Rabu, 21 Oktober 2009

Kode Misterius by Pradivo Luigi Akbar

Sore itu Eiji, Yondaime, dan Kaito pergi ke rumah Sena. Mereka bertiga ingin bertanding game bola, yaitu Winning Eleven disana, Orang tua mereka pun mengijinkan karena mereka berempat satu komplek dan juga hari ini adalah hari Jumat. Mereka bertiga pergi ke rumah Sena dengan sepeda masing-masing.

Sesampainya di sana, Eiji pun mengetuk pintu sambil mengucapkan salam. Sena pun langsung datang dan membuka pintu sambil membalas salam dari Eiji. Setelah mereka masuk, Sena menyuruh pembantunya untuk mengambil minum dan cemilan untuk mereka berempat.

“Bi, tolong ambilkan minum untuk empat orang, sekalian cemilannya ya. Antarkan ke ruang bermain.”

“Iya, Mas, nanti Bibi ambilkan.” jawab bibi.

“Makasih, ya, Bi.” kata Sena.

“Bapak ibumu mana, Sen?” tanya Kaito.

“Lagi di Singapura. Katanya ada urusan pekerjaan.” jawab Sena.

Setelah itu, mereka berempat pun langsung menuju ke ruang bermain, tempat mereka bermain.

“Jadi gak mau ngadu W.E.?” tanya Sena.

“Jadi dong.” jawab mereka bertiga.

“Kalau gitu coba kalahin tim ku, Deimon Devil Bats.” kata Sena.

“Ah, mainnya pake tim bikinan sendiri. Gak seru. Pasti semuanya pemainnya punya tekhnik 99.” kata Yondaime tidak setuju.

“Gak semua sih, tapi kalau rata-rata sih tekhniknya sekitar 96-97.” kata Sena.

“96-97? Samjuhong, sama juga bohong.” kata Kaito.

“Udah, gak apa-apa. Mau 99 kek, mau bikinan kek, yang penting itu skill player-nya. Kalau timnya jago terus tekhniknya 99 tapi gak bisa main kan sama aja bohong.” kata Eiji yang dari tadi hanya diam saja.

“Betul itu.” kata Sena.

Akhirnya, mereka berempat pun bermain. Pertandingan mereka dibagi jadi 2 babak. Babak 1 Sena lawan Kaito. Babak 2 Eiji lawan Yondaime. Yang kalah di babak 1 dan 2 tanding lagi untuk dapat juara 3.

“Eh udah jam 4, nih, Sholat Asar dulu yuk.” ajak Eiji pada teman-temannya ketika PS baru dinyalakan.

“Ayo, sholat sini aja ya.” kata Sena.

Setelah mereka selesai sholat, mereka pun kembali bermain. Ternyata Kaito kalah dari Sena dengan skor 5-0. Dan Eiji menang melawan Yondaime 3-1.

“Akhirnya aku bisa balas dendam sama timmu, Internazionale Milan.” kata Sena.

“Ayo Eiji, kalahin Deimon.” kata Yondaime dan Kaito.

“Oke.” jawab Eiji dengan mantap.

Eiji pun melawan Sena. Pertandingan berjalan imbang. Skornya pun imbang 4-4. Akhirnya karena imbang mereka bermain sampai perpanjangan waktu. Akhirnya pada menit-menit terakhir, Inter berhasil mencetak gol. Ibrahimovic lah pahlawannya. Tendangan yang mantap dari Ibrahimovic gagal ditahan kiper Deimon. Pertandingan pun berakhir dengan skor 5-4. Tetapi saat mereka bermain tadi Kaito sedang menulis sesuatu, tetapi tidak ada yang memperhatikan.

Setelah 1 jam bermain, mereka pun pamit pulang. Tetapi saat mereka berada di ruang tamu terdengar teriakan bibi dari dalam rumah.

“Mas, mas, kapal-kapalan dari Venesia yang dibelikan Bapak hilang! Padahal tadi masih ada di ruang keluarga.” kata bibi dengan cemas.

“Hilang! Kok bisa? tanya Sena cemas.

“Saya juga tidak tahu, Mas. Yang ada malah surat ini.” jawab bibi.

Mereka pun langsung melihatnya dengan seksama. Surat itu berisi angka-angka yang aneh, yaitu: 147ж252486123580.

“Waduh, gimana nih?” tanya Sena.

“Udah, ini di-photocopy-in aja biar semua bisa mikir terus coba pecahin dulu sendiri di rumah. Besok kumpul di rumah Sena jam 10 pagi.” kata Eiji.

Mereka pun akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Di rumah, Eiji berpikir keras untuk memecahkan kodenya. Tidak hanya Eiji. Sena, Yondaime dan Kaito pun berpikir sangat keras. Eiji pun menyerah, jadi dia menelpon Light, teman mereka berempat yang sangat pintar dan mengaku dirinya detektif.

Keesokan harinya, mereka berkumpul di depan rumah Sena.

“Gimana, udah ada yang bisa mecahin?” tanya Sena.

“Belum.” kata Yondaime.
“Aku juga belum.” kata Kaito.
“Aku juga, blank. Tapi aku udah minta tolong Light.” kata Eiji.
“Light?” tanya yang lain.
“Iya, dia kan kayak detektif. Jadi dia mungkin bisa mecahin ini.” kata Eiji.
“Hei semuanya.” kata Light menyapa semuanya.
“Akhirnya datang juga.” kata Eiji.
“Mana kodenya?” tanya Light.
“Nih.” kata Eiji sambil memberikan photocopy kodenya.
“Ya udah masuk dulu, yuk. Kan lebih enak mikir di dalam.” kata Sena.

Setelah mereka masuk, mereka pun berpikir di kamar Sena yang luas. Setelah 10 menit Light pun berkata.

“Ini sih gampang. Kemarin waktu kejadian ada siapa aja di rumahmu, Sena?” kata Light.

“Jadi kamu udah tahu?” tanya Kaito.

“Udah, tapi arti kodenya aja. Belum tahu siapa pelakunya.” kata Light.
“Selain kita berempat ada 2 pembantu, Ryuzaki sama Near; pengurus kebun, Natsuki; supir, Itachi; 2 satpam; sama saudaraku dari Jepang, Shinichi. Emang apa arti kodenya?” kata Sena.
“Saudara? Kok waktu itu gak kelihatan?” tanya Yondaime.
“Dia lebih senang baca sendirian di kamar.” jawab Sena.
“Oooh, jadi gitu. 147ж252486123580 itu dari angka-angka di telepon.  itu sebagai pemisah antara kata yang satu dengan kata yang lain. Coba aja sambungin angka-angkanya.” kata Light.
“Telepon?” tanya Sena dan Kaito.
“Sambungin?” tanya Yondaime.
“Aku juga sempet mikir kalau itu dari telepon. Cuman gak pede, takut salah. Jadinya P, O, dan T, kan?” kata Eiji.
“Iya jadinya POT. Mungkin pot bunga yang ada di rumahmu kali, Sen. Eiji, kalo jadi detektif gak boleh gak pede. Harus berani.” kata Light.
“Terus kamu udah tahu belum siapa kira-kira pelakunya?” tanya Eiji.
“Belum, tapi yang pasti ada diantara kita bersembilan. Aku gak dihitung.”

Akhirnya mereka pun berpencar untuk mencari pot yang dimaksud. Setelah lama mencari, akhirnya mereka menemukan pot yang disekitarnya terdapat kode, yaitu:
3-5-16-1-20..11-5..11-1-13-1-18-11-21. 19-8-9-14.
TITIK ADALAH TITIK. TITIK-TITIK ADALAH SPASI. CEPAT DATANG, KALAU TIDAK KAPALMU TERANCAM!!!!
“Waduh, kode lagi, nih.” kata Kaito.
“Ini sih gak begitu sulit kata Light. Ganti aja angkanya sama huruf, misalnya 1 itu A, 2 itu B, dan seterusnya.” kata Light.
“Jadinya apa dong?” kata Sena.
“Jadinya CEPAT KE KAMARKU. SHIN.” kata Light setengah berbisik.
“Shin? Masa pelakunya saudaraku?” tanya Sena.

“Bisa iya bisa nggak. Soalnya gak mungkin kan pencuri ngasih kode.” kata Eiji.

“Ya udah ayo kita ke sana.” kata Yondaime.

Mereka pun segera menuju kamar Shinichi. Lalu Sena pun bertanya padanya.

“Betul kamu yang nyuri?” kata Sena.

“Ya nggaklah. Justru aku ngasih kode supaya kalian bisa ke sini diam-diam. Pelakunya tuh Ryuzaki dan Near. Kemarin aku lihat mereka ngambil pas kalian lagi main PS, gak ngajak-ngajak lagi. Kebetulan waktu itu aku abis dari kamar mandi. Terus karena ketahuan aku di bius, terus di bawa ke kamarku. Udah gitu pas aku bangun kamarnya di kunci, tapi udah disediakan makanan dan minuman. Baru tadi pagi dibuka pas aku minta tolong sama Natsuki. Pokoknya sekarang kita kasih tahu dulu Natsuki sama Itachi terus kita tangkap 2 pencuri itu.” kata Shinichi.

“Oke.” kata mereka berlima kompak.

Mereka berenam pun segera ke kamar kedua pembantu itu. Tetapi, kamar mereka sudah kosong, sudah tidak ada apa-apa lagi. Sepertinya mereka sudah pergi. Ada sepucuk surat di atas meja yang bertuliskan:
“Mas, maaf saya dan adik saya sengaja mencuri kapal tersebut. Tetapi saya terpaksa karena saya harus melunasi hutang-hutang kami di desa. Ibu kami juga sedang sakit. Makanya setelah saya mencuri ini, saya dan adik saya akan langsung keluar dari tempat Mas Sena dan kembali ke kampung.”

“Waduh, dibawa ke kampungnya lagi.” kata Sena.

“Kita coba kejar aja karena kayaknya mereka baru pergi.” kata Shinichi.

“Tahu dari mana?” tanya Kaito.

“Tuh, mereka baru selesai manjat. Mau keluar lewat belakang kayaknya.” kata Shinichi.

“Ya udah, biar aku, Yondaime, Kaito, sama Eiji yang ngejar. Kalau Shinichi ngasih tahu satpam, penjaga kebun, sama supir. Kalau Sena telpon bapak sama ibumu, kasih tahu kalau kapalnya udah ketemu, terus udah ketahuan siapa yang nyuri.” kata Light.

Setelah itu, mereka pun melaksanakan tugasnya masing-masing. Sena menelpon orang tuanya, sedangkan yang lain mengejar Ryuzaki dan Near. Setelah mereka berdua ditangkap, mereka pun di bawa ke rumah Sena.

“Apa kata orang tuamu?” tanya Light pada Sena.

“Ntar sore, bapak ibuku datang, jadi mereka berdua harus nunggu di sini, tapi harus diawasin satpam. Thanks ya udah bantuin, sekarang kalian udah boleh pulang.” kata Sena.

“Sama-sama. Salam ya buat orang tuamu. Assalammualaikum” kata Eiji, Kaito, Yondaime, dan Light.

Keesokan harinya mereka berempat bertanya nasib kedua pembantu itu pada Sena.

“Gimana akhirnya?” tanya Eiji.

“Dilepasin sama orang tuaku. Mereka juga dipinjamkan uang untuk membayar hutang dan biaya rumah sakit. Tapi gaji mereka dipotong. Padahal awalnya bapakku marah-marah sampai katanya mau di masukin ke penjara, tapi kata ibuku gak usah, kasihan kalau sampai dipenjara.” kata Sena.

“Ooohh, gitu toh.” kata mereka berempat.
Bel masuk pun berbunyi, sehingga mereka pun memasuki ruang kelas untuk belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar