Rabu, 21 Oktober 2009

Hadiah untuk Sahabat by Nur Ismi Sari Dewi

Sepuluh hari lamanya Ana dirawat di Rumah sakit Paderi di Semarang. dalam waktu 12 hari Ana tidak sadarkan diri karena jatuh pingsan mendadak terkena serangan jantung. Disaat itu,Siska yang dihubungi oleh keluarga Ana sudah berada di Rumah sakit Paderi. Siska adalah sahabat sekaligus saudara bagi Ana. Karena sejak kecil mereka selalu bersama melakukan hal yang menarik dan mereka tidak pernah terpisahkan.

“Kring….kring…”, telepon dirumah Siska berbunyi. “Hallo…bisa bicara dengan Siska? ”Ya,saya sendiri. Darimana ya?” jawab Siska. “Saya mamanya Ana,ingin memberitahukan kalau Ana hari ini dirawat di Rumah sakit. Bisa Siska datang ke Rumah sakit Paderi sekarang?” Siska terkejut, bagai mendengar petir disiang hari mendengar sahabatnya masuk Rumah sakit secara mendadak. “oh,iya..iya tante,Siska akan ke tempat tante sekarang.” jawab Siska. “ Oke,tante tunggu ya,Siska.” kata mama Ana.

Setibanya Siska di Rumah sakit,Siska langsung menanyakan ke Resepsionist dimana kamar Ana dirawat. “dikamar nomor 504.” jawab suster. Siska berjalan mencari kamar yang bertuliskan 504, dimana Ana sahabatnya sedang terbaring lemah ditempat tidur. Akhirnya Siska menemukan kamar 504 dan masuk kedalam kamar tersebut. Betapa terkejutnya Siska karena didalam kamar sudah berkumpul keluarga Ana. Dengan kepercayaan diri yang ada pada Siska, Siska memasuki ruangan walau dengan pakaian lusuh namun bersih. Ana terlahir dari keluarga mampu,sementara Siska adalah keluarga dari kalangan yang tidak mampu. Walau demikian, Siska dan Ana tetaplah dua sahabat yang tidak memandang status atau golongan. Melihat keadaan Ana yang terbaring lemah, dengan alat kedokteran dibadan Ana, Siska merasa sedih. Siska hanya bisa memandang Ana dan berdoa untuk kesembuhan sahabatnya. Siska pamit keluar kepada keluarga Ana,karena Siska tidak kuat menangis dihadapan keluarga Ana yang sedang berduka.

Setelah tak sadarkan diri selama 2 jam,akhirnya Ana sadar. Ana langsung menanyakan Siska sahabatnya. Salah satu keluarga Ana keluar mencari Siska yang berada tak jauh dari ruangan Ana dirawat. Betapa bahagianya Siska ketika mengetahui Ana sahabatnya telah sadarkan diri. Siska berlari memasuki ruangan,dan dipeluknya Ana dengan erat. Siska dan Ana menangis dalam pelukan persehabatan. “ Siska, mama dan papa Ana mengerti bagaimana arti persahabatan bagi kalian berdua. Kami mohon kepada Siska untuk menemani dan merawat Anak kami Ana sampai sehat.Karena kami ada urusan pekerjaan yang sangat penting ke Luar Negeri.” begitu permintaan mama dan papa Ana kepada Siska.
Siska menganggukan kepalanya tanda setuju dengan permintaan kedua orang tua Ana.

Selama 2 hari Siska menemani dan merawat Ana dengan penuh kesabaran. Ana terlihat semakin sehat dan ceria karena Siska selalu menghibur Ana. Kedua orang tua Ana telah tiba dari Luar Negeri dan langsung menuju Rumah sakit Paderi untuk melihat Ana. Pada saat mama dan papa Ana datang,Siska sedang ke kamar kecil. Ana menyampaikan keinginannya untuk memberikan gelang kerang kepada Siska. “ Mama, Ana ingin memberikan hadiah kepada Siska sebelum Ana pergi.” kata Ana. “Jangan pergi,nak..Jangan tinggalkan mama,papa dan juga Siska.” jawab mama. “Tapi Ana sudah tidak kuat lagi,ma..” kata Ana. “Ma, pada saat Ana terbaring lemah kemarin dada Ana terasa sakit sekali. Mama dan papa jangan bersedih,karena Siska akan selalu ada untuk mama dan papa. Hanya Siska sahabat Ana yang mau berkorban untuk kesembuhan Ana. Ana berharap, mama dan papa jangan marah jika Ana akan memberikan gelang kerang milik Ana untuk Siska. Gelang kerang ini Ana buat sewaktu mama,papa dan Ana pergi ke pantai beberapa waktu yang lalu. Ana mengumpulkan kerang-kerang untuk Ana buat menjadi gelang.” Sambil menitikkan air mata,mama Ana berkata,” Alangkah cantiknya gelang yang kamu buat ini,nak…”

Setelah pembicaraan antara Ana dan mamanya selesai, Siska kembali dari kamar kecil. Ana memanggil Siska dan memberikan hadiah gelang kerangnya. “Siska, ada sesuatu yang akan aku berikan untukmu.” kata Ana. “Apa itu,Ana?” jawab Siska.
Ana langsung memberikan hadiah tersebut kepada Siska. Siska membuka hadiah dari Ana dihadapan kedua orang tua Ana. Betapa terharunya Siska begitu melihat hadiah gelang kerang dan sepucuk surat dari Ana. “Siska, gelang kerang ini aku buat khusus untukmu. Gelang kerang ini bukanlah apa-apa untukmu,tetapi gelang ini hanyalah sebuah benda yang besar artinya untukku. Didalam gelang kerang ini terukir nama Ana dan Siska.” Ana berkata demikian sambil menitikan air mata. Begitu pula dengan Siska,mama dan papa Ana. “Siska, apakah kamu mau memakai gelang pemberian aku ini dan menjaganya?” tanya Ana kepada Siska. Siskapun memasangkan gelang kerang pemberian Ana ketangannya. “Terima kasih,Ana. Tiada yang lebih berharga dari apapun didunia ini selain persahabatan kita. Aku akan selalu menjaga gelang kerang ini selamanya. Terima kasih,sahabat ku…”

Monitor jantung Ana bergerak cepat, lalu diam sesaat. Kedua orang tua Ana dan Siska panik. Siska langsung memanggil perawat yang bertugas saat itu. Dokter dan perawat berusaha mengendalikan kondisi kesehatan jantung Ana. Manusia hanya bisa berencana, namun Tuhan berkehendak lain. Ana tidak dapat bertahan dengan penyakit jantung yang dideritanya. Dengan keikhlasan dari orang-orang yang mencintainya,Ana pergi dalam damai kepangkuan ILLAHI. Siska hanya dapat menangis dalam pelukan mama dan papa Ana. “Selamat jalan,Ana…. Selamat jalan sahabatku…”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar