Rabu, 02 Februari 2011

Awal dari Tiga Kerajaan by Ariyo Dewabrata

Awal dari Tiga Kerajaan

Cina, tahun 211. Masa dimana para penguasa bersaing untuk kekuasaan total akan segera pudar, dan digantikan dengan segitiga kekuatan. Tahun 208, Jendral Cao Cao, yang telah menguasai Dataran Cina Utara memutuskan untuk menginvasi Kerajaan Wu di selatan, tapi mengalami kekalahan di Pertempuran Tebing Merah. Setahun kemudian, Zhou Yu, ahli strategi Wu yang berperan besar dalam kemenangan atas Cao Cao, meninggal dalam usia muda. Sementara itu, Liu Bei mengambil alih provinsi Jing dari kerabat jauhnya, Liu Qi. Dari daerah Liang, Ma Cao mempersiapkan pasukannya untuk berperang melawan Cao Cao.
“Jadi bagaimana, Kongming?” Tanya Liu Bei pada ahli strateginya Zhuge Liang. Liu Bei dan Zhuge Liang sedang membicarakan langkah mereka berikutnya. Beberapa tahun lalu, Liu Bei berhasil mempertahankan wilayahnya Xin Ye beberapa kali, namun Cao Cao sendiri datang menyerang dan Liu Bei yang kalah jumlah pun harus kabur ke Xiang Yang. Ia kemudian membentuk persekutuan dengan pemimpin Wu, Sun Quan karena ia tahu, Cao Cao pasti akan mengincar Wu. Pertempuran di Tebing Merah pun dimenangkan Wu. Cao Cao cepat-cepat kabur setelah kapalnya terbakar, dan Guan Yu, adik angkat Liu Bei, hampir saja menangkap Cao Cao, tetapi Guan Yu merasa ia masih ada hutang dengan Cao Cao, maka ia pun melepaskannnya. Sekarang, Liu Bei menguasai Jing, dan menurut rencana Zhuge Liang, ia diharuskan mengambil provinsi Yi.

“Sudah kubilang pada pertemuan kita yang pertama, engkau akan mengambil Jing dan Yi, kemudian membangun fondasi yang kuat. Setelah Yi beres, tuan akan mendapatkan dukungan langit dari Cao Cao di utara, dan mengeruk keuntungan bumi dari Sun Quan di selatan” jawabnya. Zhuge Liang adalah murid dari Sima Hui alias “Cermin Air”. Gurunya mengatakan bahwa ia bisa disamakan dengan ahli-ahli perang di dinasti-dinasti sebelumnya. Liu Bei yang mendengar itu langsung segera menghampiri rumahnya di Long Zhong, namun ia tidak ada. Ketiga kalinya Liu Bei mendatangi rumahnya, barulah ia bertemu Zhuge Liang dan akhirnya berhasil mengajaknya bergabung.
“Ah, berat rasanya bagiku untuk menyerang Yi” kata Liu Bei. Ia pernah mengatakan ia adalah keturunan dari salah satu pendiri Dinasti Han, dengan begitu ia masih kerabat jauh gubernur Yi, Liu Zhang.
“Bagaimana pun tuan, kita telah merencanakan ini bertahun-tahun”.
“Yah, kau ada benarnya juga”.
--
Ma Chao sedang terduduk di perkemahannya. Ia akan memimpin serangan terhadap Cao Cao di Gerbang Tong. Sudah dua tahun dia menginginkan balas dendam. Ayahnya, Ma Teng, dipanggil Cao Cao ke ibukota dan kemudian jadi sandera. Ketika ia mendengar bahwa Ma Chao dan Han Sui telah menentangnya dan angkat senjata, Cao Cao segera mengeksekusi Ma Teng. Mendengar kabar bahwa ayahnya dibunuh, Ma Chao langsung marah besar. Ia pun segera mengumpulkan para penguasa dari daerah barat untuk membantu melawan Cao Cao.
“Tuan Ma Chao, apa kau sudah siap?” Tanya Pang De, jendral kavaleri Liang yang dikenal sangat kuat.
“Ya, Pang De. Aku sudah siap”. Ma Chao pun segera naik ke kudanya dan segera meninggalkan kemahnya, memimpin serangan.
--
Zhao Yun terduduk di dalam Benteng Gui Yang. Ia diberikan tugas oleh Liu Bei untuk menjaga kota Gui Yang, karena memang Zhao Yun yang menangkap kota itu. Zhao Yun adalah jendral yang bergabung dengan Liu Bei setelah Cao Cao menguasai utara China. Saat Liu Bei melakukan usaha kaburnya di Chang Ban, ia menyelamatkan Liu Chan, bayi Liu Bei yang nyaris tertangkap.
“Sebentar lagi kita akan menyerang Yi. Kurasa untuk sampai ke Cheng Du, harus mengalahkan Yan Yan dulu.”
--
Ma Chao berhasil mengambil Gerbang Tong. Cao Cao mengirim pasukan untuk mengambilnya dari Ma Chao, tapi kalah.
“Ah, itu dia! Ambil kepala Cao Cao!” seru Ma Chao begitu. Dia begitu yakin bahwa orangg yang didepannya adalah Cao Cao. Meskipun ia belum melihatnya, tapi ia yakin dari jubah yang dikenakannya.
“Sial!”
Ia pun terjatuh. Ma Chao medongkan tombaknya, hanya untuk mengetahui bahwa ia bukan Cao Cao.
‘Tuan, sepertinya Cao Cao menggunakan orang ini mengecoh kita.”
Mendengar itu, Ma Chao pun marah. Ia segera menusuk orang tadi.
“Aku rasa kita harus menunggu lebih lama lagi.”
--
3 tahun kemudian.
Zhang Fei berhasil mengalahkan Yan Yan. Sekarang tinggal Cheng Du, yang merupakan pusat pemerintahan Liu Zhang. Liu Bei bersiap-siap untuk melakukan pengepungan pada Benteng Cheng Du, tapi ia sedikit ragu-ragu.
“Kakak!”, teriak Zhang Fei.
“Ada apa? Bagaimana dengan tugasmu?”
“Selesai, tapi yang terpenting, aku membawa tamu istimewa.”
“Istimewa?”
Kemudian beberapa orang memasuki perkemahan Liu Bei. Ia tidak begitu familiar dengan tampang mereka, kemudian ia menanya pemimpin mereka.
“Siapa gerangan engkau ini?”, tanyanya.
“Namaku Ma Chao, mantan penguasa bagian barat laut!”
Semua orang terkejut mendengar itu. Liu Bei merasa heran, karena berbulan-bulan yang lalu, Ma Chao masih mampu melawan Cao Cao, meskipun koalisi Guanxi bubar dan masing-masing penguasa kembali ke urusannya sendiri.
Zhuge Liang, si “Naga Tidur”, pun berkata pada dirinya sendiri.
“Dengan tidak adanya Ma Chao di Xi Liang, pasti Cao Cao sudah menatap Han Zhong.”
“Sepertinya, kita harus melepaskan Han Zhong untuk sementara”, kata Liu Bei.
--
Setelah sekian lama menahan pengepungan, Liu Zhang pun akhirnya menyerah.
“Dengan ini, aku pasti akan jadi bahan tertawaan generasi berikutnya”, kata Liu Zhang.
Liu Bei, bagaimana pun menegurnya. “Kau tidak perlu takut tentang itu. Mengabdilah padaku, dan mengembalikan kejayaan dinasti ini seperti dimasa leluhur kita.”
Dengan ini, Liu Bei telah membangun pondasi yang kuat, dan dengan demikian, ia pun mengklaim dirinya sebagai adipati Kerajaan Shu, yang beribukota di Cheng Du,
--
Zhang Liao, Li Dian dan Yue Jin, bersiap untuk meninggalkan Benteng He Fei. Mereka ditugaskan untuk menjaga wilayah itu dari Wu.
Cao Cao baru saja behasil mempeluas wilayahnya setelah mengalahkan Zhang Lu dan mengambil Han Zhong, daerah yang terkenal strategis. Di saat yang bersamaan, Sun Quan melihat ada kesempatan untuk mengambil wilayahnya.
“Zhang Liao. Sepertinya mush telah datang”, kata Yue Jin.
“Kalau begitu, kita sudah boleh membuka suratnya.”
Surat yang dimaksud adalah surat dari Cao Cao. Surat itu ditujukan untuk mereka bertiga, supaya mereka tahu harus apa saat Sun Quan datang. Mereka pun membukanya, dan tertulis “ kalau Sun Quan sudah datang, Zhang Liao dan Li Dian akan melawan pasukan musuh, Yue Jin akan tinggal dan menjaga kota, dan tidak bertemu dengan musuh”. Mereka bertiga langsung kebingungan.
Malamnya, Li Dian mengumpulkan sekitar 800 prajurit.
--
“Aku, Zhang Liao, akan memporak-porandakan Wu!”
Zhang Liao benar-benar menunjukan kekuatannya. Dengan pasukan yang sedikit, ia berhasil mengacak-acak barisan pasukan Wu. Kini sampai pada titik dimana ia bisa melawan Sun Quan.
“Sun Quan! Turun dan lawan aku!”, teriaknya.
Sun Quan tak berani bergerak, tapi begitu melihat pasukan Zhang Liao yang sedikit, ia langsung memberi perintah untuk mengepungnya. Zhang Liao tetap bisa kabur dengan beberapa orang, tapi ada beberapa yang tertinggal
“Jendral Zhang Liao telah mengabaikan kita!”
Mendengar itu, Zhang Liao langsung menyerang lagi dan berhasil menyelamatkan prajurit yang terperangkap. Tidak ada lagi yang berani melawannya.
--
Sun Quan kemudian mengepung He Fei untuk beberapa hari tapi tetap saja tidak berhasil menaklukan He Fei, dan pasukannya juga mulai sakit.
“Hah, sepertinya kita harus mundur”, kata Sun Quan.
--
Liu Bei mengadakan rapat di dalam Benteng Cheng Du. Ia meminta pendapat para pengikutnya.
“Kita telah membagi Jing dengan Wu. Sekarang aku yakin kita akan beralih ke Han Zhong, yang baru saja ditaklukan oleh Cao Cao. Apa ada yang punya usul lain?”
“Ada, tuan”, sahut Zhao Yun. “Suku Nanman di selatan akan membuat masalah jika dibiarkan. Kusarankan untuk membereskan mereka dulu.”
“Mereka urusan Wu”, jawab Liu Bei. “Kita sebaiknya jangan ikut campur.”
“Kita baru saja menang, kakak. Jangan buru-buru. Paling cepat juga setahun”, kata Guan Yu.
“Pokoknya, kita fokus ke Wei. Ma Chao, karena kau dekat dengan orang-orang Qiang mungkin suatu saat aku akan menyuruhmu untuk mengajak mereka bergabung.”
“Baik, aku mengerti!”
Liu Bei hendak membubarkan rapat, tapi ada seseorang yang memotong.
“Anu…”
“Ada apa, Wei Yan?”
Ia pun menjawab, “Chneg Du sangat kaya sumber daya alam, kita harus memanfaatkannya secara maksimal.”
“Aku sudah tahu itu. Kalau tidak, aku tidak akan mengirim tiga petugas untuk menggali tambang emas.”
“Oh, ternyata tuan sudah tahu.”
Rapat pun selesai. Para petugas Shu keluar dari ruang rapat.
“Jendral!”
“Ada apa Zhao Yun?” Tanya Guan Yu.
“Dengan begini jadi ada tiga kekuatan, Shu, Wu, dan Wei. Aku tidak yakin kita bisa menang.”
“Zhuge Liang yang mengusulkan begitu, dan untuk sementara ini berjalan lancar.”
“Yah, sepertinya begitu. Tetapi, apakah Kaisar Xian akan baik-baik saja?”
“Dia sudah jadi boneka Cao Cao. Ia pasti baik-baik saja, tapi negeri ini tetap kacau.”
“Karena itu kita harus bertahan.”
Mereka pun berpisah. Zhao Yun segera naik ke kudanya untuk kembali ke perbatasan Shu dan Wu di selatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar