jumlah perampok yang begitu banyak. Karna itu I putu oka menyarankan Barda untuk mencari beberapa pendekar lagi, dan perjalanan di mulai kembali. Setelah beberapa jam berjalan di daerah pinggiran sungai Barda melihat seorang tukang kayu yang badan dan tenagnya sangat besar, saking kuatnya iya hanya membelah sebatang kayu dengan sekali pukul, tibab-tiba saat tukang kayu itu ingin membelah kayu yang selanjutnya datang seorang lelaki yang kurus tetapi memiliki muka yang lumayan menakutkan. Lelaki yang baru datang itu berkata kepada tukang kayu yang berbadan besar.”Hai kamu yang berbadan besar,mungkin tenagamu memang besar tapi sayang kau kurang lincah”, sahut lelaki yang baru datang itu dengan nada mengejek. Tentu saja mendengar perkataan itu si tukang kayu menjadi sangat marah,”hai anak kurus jangan kau pikir kau yang paling hebat mungkin badanku memang besar dan tidak serinagan badanmu yang kecil itu tetapi bila kita bertarung aku berani menjamin pasti palamu akan ku penggal dengan kampakku yang besar dan kuat ini”. Mendengar omongan itu lelaki kurus ini pun menyanggupi tantangan si tukang kayu.”Baik kita lihat saja siapa yang lebih unggul gajah atau musang, dan bila musang yang menang jangan sesali ya”. Lagi-lagi situkang kayu di ejek habis habisan oleh lelaki mesterius ini. Suasana di sekitar mereka menjadi terasa tegang, kedua orang ini terlihat sangat santai walaupun dalam pertarungan ini pasti salah satunya akan ada yang mati dikalahkan. Dalam hitungan detik kedua manusia sakti ini langsung menunjukan kemammpuanya masing masing dan dengan tidak di duga-duga ternyata kemampuan lelaki kurus yang misterius ini sangatlah menakutkan, iya hanya dengan menggunakan badik didukung dengan gerakan fisiknya yang cepat dapat mengalahkan seorang tukang kayu yang badan dan tenaganya sangat besar itu dalam sekali serengan saja. Dan yang membikin anehnya lagi si tukang kayu itu mati dengan leher yang berluban karena goresan dari badik si lelaki kurus itu. Melihat kehebatan lelaki itu I putu oka tertarik untuk menawarkanya pergi bersamanya memberantas komplotan pencuri yang selalu mengganggu desanya, dihampirinya orang itu dengan tenang dan di ajaknya berbincan bincang. Setelah mengobrol cukup lama lelaki misterius yang ternyata bernama Daeng martundong itu tertarik untuk ikut bersama Barda dan pak Oka. Di perjalanan Barda bertanya kepada Daeng dari manakah asalnya dan apa yang dicari hingga mengelana sampai di pulau Jawa, dan ternyata Daeng adalah lelaki yang sangat malang iya berasal dari pulau Samosir dan pergi mengelana mengelilingi setiap pulau yang iya jumpai hanya untuk mencari anak perempuan dan istrinya yang hilang diculik. .Akibat berbincang cukup lama tidak terasa ternyata mereka bertiga telah sampai di ujung pulau Jawa dan sudah siap untuk berangkat. Di pelabuhan para pendekar hebat ini melihat sebuah atraksi dari seorang yang sangat lincah dan hebat yang sedang menghibur para penontonya, orang itu di panggil oleh penontonnya dengan sebutan Datuk siguragura. Dan ternyata dengan tidak di rencanakan Datuk juga ingin pergi ke pulau Bali untuk menghibur penonton yang ada di pulau itu, tetapi sekali lagi pak Oka tertarik dengan kekuatan dan keahlian Datuk siguragura. Langsung saja dengan tidak membuang waktu pak Oka langsung menawarkan Datuk untuk ikut bersama mereka, dan bagusnya ternyata Datuk langsung tertarik untuk ikut tanpa berfikir panjang. Datukpun langsung membereskan barang-barangnya dan memanggil putrinya yang cantik jelita bernama Sabai tanpa diduga di balik wajahnya yang lugu dan cantik ternyata Sabai juga mahir dalam bertarung dan beratraksi seperti ayahnya. Pak Oka langsung mengajak ke empat pendekar itu masuk ke dalam kapal. Kapal yang di tumpangi oleh Barda dan kawan-kawan ternyata adalah kapal milik Lagora yaitu seorang kapten kapal yang terkenal akan keberanianya dalam mengarungi lautan luas, tidak peduli seberapa kuatnya ombak dan tidak peduli seberapa bahayanya laut. Lagora sang kapten kapal tanpa rasa takut sedikitpun sudah mengarungi bermacam macam samudra dan lautan, oleh sebab itu Lagora sering di juluki oleh anak buahkapalnya dengan sebutan si SINGA LAUT. Perjalanan ke pulau Bali memakan waktu kurang lebih satu hari tetapi sayang di tengah perjalanan kapal lagora di hadang oleh kapal-kapal perompak yang berjumlah puluhan, dan yang membuat lebih kagetnya lagi pemimpin perompak itu ternyata adalah teman dekatnya Lagora pada saat iya masih mengarungi lautan luas dengan perahu kecilnya. Lagora dan para penumpang kapal termaksud Barda dan kawan-kawan di ikat dan di bawa kehadapan ketua perompak itu. Tetapi malang nasib para perompak itu para pendekar hebat ini sebelum sampai ke kapal ketua perompak mereka berhasil melepaskan ikatan tali yang melilit di badan mereka masing-masing, tanpa berfikir panjang Barda dan kawan-kawan beserta Lagora dan awaknya langsung menghajar KO para perompak-perompak itu, dan Lagora pun langsung berhadapan satu lawan satu dengan pemimpin perompak yang juga teman masa kecilnya mengarungi lautan, pertarungan berlangsung sangat sengit dan Lagora sempat terdesak oleh teman masa kecilnya, tetapi Lagora tak mau kalah iya langsung mengeluarkan segenap kekuatanya untuk mengalahkan temanya itu. Dan alhasil akirnya Lagora berhasil mengalahkan ketua perompak itu dengan cara menendangya hingga jatuh ke laut lepas dan tamatlah nasib perompak itu. Perjalanan ke pulau Bali di lanjutkan kembali, dan keesokan harinya tibalah mereka di tempat tujuan, setelah kapal merapat kedaratan keempat pendekar yang di damping pak Oka itu turun dari kapal Lagora dan berjalan kaki kearah Sanur. Katika para pendekar ingin meninggalkan kapal Lagora, tiba-tiba terdengar suara teriakan yang sangat keras dari atas dek kapal,”Hai pendekar tunggu aku” seluruh pandangan para pendekar tertuju ke atas dek kapal, dan tanpa di sangka sangka ternyata orang yang berteriak itu adalah Lagora si singa laut. Bertambahlah pasukan pendekar yang dibawa oleh pak I putu oka. Perjalanan di lanjutkan kembali seluruh pendekar terkagum kagum akan keindahan pemandangan di pulau Bali kecuali Barda yang tak bias melihat, tetapi iya dapat merasakan kesenangan dari teman-temanya sehingga iya biasa mengetahui pasti pemandangan di pulau Bali sangatlah bagus. Setelah berjalan beberapa lama para pendekar tiba di desa Sanur yaitu desa di mana pak I putu oka berasal. Lagi-lagi para pendekar di buat terkagum kagum akan ke unikan bangunan dan kultur budayanya. Di desa Sanur mereka di jamu dengan sangat manja oleh kepala desa dan oleh penduduknya, mereka di sambut bagaikan raja, mereka disambut bagaikan tamu terhormat. Bahkan melebihi jamuan ke kepala desa. Setelah di jamu sedemikian rupa para pendekar di ajak untuk berkeliling desa dengan di pandu oleh pak Oka, pak Oka memjelaskan seluruh struktur dan batas-batas wilayah pedesaan mereka dan bagaimana perampok dapat masuk ke pedesaan mereka. Setelah di berikan penjelasan yang sangat lengkap dan beragam dari pak Oka keesokan harinya Barda langsung menyusun rencana dan membangun pertahanan di setiap sudut desa agar para perompak kesulitan untuk masuk ke dalam desa Sanur, Lalu Daeng Martundong dan Datuk siguragura bertugas untuk melatih para lelaki yang berada di desa itu untuk mempertahankan diri dan keluarganya apa bila sewaktu waktu para pencuri itu datang di malam hari. Dan sabai anak Datuk bertugas untuk menemani dan melindungi para wanita dan anak kecil di pengungsian jika seakan akan para pencuri itu datang tanpa ada yang mengetahui. Setelah selesai melakukan tugasnya para pendekar itu pun langsung membuat sebuah jadwal untuk melakukan patroli keliling, setiap hari dan setiap waktu agar mengetahui setiap kali ada kejanggalan di dalam desa dan untuk memastikan desa aman dari pencuri. Tiga hari sudah berlalu dan pencuri yang dinanti nanti pun tidak kunjung tiba hingga keadaan di desa menjadi lebih tenang, tetapi karna itu pula penduduk jadi berfikir bahwa pencuri sudah kabur ketakutan karna mendengar adanya kelima pendekar yang singgah untuk membantu warga desa Sanur melawan mereka. Tetapi pada suwatu waktu saat Datuk siguragura sedang berkeliling desa untuk berjaga jaga dan untuk memastikan keadaan desa aman iya melihat beberapa orang sedang berdiskusi di tengah hutan ternyata orang itu adalah mata-mata dari kelompok pencuri yang selalu datang ke desa Sanur, lansung saja Datuk menangkap ke empat orang itu dan di bawanya ke rumah di mana para pendekar beristirahat. Ketika ke empat mata-mata itu tiba di rumah singgah para pendekar, mereka di interogasi oleh Barda,”siapa yang mengirimmu dan apakah kau penduduk desa ini ?” tetapi para mata-mata itu hanya diam saat di tanyai oleh Barda, tiba-tiba Datuk mendekati salah seorang mata-mata itu dan di remasnya punggung salah seorang itu sehingga membuat orang itu kesakitan dan juga membuatnya berbicara,”aku di utus oleh ketua perampok dari desa sebelah, iya mengancamku akan membunuh seluruh keluarga ku bila aku tidak mau mengikuti permintaanya.” Lalu Barda menaya lagi kepada orang itu,”siapa nama ketua perampok itu ?” ketika orang itu ingin menjawab tiba-tiba datang seorang penduduk desa lari dengan muka ketakutan, dan ternyata orang itu menyampaikan bahwa pintu desa bagian timur telah jebol oleh para perampok yang jumlahnya ratusan orang. Langsung dengan bergegas para pendekar meninggalkan rumah singgahnya untuk menuju ke gerbang timur kecuali Sabai anak Datuk yang di tugaskan untuk mengungsikan para wanita dan anak-anak. Sesampainya di gerbang timur para pendekar sudah di sambut oleh ratusan pasukan berkuda dan para penunggangnya yang membawa tombak terhunus, lalu di bagian belakangnya terlihat seorang menaiki kereta kuda yang berwarna hitam dengan pengawalnya yang membawa pedang berkilauan, ternyata orang itu adalah ketua perompak yang namanya tidak di ketahui. Terjadilah pertempuran sengit antara keempat pendekar melawan ratusan perampok yang menggunakan peralatan perang lengkap. Barda dengan kemampuan silatnya yang spektakuler membabat para perompak itu dengan pukulan dan tendangan-tendangan mautnya, sedangkan Datuk siguragura dengan kemampuan silatnya yang mengandalkan kelenturan dan kegesitan badan berhasil juga menumbangkan puluhan perampok, lalu Daeng martundong dengan badiknya berhasil melubangi puluhan leher perompak tanpa ampun, sedangkan Lagora iya menggunakan golok besarnya melukai banyak perompak beserta kuda-kudanya. Akibat serangan yang bertubi tubi dari pasukan perampok, ke empat pendekar itu kewalahan juga hingga salah satu perampok berhasil menjatuhkan Datuk siguragura dari kuda yang iya tumpangi dan membuatnya tewas, lalu Lagora pun bernasib sama iya tertusuk di bagian perutnya hingga membuatnya mengalami pendarahan hebat. Maka tinggal Barda dan Daeng martundong saja yang selamat. Pada saat Barda dan Datuk terdesak oleh perampok para warga desa Sanur dari pengungsian yang di pimpin oleh Sabai ternyata membantu kedua pahlawan yang sudah kewalahan itu dengan ikut bertarung di medan perang. Setelah pertarungan berlansung hampir seharian warga desa Sanur berhasil mendesak para perampok hingga hanya tersisa pemimpin dan pengawal pribadinya saja Karna Barda ingin menyelesaikan pertarungan iya dan Daeng langsung menyerbu sisa-sisa perompak yang masih hidup, Datuk membereskan pengawal pribadinya dan Barda melawan ketua perampok. Datuk bertarung dengan sangat sengit hingga iya agak kewalahan untungnya ada Sabai yang membantu Datuk siguragura hingga berhasil melibas para pengawal pribadi sang raja perompak yang cukup tangguh. Dan Barda yang masih bertarung dengan ketua perampok agak kesulitan karena ilmu silat ketua perampok yang sangat mematikan hampir menewaskan Barda, bertarung sambil mengorek informarsi itulah yang di lakukan Barda, akhirnya Barda pun berhasil mengetahui siapa sebenarnya ketua perampok itu ternyata iya adalah orang yang di juluki dengan nama SI LEAK HITAM dengan kemampuanya yang mengerikan pantas saja iya di juluki dengan nama seperti itu. Barda sudah sampai batasnya iya harus mengalahkan Leak hitam sebelum iya di kalahkan maka dengan segenap kemamapuan yang tersisa Barda mengeluarkan jurus pamungkasnya yang bernama TAPAKAN NAGA LANGIT, dan tanpa di sangka-sangka jurus itu berhasil menumbangkan ketua perampok yaitu SI LEAK HITAM. Berakilah pertarungan yang sengit itu dengan hasil ketua perampok mati di tangan Barda, dan peperangan di desa Sanur ini telah memakan banyak korban yang tidak bersalah, pertempuran ini membuat dimana aliran darah lebih deras di bandingkan aliran sungai yang airnya jernih, desa Sanur harus banyak melakukan perbaikan agar desa ini bisa tetap hidup dengan damai. Setelah pertarungan itu Barda sempat tidak sadarkan diri beberapa hari, hingga iya sadar dan dapat berjalan kembali. Setelah pulih dari lukanya Barda beserta Daeng martundong dan Sabai akan pergi dari desa Sanur setelah berpamitan oleh kepala desa dan pak I putu oka. Pergilah para pendekar itu meninggalkan desa Sanur dengan diiringi oleh hisak tangis dari warga desa yang pasti akan selalu merindukan mereka dan matinya para pahlawan yang membela desa Sanur dari kebiadaban seorang perampok akan selalu di kenang dan akan selalu di banggakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar