Selasa, 20 Oktober 2009

Sayap Penguin by Shana Hamada

Suatu hari, ada anak baru pindah ke sekolah burung.
“Teman-teman, mulai hari ini, Penguin jadi teman sekelas.” kata guru burung hantu.
Penguin adalah anak pindahan dari negara es. Badannya gemuk, dan tinggi. Bentuk sayapnya berbeda dengan yang lainnya.
“Halo, namaku Penguin. Salam kenal.”
Semua teman di kelas merasa aneh, karena mereka tidak pirnah lihat burung yang seperti itu. Lalu, Pipit dan burung gereja bertanya pada Penguin.
“Kenapa sayap kamu aneh? Bentuknya seperti kayu, tidak ada bulunya!” Semua tertawa mendengar perkataan itu. Penguin menjawab , “Mama dan Papa juga sayapnya seperti ini, kakek dan nenek pun begini. Teman-teman di negara es juga seperti aku.”Lalu Penguin duduk di bangku paling belakang.

 “Hei, Penguin, negara es itu tempat yang seperti apa?” tanya Kiki.
“Negara es itu dingin, ada salju, dan ada banyak ikan.”
“Salju itu apa? Ikan itu apa?” tanya Lulu.
“Heh, ngapain ngomong sama burung aneh? Ayo, main di sana yuk!” kata Pipit.
“Kalau begitu, aku juga mau ikut.” Kata Penguin.
“Kamu tidak boleh! Kamu kan sayapnya aneh! Mana bisa main sama kami!” kata Pipit dengan tajam.
“Tapi…aku juga burung”
“Iya, Penguin kan teman kita. Boleh main bersama kami, kan?” kata Shasha.
“Iya deh, kalau mau, ikut aja”
Pipit tertawa dingin, lalu keluar kelas.

“Teman-teman, hari ini kata main kejar-kajaran!”
“Hore!” teman-teman lompat.
“Tapi, kejar-kejarannya di langit. Boleh kan?”kata Pipit, sambil melihat ke arah Penguin.
“Hah? Kamu ngomong apa sih? Kalau tidak terbang, mana bisa kejar-kejaran?” kata semua.
“A, anu, kalian…”
Sebelum Penguin ngomong, teman-teman lain sudah terbang.
“Waaa! Waaa!”
Dari langit,terdengar suara yang asyik.
Penguin hanya bisa melihat ke arah langit.
“Lho? Kenapa Penguin masih ada di bawah?” kata Kiki.
“Dia kan sayapnya beda sama kita! Mungkin dia tidak bisa terbang!”
Pipit ketawa, lalu menukik ke bawah.
“Hei Penguin, kenapa kamu tidak ke atas? Kan asyik!”
kata Pipit dengan sombong. 
“Eh…a, aku, tidak bisa terbang.”
“Hah! Tidak mungkin burung tidak bisa terbang! Kalau tidak bisa terbang, bukan burung!”
Pipit lalu kembali atas, meninggalkan Penguin.

“Sekarang kita latihan terbang. Ayo kita ke luar!”
Kata guru burung hantu.
Semua tertawa sambil melihat ke arah Penguin.
“Cuma dia yang tidak bisa terbang…dia benar-benar burung yang aneh!!”
Pipit berteriak kepada semua teman, dan semua tertawa.
“Ta…tapi, aku kasihan sama Penguin. Dia tidak bisa terbang, itu bukan kesalahan dia, kan?” kata Kiki.
“Tidak pakai kasihan! Burung aneh , burung aneh!!”
Kata Pipit sambil berlari.

“Ayo kita latihan terbang. Pertama, Penguin yang terbang.”
Penguin ke depan, tapi hanya bengong.
“Punguin, kamu kenapa? Tidak enak badan?” tanya guru.
“Guru, sebenarnya dia itu tidak bisa terbang! Cacat!” kata Pipit.
“Pipit, jangan bilang begitu. Penguin, kamu duduk di sana aja.”
“Iya…”
Semua teman-teman mentertawakan Penguin.
“Aku bukan cacat…. Ibuku juga tidak bisa terbang. Ayahku juga. Kakekku juga. Nenekku juga…”
“Iya, itu namanya cacat!”kata Pipit.
“Guru, aku mau terbang duluan! Aku kan burung yang sempurna! Bisa terbang!”
“Iya deh, Pipit terbang duluan, ya.”
Pipit terbang ke atas, lalu teriak.
“Waaa, sejuuuuk! Asyiiik!!!”
Pipit keliling di langit, dan ke arah sungai.
“Pipit, jangan ke tempat yang jauh! Bahaya!”
“Tidak apa-apa, aku kan bisa terbang. Bisa ke mana-mana…”
Saat itu, ada batu yang terlempar dari arah bawah. Batu itu kena Pipit, lalu Pipit terjatuh ke sungai.
“Celaka! Pipit jatuh ke sungai! Gara-gara batu yang tadi!”
Teman-teman dan guru langsung terbang ke arah sungai. Penguin digendong sama guru.
“Guru, aku takut! Mau ke bawah!”
“Penguin, di bawah ada manusia. Nanti ditangkap!”
“Mungkin manusia itu yang lempar batu! Jahat!”kata Kiki.
Guru dan teman-teman menuju sungai.
“Tolong! Tolong!”
Pipit berteriak sambil mengepak-ngepakan sayap. Tapi tubuh Pipit samakin tenggelam.
“Pipit! Bertahanlah!”
Teman-teman ingin langsung menolong Pipit, tapi terlambat, Pipit telah tenggelam.
“Pipit!!”
“Kenapa tahu jadi begini, kita tidak ada yang bisa menolong…”
Semua hanya bisa melihat ke arah sungai.
Tiba-tiba Penguin menompat ke sungai!
“Penguin! Kamu mau ngapain!?”
Penguin menyekam ke sungai, lalu menangkap tubuh Pipit.
“Hebat!”
Penguin berenang pakai sayap yang berbeda dengan yang lainnya. Sayap Penguin bukan untuk terbang, ternyata untuk berenang. Penguin meletakkan Pipit meletakkan Pipit di atas batu. Pipit pingsan. Matanya tertutup.
“Pipit! Bangun!”
Penguin dan teman-teman yang lainnya melihat wajah dan tubuh Pipit yang basah. Lalu, Pipit membuka matanya.
“Pipit, kamu tidak apa-apa?”
“Penguin…? Bukannya aku mati?”
Tanya Pipit dengan suara yang lemah.
“Penguin menolongmu dari sungai.”kata Kiki.
“Penguin…aku jahili kamu dengan sengaja. Tapi, kenapa manu menolongku?”
“Karena, kita adalah kawan.”
Pipit merasa bersalah, lalu menangis.
“Terimakasih…kamu baik hati. Maafkan aku sudah menyakiti kamu…”
“Tidak apa-apa. Sayapku memang aneh, tapi suyapku bisa menolong temanku. Aku bangga punya sayap ini.”
Lalu, Penguin dan Pipit jadi teman sejati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar