Rabu, 02 Februari 2011

Tetangga yang Menyeramkan by Muhammad Anggi Abdullah Siregay

Dennis curiga akan tetangganya yang baru pindah itu. Rumah kosong yang ada didepan rumahnya itu sekarang sudah terisi. Menurut Dennis, gerak-gerik tetangganya itu sangatlah mencurigakan. Contohnya, pada suatu malam ia pernah melihat bayangan alien dari jendela tetangganya itu. “Apakah menurutmu tetangga baru itu tidak menyeramkan? Maksudku, lihatlah rumahnya, penuh dengan barang aneh!”, kata dennis kepada adiknya. “Aneh?aneh bagaimana?” , Tanya sherryl bingung. Dennis pun melanjutkan, “Apakah kau belum pernah melihat ruang tamunya? Aku pernah melihat seekor serigala di ruang tamunya.” Sherryl pun tertawa terbahak-bahak “Kau ini terlalu banyak menonton film horror, Dennis.”. Esok harinya, Dennis menceritakan tetangganya itu kepada temannya, Boris. “kau tahu kan tetangga baruku yang tinggal di depan rumahku itu?” , Tanya Dennis penasaran.

“ Hoo aku tahu, pak Deni kan?”
“Ya, betul. Dia sangat mencurigakan.”
“Hah? mencurigakan?”
“Apakah mungkin dia seorang buronan polisi?”
“hahaha kau ini, Dennis. Tak mungkin ia seorang buronan, tampang mukanya saja begitu membosankan hahaha.”
“Tapi, aku pernah melihat seperti sosok alien di jendela dapurnya. Walaupun hanya bayangan, tapi aku yakin alien itu asli.”
“Hmm.. Baiklah, bagaimana kalau kita selidiki?”
“Oke, bisakah kau menginap dirumahku?”
“tentu.”

Sepulang sekolah, Dennis pun langsung duduk di sofa dekat jendela dan memerhatikan rumah tetangganya itu. Ketika dia sedang melihat jendela rumah pak Deni, Pak Deni pun langsung melihat Dennis dengan tatapan muka yang sangar. Jantung Dennis berdebar-debar dengan sangat kencang. Ia tak pernah merasa setegang ini dalam hidupnya. Ketika dennis sedang bersembunyi, telepon rumahnya berdering.

“Halo, dengan siapa?” kata Dennis dengan suara seperti sedang ketakutan.
“Yaa haloo.. Ini saya, Pak Deni.”
Ketika mendengar pernyataan itu, urat deni rasanya seperti putus.
“Y-y-yyaa ada a-apaa?”
“Betul, ini dengan Dennis?”
“ya, ini aku.”
“Saya merasa diawasi denganmu, atau itu hanya perasaanku saja?”
“Eehhmm.. Sebenrnya memang aku kebetulan tadi sedang melihat jendela bapak.”
“Oh begitu?tetapi saya merasa sedang diawasi ketat denganmu.”
“Oh kalau begitu maaf.”
“Baiklah, semoga tak terulang lagi.”

Setelah menutup telepon, Dennis langsung berbaring di kamarnya. “Aapakah dia akan membunuhku?”, pikir Dennis. Tak lama kemudian terdengar ketukan di pintu depan. Dennis kaget bukan main. Ia takut bahwa Pak Deni datang untuk membunuhnya. Ketukan itu semakin keras. Dennis pun berteriak dari depan pintu “Siapa itu?”. Suara dari luar pintu terdengar “Aku akan membunuhmu, Dennis”. Dengan tanpa ragu Dennis membuka pintu, Ia mengenal suara itu, suara Boris. “lucu sekali, Boris” ejek Dennis. “Hey, aku hanya bercanda kan?”, balas Boris. “Yaya masuklah.”.

Ketika makan malam, Dennis dan Boris berencana untuk menyusup ke rumah Pak Deni. Kebetulan, Pak Deni pun sedang ada acara jadi, rumahnya kosong. Jam di kamar Dennis menunjukkan pukul 20.00. “Ayo berangkat Boris. Sebelum terlalu malam.”

Dennis dan Boris masuk rumah Pak Deni lewat jendela yang tak pernah ditutup oleh Pak Deni itu. Mereka cukup kecil untuk memasukinya. Di dalam ruang tamunya mereka melihat berbagai jenis mahluk, dipajang. YA, DIPAJANG! “Mungkin Pak Deni membunuh mahluk-mahluk ini lalu memajangnya.” kata Boris. Di salah satu monster-monster itu, terdapat alien yang dilihat Dennis. Mereka berdua takut setengah mati. “Dennis, bagaimana kalo kita pulang saja?aku mulai mengantuk.” kata Boris takut, dan berbohong. “Hey! Kau kan sudah setuju, jangan cengeng dong!” tegur Dennis.

Mereka beranjak pergi ke kamar Pak Deni. Mereka terkejut melihat kamar itu. Banyak sekali poster-poster film horror yang ditempel. Poster-poster yang sangat menakutkan!

“Aku masih mau hidup, Dennis! Ayo pulang sekarang!”
“tunggu sebentar! Aku belum selesai melihat rumah ini!
“kalau begitu bolehkah aku pulang?”
“kau sudah berjanji untuk menemaniku, Boris!”
“huufff, baiklah.”

Tiba-tiba, terdengar suara pintu membuka. “DENNIS! KAU HARUS BERTANGGUNG JAWAB BILA AKU MATI!”, jerit Boris ketakutan. “sssttt. Kau akan membuat kita terbunuh! Sembuyi!”

Pak Deni memasuki kamarnya. “Hey, aku tahu kalian ada disini! Keluarlah” kata Pak Deni mantap. “Aku menyerah tapi tolong jangan laporkan kami atau membunuh kami”, teriak Boris “BODOH!”, Dennis berkata dalam hati.

Setelah kejadian itupun, Dennis dan Boris pulang. Ibu Dennis mendapat telepon dari Pak Deni yang mengatakan bahwa anak mereka telah menyusup kedalam rumah Pak Deni. Ibu Dennis kecewa mendengar anaknya bertingkah seperti itu.

“Untuk apa kau menyusup ke dalam rumah pak Deni?” bentak ibu Dennis.
“Aku hanya ingin memastikan apakah dia memang aneh, atau hanya pikiranku saja. Aku berhasil membuktikannya, aku dan Boris melihat banyak monster-monster dipajang.”
“Monster? Jangan bercanda, Dennis!”
“Aku serius bu, Boris saja melihatnya.”
“Aku tak peduli. Tidurlah, sudah malam.”

Dennis pun menurut saja dan langsung tidur. “bodoh!kalau saja kau tidak mengatakan ‘menyerah’ kepada Pak Deni, kita tidak akan begini!” bentak Dennis kepada Boris. “Maaf, aku terlalu tegang untuk tetap bersembunyi.”. “Kau ini! Yasudahlah, kau tidur saja”. Tengah malam pun sudah lewat. Dennis masih tetap membuka matanya, sedangkan Boris sudah tertidur pulas. Ia sedang memikirkan bagaimana cara untuk meyakinkan ibunya tentang monster-monster itu. Bila iya melapor polisi pun, para polisi tak akan mempercayainya bahkan mungkin Dennis akan dikira gila!

Pagi telah menyambut mereka berdua. Burung berkicauan, ayam berkokok. Dennis semalaman tidak tidur dan sekarang matanya merah dan berkantung. “Kau kenapa, Dennis?”, Tanya ibu. “Aku tidak kenapa-kenapa. Hanya sedikit lelah saja.”, jawab Dennis. “Oh begitu, yasudah, makanlah sarapanmu.” balas ibu.

Tak lama kemudian, Boris datang dengan muka acak-acakan. “hooaaaaaamm… sarapan sudah siap ya?” Tanya Boris. “Ya, makanlah. Hey Boris, bagaimana kalo siang ini kita pergi ke bermai bola?” Tanya Dennis. “Baiklah. Wow aku lapar sekali! Kau kenapa? Kau kelihatan seperti orang kurang tidur.”, Boris heran. “Tak apa-apa kok. Aku baikbaik saja.”

Selesai sarapan, Dennis dan Boris mengajak teman-temannya untuk bermain bola. Sementara ibu sedang menerima telepon dari Pak Deni. Mendengar pernyataan Pak Deni, ibu tertawa terbahak-bahak. Ibu tak sabar untuk menyapaikan kabar ini kepada Dennis.

Sepulang bermain bola, Ibu berkata, “Dennis, Boris, duduklah, ibu ingin bicara dengan kalian.” Mereka pun menurut saja dan duduk. “Ini tentang Pak Deni.”

“Hah? Pak Deni? Ada apa dengannya?”
“Ibu setuju denganmu, Pak Deni menyembunyikan sesuatu, Dennis.”
“HA! Kubilang juga apa! Dan kau mempercayainya.”
“Ada apa dengan Pak Deni?”, Tanya Boris penasaran.
“HAHAHAHAHA”, ibu tertawa terbahak-bahak. “Sebenarnya dia tak aneh, ibu hanya bercanda dengan kalian haha”
“bercanda? Bercanda bagaimana?”, Tanya Dennis kesal.
“monster-monster yang kalian lihat itu, itu adalah koleksi pajangannya ketika ia masih muda dulu. Dia dulu adalah seorang sutradara, monster-monster dan poster-poster yang kalian lihat adalah kenangan-kenangan karirnya bersutradara.”

Mendengar ibu berkata begitu, Dennis merasa lega. Seperti semua beban yang dipikulnya hilang. Dennis pun kapok menyusupi rumha orang. Ia tahu ia bersalah. Dennis meminta maaf kepada semua orang ibu, Boris, dan pastinya Pak Deni. Mulai sekarang, Dennis berjanji tak akan menuduh orang tanpa bukti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar