Rabu, 25 Januari 2012

Elegi by Zhafarina Shandira

“Rafa, aku sakit.” “Kenapa Seffy?” Jawab Rafa dengan lembut di telepon. “Aku.. Ah, nggak tau..” Aku tidak dapat meneruskan kalimatku. Karena aku tahu, kalau aku meneruskannya maka ia akan sedih. Rafa, sahabatku akan selalu sedih jika aku mulai berbicara tentang mantanku yang sampai saat ini masih sangat kusayangi, Nino. “Jangan sedih yaa, Seffy harus semangat, nanti aku beliin susu deh! Janji.” “Huaa nggak bisaaaaa..” Air mataku turun semakin deras. “Eeeh, senyum dooong, nanti nggak aku ajak main lagi nih?” Bujuknya. “Iyaaaaaa deh!” “Naah gitu dong, seneng deh kalo denger suara Seffy yang kayak gini, daripada denger suara kamu yang lagi nangis, jelek tau ih.” “Iya Rafaaaaaaaaaa..” Akupun luluh. Entah kenapa, dia selalu saja bisa membuatku senang disaat aku sedang sedih dan dia selalu ada disaat aku membutuhkan seseorang untuk menghiburku. Pagi itu aku terbangun dengan mata sembab akibat terlalu banyak menangis semalam. Namun, sedalam apapun Nino menyakitiku, sesering apapun ia membuatku menangis, aku tak akan pernah bisa menyingkirkannya dari pikiranku. Aku tidak pernah tahu dan tidak pernah mengerti kenapa perasaan ini begitu nyata dan tidak bisa kulupakan. Aku dan dia sudah bersama selama kurang lebih 7 bulan, dengan kenangan dan begitu banyak hal yang telah dilewati bersama membuatku semakin sulit untuk melupakannya, padahal Nino sendiri sudah melupakanku. Sudahlah, aku tidak ingin membahasnya lebih jauh lagi. Telepon genggamku berdering dengan lantang, memperdengarkan lagu milik band Paramore yang berjudul That’s What You Get yang merupakan nada deringku. Ah, Rafa meneleponku. Segera saja kuangkat, siapa tahu ada sesuatu yang penting yang ingin ia sampaikan. “Halo?” Sambut suara “serak-serak basah” yang khas di seberang. “Iya, kenapa Raf?” Tanyaku singkat. “Hari ini Seffy mau kemana? Main yuk sama bocah-bocah?” Ajaknya. Kami biasa menyebut teman-teman sepermainan kami dengan sebutan “bocah-bocah”. “Nggak tau, nih. Tapi bosan banget sih di rumah, mau kemana kita?” “Ke Bogor yuk?” “Ayo!” Sambutku semangat. Segera saja aku mencuci muka dan mengeringkan mukaku dengan handuk, dan mengganti pakaianku. Rafa selalu tahu kapan aku merasa sangat bosan dan dia selalu mengajakku keluar di saat itu. Terkadang terlintas di pikiranku, mengapa dia bisa sangat mengerti akan diriku? Mengapa dia sangat baik kepadaku? Namun segera kubuang jauh semua pertanyaanku itu, karena aku tahu, dia bersikap seperti itu kepadaku karena dia adalah sahabatku, tidak lebih. Tin tin tin! Klakson mobil Arby berbunyi di depan rumahku. Akupun bergegas mengambil tas dan setengah berlari menuju mobil Arby. Di dalam mobil sudah ada Rafa, Gama, Angga, Alvin, Bimo, dan Arby. Ah, aku senang sekali melihat wajah mereka lagi, setelah sekian lama tidak bertemu karena semua sudah sibuk dengan urusan masing-masing, ada yang sibuk mencari kerja, ada yang sibuk mencari universitas untuk dirinya. “Hoy Sef! Apakabar lo? Sombong lo hahahahaha.” Sapa Alvin saat aku masuk ke dalam mobil. “Yah, lo tau gue kan, gak pernah baik nih, payah deh..” Jawabku sambil menghela nafas. “Sabar ya, Sef. Nanti juga ketemu penggantinya kok, hidup lo masih panjang, lo masih muda, nikmati aja dulu masa muda lo, jangan dibawa stress lah. Lagipula dunia tuh nggak selebar daun kelor kali, Sef.” Kata Alvin sambil mengedipkan matanya. “Hahahahaha, iya bang iya.” Aku hanya bisa menjawab dengan pasrah. Kata-kata Alvin terngiang-ngiang di kepalaku, namun aku tetap tidak pernah bisa melupakan orang yang telah bersamaku selama 7 bulan itu. Tapi aku memutuskan untuk melupakannya seharian ini dan bersenang-senang dengan teman-temanku ini. Kekonyolan-kekonyolan Alvin dan Bimo yang berakting sebagai pemain sinetron sangat menghiburku. Akupun tertawa tak henti-hentinya. Payah, sudah lama aku tidak tertawa selepas ini. Aku dikalahkan oleh perasaan dan kenangan yang begitu kuat. “Eh, gue laper deh.” Celetuk Gama di sela-sela gelak tawa. Benar juga, kataku dalam hati. Saking senangnya tertawa aku sampai mengacuhkan cacing-cacing di dalam perutku ini. “Makannya di Bogor Nirwana aja, sekalian kita ke Hantu Jungle.” Usul Rafa. Malam itu begitu dingin, membuatku kembali teringat akannya yang selalu memelukku disaat aku kedinginan. Hey, lupain Sef, dia udah pergi, pikirku. Aku pun kembali memperhatikan kebodohan-kebodohan yang dilakukan oleh teman-temanku, terutama Alvin, Bimo, dan Rafa. Mereka melakukan hal-hal bodoh seperti berkejar-kejaran di jalanan dan berfoto layaknya seorang striptease di tiang lampu pinggir jalan. Aku tertawa terbahak-bahak melihat tingkah laku mereka yang tidak ingat umur. Sudah seperti pelawak saja mereka! Tiba-tiba saja Rafa menghampiriku. “Lo kedinginan ya, Sef?” Kata Rafa. “Hah, eh, iya nih, nggak bawa jaket lagi gue, payah deh.” “Nih, pake kemeja gue aja, gak terlalu tebel sih, tapi ya lumayan lah buat ngangetin badan lo.” Rafa melepaskan kemejanya dan memberikannya kepadaku, sambil tersenyum dan mengusap lembut kepalaku. Aku tahu dia juga sebetulnya kedinginan, tapi ia rela meminjamkan kemejanya dan hanya memakai t-shirt. Ia pun duduk disebelahku dan menemaniku. Saat itu aku mulai berpikir, dia benar-benar baik kepadaku. Dan aku menyukai sentuhan lembut tangannya saat mengusap kepalaku. Hey, aku merasa nyaman berada di dekatmu, Rafa. “Sendirian aja lo, sana ikutan maen, hahaha.” “Gak ah, ntar ketularan autisnya lagi gue, hihi,” Aku tertawa kecil. “Emang lo udah autis kali Sef, cuma sekarang kayaknya autisnya kekurung di dalem diri lo deh.” Jawab Rafa. “Maksudnya?” “Seffy yang sekarang nggak kayak Seffy yang gue kenal, gue kayak ngeliat orang lain..” Aku terdiam mendengar kata-katanya. Aku tak bisa menjawab apa apa. Ia pun melanjutkan kalimatnya, “Seffy yang sekarang ngelamun terus. Nangis terus. Jelek, tau.” “Masa, sih?” Tanyaku penasaran. “Iya. Jangan sedih terus dong. Payah ah. Gue suka lo yang ketawa-ketawa kayak tadi deh, lebih manis.” Ungkap Rafa. “Suka?” “Iya.” Jawabnya singkat. Aku terdiam sejenak. Mencoba mengulang kembali perkataan Rafa yang baru saja kudengar. Apakah mungkin? Apakah aku salah mendengar? Ternyata kecurigaanku selama ini benar. Tapi, bagaimana bisa? “Semua cerita yang lo bagi, semua waktu yang gue habisin sama lo, semua hal bodoh yang kita lakuin bareng, semua itu bikin gue ngerasa sesuatu yang beda ke lo.” Entah apa yang ada di pikiranku saat itu, aku benar-benar terkejut. “Iya Raf, gue juga suka sama lo, kok. Lo kan sahabat gue, masa gue gak suka sama lo?” Jawabku. “Tapi ini beda, Sef..” Kepalaku dipenuhi dengan begitu banyak hal yang membingungkanku. Perasaanku pada Nino masih begitu nyata, dan ternyata Rafa memiliki perasaan yang istimewa, padahal ia sudah tahu seberapa besar perasaanku pada Nino. Ada apa ini? Aku tidak mengerti! “Seffy, jangan tinggalin gue, ya.” “Nggak kok, kita kan sahabatan, kita gak akan pisah Raf.” “Hahaha. Iya, sahabat.” Ucap Rafa lirih. Ia terdengar begitu takut saat mengucapkan semua itu. Bodoh. Kenapa baru kusadari sekarang kalau ia memang memiliki perasaan seperti ini? Sekarang aku benar-benar tidak mengerti apa yang harus aku lakukan. Tidak pernah terpikir olehku kalau sesuatu seperti ini akan terjadi. Bagaimana ini? “Ah, gue jadi inget kata-kata kakak gue. Dia bilang sama gue kalo dia mau biayain gue buat sekolah khusus pilot di New Zealand.” Kata Rafa. “New Zealand? Jauh banget Raf?” “Iya. Gue juga belom yakin. Gue gak mau jauh dari lo, Sef. Sehari gak ketemu aja gue udah kangen banget sama lo, gimana nanti? Ah, nggak bisa ngebayangin deh gue. Kan percuma juga gue udah jauh-jauh kuliah disana tapi yang ada gue cuma mikirin lo. Gue gak mau pisah dari lo Sef.” Kata-kata Rafa begitu menyakitkan di telingaku. Perasaannya kepadaku begitu besar. Seketika saja detak jantungku tak beraturan. Seperti ada sesuatu yang ingin disampaikan namun sulit untuk diungkapkan. Sial, lagi-lagi aku dilanda rasa galau. Entah apa yang kini memenuhi pikiranku, namun kata-kata Rafa barusan terus terngiang di telingaku. Apakah semuanya akan tetap sama seperti adanya kini? Apakah perasaan yang begitu kuat ini akan perlahan pergi? Terlalu banyak pertanyaan yang muncul di kepalaku sehingga membuatku tidak dapat memperhatikan orang-orang di sekitarku. Entah kenapa, aku merasa akan kehilangan sesuatu yang berharga kalaupun ia benar-benar pergi. Astaga, perasaan apakah ini? “Makanya lo jangan jauh-jauh dari gue, ya.” Pinta Rafa. “Gue gak tau Raf..” “Sakit hati juga sih ya pas gue pulang dari New Zealand, dengan keadaan masih sayang banget sama lo, tapi pas gue tanya sama yang laen ternyata lo udah punya cowok. Bunuh diri kali gue, hahahaha.” “Jangan bodoh ah, Raf!” Kataku. “Mau gimana lagi? Gue udah terlanjur sayang banget sama lo.” Pengakuan dari Rafa benar-benar mengejutkanku. Aku terdiam dan begitu banyak pertanyaan kembali muncul dalam pikiranku. Apakah masa depan akan begitu menyakitkan? “Rafa.. Gue pernah mimpi untuk hidup selamanya sama Nino, tapi sekarang itu semua telah sirna. Harapanku hilang tak tersisa. Begitu banyak janji manisnya yang akan selalu gue ingat. Apakah perasaan ini akan terus begini adanya?” Aku menghela nafas panjang. Aku tidak pernah berpikir Rafa akan memiliki perasaan seperti ini. Yang kupikirkan hanyalah Nino. Dadaku sesak dipenuhi oleh perasaan yang begitu hebat. Perasaan yang terus kupendam serasa ingin meledak. Mengapa cinta Nino begitu sulit? Begitu banyak hal yang telah dilewati, semua itu terasa hampa. Kenangan manis hanya membangkitkan perasaan yang begitu besar dan kenangan pahit menimbulkan penyesalan dan air mata lirih. “Membohongi perasaan sendiri itu sulit, ya? Gue mencoba untuk melupakan semua perasaan gue ke Nino, tapi semakin keras gue mencoba yang ada perasaan ini malah semakin nyata. Gue berusaha untuk menyingkirkan Nino dari pikiran gue dan semua kenangan itu, tapi semakin keras gue berusaha, Nino semakin memenuhi pikiran gue. Apa yang harus gue lakuin?” Ungkapku pada Rafa. Seketika saja raut wajah Rafa berubah, seperti telah kehilangan sesuatu yang begitu diinginkannya. Seperti merpati yang kehilangan sebelah sayapnya. “Bagaimanapun, gue akan selalu sayang sama lo, Sef. Semuanya udah terlanjur.” Obrolan itu harus berakhir ketika Arby dan yang lain mengajak kami pulang. Di perjalanan, aku terus memikirkan kata-kata Rafa. Aku tak mengucakan sepatah katapun, begitu pula Rafa. Sepertinya hatinya telah hancur berkeping-keping. Tapi perasaan ini tidak dapat kusembunyikan lagi. Aku langsung merebahkan badanku diatas kasur sesampainya di rumah. Tangisku pun terpecah. Beban pikiranku terlalu banyak. Aku tidak bisa berfikir lagi. Aku benar-benar kehilangan arah. Perasaanku terlalu nyata, dan perasaan Rafa juga bukan sesuatu yang mudah dilupakan. Aku mencoba menutup mata dan melepaskan semuanya... Aku terbangun oleh suara telepon genggamku. Saat kulihat layar ternyata Rafa meneleponku. “Iya, Rafa?” “Lo ada acara nggak hari ini?” Tanyanya. “Nggak kok, kenapa Raf?” “Gue mau ngajak lo ke suatu tempat. Siap-siap ya Sef, mandi dulu gih. 30 menit lagi lo gue jemput ya.” “Tempat apa Raf? Dimana?” “Udah, lo siap-siap aja dulu. Dadah Seffy.” Rafa menutup teleponnya. Aku penasaran tempat apa yang dikatakan oleh Rafa. Aku pun segera mandi dan bersiap-siap. Bel rumahku berbunyi. Itu dia Rafa, pikirku. Aku membukakan pintu untuknya. “Udah siap?” Tanya Rafa. “Udah. Kita mau kemana Raf?” “Ikut aja, yuk.” Ujarnya seraya menggenggam tanganku lembut. Aku tidak mendengar lelucon konyol Rafa seperti biasanya, dan aku melihat wajah Rafa begitu sedih. Beda seperti biasanya. Jarang sekali kulihat wajah Rafa yang seperti ini. Suasana di mobil begitu dingin, bukan karena udaranya. Dari wajah Rafa seperti ingin menyampaikan sesuatu, tapi aku tidak tahu apa. 25 menit kemudian kami sampai di sebuah tempat yang berbukit. Terdapat padang rumput hijau yang dihiasi oleh bunga-bunga segar yang baru mekar. Sejauh mata memandang hanyalah bukit dan langit yang begitu biru yang terlihat. Awan-awan terlihat begitu putih dan jelas, begitu besar namun indah, dan angin berhembus begitu lembut memanjakan diri kita. Tuhan, tempat ini begitu indah... “Rafa, lo tau darimana ada tempat seindah ini?” Tanyaku kagum. “Gue sebenernya udah lama mau nunjukin tempat ini ke lo, tapi setiap gue mau ngajak lo pergi berdua lo selalu ada acara. Akhirnya baru sempet sekarang deh, maaf ya Sef..” “Gue suka banget sama tempat ini Raf, huaaa gue pengen disini terus deh! Lo harus sering-sering ngajak gue kesini Raf!” Pintaku. Rafa tiba-tiba memelukku erat. Begitu erat, seakan tidak pernah ingin melepaskan. Seperti tidak ingin kehilangan. “Gue sayang sama lo, Sef.” Air mata Rafa jatuh untuk pertama kalinya, sejak aku mengenalnya. “Gue pengen menghentikan air mata, juga rasa sakit lo..” Pelukannya semakin erat. Tangannya membelai lembut kepalaku. Dari ujung jari seperti ingin menyampaikan perasaan yang nyaris tertumpah. “Tapi hari ini gue harus berangkat ke New Zealand, Sef..” Aku tertegun mendengar kata-katanya. “Kenapa Raf? Katanya lo gak mau jauh dari gue? Katanya lo sayang banget sama gue?” Aku menangis terisak. “Karena gue sayang banget sama lo, makanya gue harus ngelakuin ini. Gue gak mau nambahin beban pikiran lo, Sef.” “Rafa bodoh! Waktu itu kan lo pernah bilang kita mau kuliah bareng kan? Lo lupa Raf? Lo jangan jauh-jauh dari gue Raf, gue butuh lo, gue butuh sahabat gue!” Tangis tak dapat terelakkan. Aku tidak ingin kehilangan Rafa. Tapi menurutnya, inilah jalan yang terbaik. Kenapa harus begini, Raf? “Jangan lupain gue ya, Sef.” Rafa tersenyum kepadaku. Dari matanya seakan menyampaikan perasaan paling tulus yang pernah ada. Suatu saat, hal seperti ini akan terjadi. Kenangan yang manis akan selalu tersimpan dalam diri, kenangan pahit biarlah menjadi saksi hidup yang tak selalu indah, kesalahan di masa lalu biarlah menjadi cermin, karena jalan hidup manusia telah ditentukan sejak awal. Perasaan yang telah tersampaikan kini telah abadi tersimpan dalam ingatan. Setiap waktu yang dihabiskan bersamanya tak akan pernah pergi, senyum dan kelembutan itu akan tinggal dalam benakku. Satu hal di dunia ini yang kutahu pasti, bahwa cinta adalah perasaan yang tak akan ada habisnya.

Game’s World by Wildan Prastyo

Di sebuah kota yang bernama Aldershot hiduplah seorang anak yang bernama Glow. Glow adalah anak seorang pembuat Novel Fiksi di kota Aldershot. Glow sekolah di sebuah sekolah yang bernama Extermination High School. Glow di sekolah itu bukan lah murid yang luar biasa pintar ataupun mudah bergaul justru dia mempunyai banyak kelemahan Yang kesatu adalah ketika dia berolahraga berlari keliling lapangan sebanyak 10 putaran tapi pada putaran kelima dia sudah jatuh pingsan. Yang ke dua badannya pendek hanya 160 cm. Yang ketiga adalah karena dia sering bermain game RPG dia menggunakan kacamata yang tebal sampai minus 3. Yang keempat sering tidur di kelas saat pelajaran berlangsung bodohnya lagi saat dibangunkan dia malah mengigau sedang bertarung melawan monster-monster seperti yang ada di dalam game RPG sampai hampir menyerang guru. Keunngulannya hanya satu yaitu dia pandai bercerita dan kalau diberi tugas oleh guru tentang membuat cerpen dia selalu mendapat nilai tertinngi. Kadang dia sering bercerita tentang mimpinya tentang sebuah cerita yang sering ada digame RPG seperti melawan monster, menyelamatkan tuan putri, bertemu peri dll. Glow sering bercerita kepada teman temannya tetapi teman-temannya sering menertawakan dia bahkan sampai menjahili dia. Tapi hanya satu anak yang mempercayai cerita dia, seorang anak perempuan teman sekelasnya yang bernama Luna. Dia sering mendengarkan cerita cerita Glow karena ceritanya menarik dan Luna selalu menunggu mimpi mimpi Glow. Luna sangat iri terhadap Glow karena dia dapat memimpikan hal hal yang menarik. Pada suatu hari, gurunya memberi informasi bahwa besok adalah hari pertama ulangan di sekolah. Glow yang bukan siswa terpintar di kelas langsung mengeluarkan keringat dingin karena apabila ulangannya mendapat nilai di bawah rata-rata maka dia tidak akan bisa bermain game-game lagi Glow yang kehabisan akal lalu menghampiri Luna yang dikenal sebagai anak yang pintar, dia meminta saran kepada Luna dan Luna menjawab “bagaimana kalau kita belajar bersama”. “Baiklah” jawab Glow karena dia tidak punya pilihan lagi selain pilihan tersebut Hari-Hari ulangan terlewati dengan usaha yang cukup melelahkan. Glow pun berjalan pulang ke rumah dan saat melintasi sebuah jalan dia menemukan sebuah video game. Ia pun bergegas pulang untuk memainkan video game tersebut. Pada saat dia memainkan game tersebut ternyata ada gambar seorang perempuan dan meminta tolong karena kerajaanya hancur.Glow yang hanya berpikir itu hanya game biasa, lalu keluarlah sebuah pilihan “apakah ingin melanjutkan game?”. Glow yang terbiasa memainkan game RPG langsung memilih pilihan ya tanpa piker panjang. Glow pun terhisap kedalam televise dan muncul di sebuah kerajaan yang sudah hancur. Glowpun bertanya-tanya “dimana ini?”. “Ternyata anda sudah datang kesatria dalam ramalan” kata seorang permpuan. “Siapa kau” Tanya Glow. “Aku adalah seorang putri”. “Cepat kita ke ruang bawah tanah”, Glow pun yang tidak tahu berada dimana mengikuti sang putri ke bawah tanah lalu putri memerintahkan Glow untuk menarik sebuah pedang yang ditinggalkan turun- temurun dari pendahulu Glow yang juga merupakan kesatria dalam legenda generasi terdahulu. “Cepatlah ambil pedang ini” kata tuan putri. Lalu Glow pun mencabut pedang yang tertancap di sebuah batu, konon pedang itu hanya bisa dicabut oleh kesatria dalam legenda. Pedang yang menancap itu pun tercabut dan Badan Glow pun berubah menjadi menggunakan armor. Lalu Glow pun menghadapi sang monster yang ingin menghancurkan kerajaan yang hamper hancur tersebut. “Bagaimana aku melawan monster itu” kata Glow. Glow pun yang kebingungan merasakan kekuatan yang hebat dari dalam pedang legenda itu. Dia merasakan didalam tubuhnya seperti mengeluarkan roh yang berarda di dalam tubuhnya. Keluarlah roh yang tertidur selama ini di dalam tubuh Glow dia bernama Orpheaus. Dialah abdi sang kesatria legenda dari generasi ke generasi.Dia akan mematuhi segala perintah yang diberikan kepadanya. Sumber kekuatannya adalah pedang tersebut. Glowpun bingung dia yang terkenal lemah dalam pelajaran olahraga merasa dirinya tidak memiliki kemampuan tersebut. “Tenang saja pedang itu memberikan kekuatan yang tak terbatas kepada mu tuan” kata Orpheaus. Lalu Glow pun mengibaskan pedang tersebut dan Orpheaus mulai menyerang monster itu. Monster itupun tidak mudah menyerah dan kembali menyerang Orpheaus. Glowpun mengeluarkan semangatnya dan itu seperti bahan bakar yang memicu kekuatan Orpheus. Orpheaus mengeluarkan senjatanya, dan mengeluarkan kekuatannya. Monster itupun menerima serangan Orpheaus mentah-mentah dan hancur tak bersisa. “Berhasil, kita sudah menemukan kesatria dalam legenda” kata sang putri. Lalu sang putri merayakan keberhasilan tersebut dan menceritakan sejarah legenda tersebut. Didunia ini ada raja kegelapan yang bernama Deathstroke. Dia ingin menguasai dunia ini dengan kekuatannya dan tugasmu sebagai kesatria legenda adalah menghentikkan tindakannya. “Tapi bagaimana cara menghentikannya ?”, Tanya Glow, Glow yang merasa tidak tahu apa-apa hanya diam dan mendengarkan apa yang diceritakan oleh tuan putri Jadi sebenarnya ada satu cara untuk mengalahkan sang raja kegelapan Deathstroke yaitu mengumpulkan tiga pecahan batu yang apabila dikumpulkan akan menunjukkan dimana tempat sang raja kegelapan berada. “Tapi dimana aku bisa menemukan tiga kepingan tersebut?”, tanya glow. “Tiga kepingan itu tersebar di berbagai tempat yaitu kota zombie, kota kegelapan dan satu lagi ada di kerajaan kita & cepatlah waktumu tidak banyak karena keselamatan dunia ada di tanganmu”, tutur sang putrid. Glow pun diserahkan sebuah keeping batu yang menjadi penentu dunia ini. Glow bergegas pergi ke dunia zombieuntuk mencari kepingan yang ke dua. Glow pun pergi ke dunia Zombie ditemani oleh punggawa kerajaan yang bernjama Heartnet dan Lumina. Heartnet merupakan seorang yang mempunyai kehebatan menggunakan pistol sedangkan Lumina memiliki kemampuan menyembuhkan dan serangan sihir.Glow menatap malu Lumina dia teringat akan wajah seorang temannya yang bernama Luna Glow pun akhirnya berangkat ke dunia zombie. Glow pun merinding ketakutan karena itu adalah yang paling ditakuti Glow selama ini yaitu hantu dan zombie semacamnya.Temannya memberi dukungan kepada Glow. “Tenang saja kita semua juga takut,tapi kalaukita bersama kita pasti bisa”, kata Heartnet dan Lumina. “Tapi mengapa orang orang di sini seperti zombie semua padahal mereka kan juga manusia seperti kita?” Tanya Glow . “Itu semua karena bayangan mereka diambil oleh bawahan raja kegelapan yang bernama Zorg” kata Lumina. “Kalau begitu ayo kita selamatkan kota ini” Glow bertanya kepada warga-warga yang kebetulan bertemu mereka di jalan, ternyata yang diceritakan Lumina semuanya benar. Glow pun semakin kesal kepada Raja kegelapan dan semua bawahannya. Glow bertanya pada seorang warga dimana dia bisa menemukan orang yang bernama Zorg. Ternyata ada satu orang yang mengetahui dimana Zorg berada dan dia tinngal di Gua namanya adalah George. Akhirnya Glow beserta kawan kawannya mencari George ke gua yang bernama Gua White Light.. Dan hanya orang orang tertentu yang dapat memeasuki gua tersebut yaitu adalah orang orang yang mempunyai hati yang bersih. Hanya Glow yang bisa memasuki gua tersebut karena Heartnet adalah mantan pembunuh bayaran dan Luna dulu adalah pencuri ulung tetapi mereka berdua sekarang sudah berubah menjadi yang lebih baik. Glow pun akhirnya menanyakan dimana orang yang bernama Zorg itu dia berada di kastil yang di buatkan Deathstroke kepadanya. Gloew pun mendatangi kastil Zorg dan dia meminta Zorg untuk mengembalikkan bayangan pra warga dan apabila tanpa bayangan maka mereka semua hidup tanpa semangat. Heartnet pun menembak Zorg tapi tidak dapat melukai Zorg begitupun Lumina yang juga melancarkan serangan magicnya tidak dapat melukai Zorg. Ternyata serangan fisik tidak bisa melukai Zorg karena Zorg memakai baju zirah yang kuat Terpaksa Glow mengeluarkan Orepheus. Ternyata meski Orpheaus dapat melukai Zorg tapi itu belum cukup untuk mengalahkan Zorg yang merupakan salah satu bawahan Zorg yang terkuat Glow pun mengeluarkan semangat 100% nya dan mengeluarkan kekuatan asli Orpheus. Orpheaus mengeluarkan senjatannya tapi sekarang berbeda dia juga mendapatkan armor baru karena semangat yang menggebu yang ditunjukkan Glow untuk menyelamatkan warga desa Zorg pun hancur dan tiba tiba dari kastilnnya keluar batu yang mirip seperti pecahan yang sama seperti batu yang diberikan oleh tuan putri. Pecahan kedua berhasil ditemukan dan Glow bergegas untuk mencari pecahan yang ketiga yaitu di kota padang pasir. Deathstroke yang mendengar kabar bahwa bawahannya telah kalah dari anak yang bernama Glow pun geram akhirnya dia memutuskan untuk mengutus tangan kananya untuk mebunuh Glow dan kawan kawannya yang bernama Maul. Maul pun mencari keberadaan di mana Glow berada untuk membunuhnya. Ternyata tujuan Glow adalah kota padang pasir. Maul pun pergi ke kota padang pasir juga Glow yang baru tiba di kota padang pasir bertemu dengan Maul yang penuh hawa membunuh. pertarungan pun tidak terelakkan.Glow juga berhasrat sama yaitu ingin mencari kepingan batu yang terakhir. Glow diberitahu Maul KAlau kepingan yang terakhir ada di tangannya dan cara mendapatkannya adalah dengan bertarung dengannya dan mengalahkannya Maul pun menyerang Glow tapi Lumina melindunginya.Heartnet balik menyerang .Tangan Maul terluka terkena luka tembak akibat diserang Heartnet,tapi luka itu akhirnya sembuh kembali. Kali ini Glow melakukan serangan yang sama namun juga luka hasil serangannya kembali pulih Tiba Tiba ad ssuatu yang aneh dari dalam diri Heartnet dan Lumina kejadian ini sama seperti saat kejadian yang berlangsung di kerajaan saat Orpheaus keluar dari dalam diri Glow. Ternyata dalam diri Lumina dan Heatrtnet juga keluar roh yang namannya Arks dan Hades. Akhirnya Glow juga mengeluarkan Orpheaus dan Orpheaus,Arks dan Hades menyerang Maul secara bersamaan dan berhasil mengalahkan Maul yang sebelumnya berhasikl melukai Heartnet dan Lumina. Mereka bertiga mengeluarkan semangatnya dan berhasil mengalahkan Maul Kepingan ketiga berhasil ditemukan dan mereka bergegas kembali ke kerajaan dan menemui sang putri. Setelah sampai di kerajaan Glow memberikan ketiga kepingan itu kepada sang putri lalu putri meletakkan batu itu ke sebuah pahattan yang sama persis seperti kepingan batu yang telah ditemukan Lalu keluarlah sebuah peta yang menunjukkan dimana tempat persembunyian sang raja kegelapan berada. Lalu Glow bergegas untuk pergi ke tempat yang ditunjukkan bersama teman-temannya. Sebelumnya sang putri menginatkan bahwa gunakan semangat dan pedang dengan bersamaan untuk mengalahkan sang raja kegelapan Glow pun tiba di tempat yang dituju, namun sebelum sampai ke tempat sang raja kegelapan, pasukan sang raja kegelapan dalam jumlah yang sangat banyak menghadang Glow dan kawan kawan. “Glow pergilah aku akn mengatasi yang ini!, aku pasti akan menyusulmu” kata heartnet. Glowpun melewati penjagaan pasukan tersebut dan mulai masuk ke kastil sang raja kegelapan. Pasukkan terus menghadang tapi Glow dan Lumina berhasil mengatasi pasukkan tersebut. Glow dan Lumina akhirnya bertemu sang raja kegelapan.”Kenapa kau menghalangi ku menguasai dunia ini?” kata sang raja kegelapan. “Karena apabila kau menguasai dunia ini maka dunia ini tidak akan mempunyai semangat untuk hidup” tutur glow. Sang raja kegelapan menyerang Glow dan Lumina. Mereka tidak bisa menghindar karena kekuatan sang raja kegelapan yang hebat. Heartnet pun datang untuk menolong Glow dan Lumina. Sang raja kegelapan kembali menyaerang mereka bertiga. Datangnya Heartnet tidak begitu membantu melawan sang raja kegelapan Glow, Lumina dan Heartnet mengeluarkan roh mereka yaitu Orpheaus, Arks dan Hades mereka menggabungkan kekuatan dan menyerang sang raja kegelapan tetapi tidak berpengaruh apa apa. Glow teringat kata kata sang putri untuk menggabungkan kekuatan tiga roh dan gunakan pedang Glow. Akhirnya mereka menggabungkan kekuatan tiga roh tiba tiba pedang Glow menghisap kekuatannya dan Glow pun menebaskan pedang tersebut kea rah tubuh sang raja kegelapan.Sang raja kegelapan pun tidak bisa menghindar karena kekuatan tebasan pedang yang sangat kuat. Sang raja kegelapan pun mati dan rakyat rakyat yang tinggal di dekat kerajaan dan di seluruh dunia kembali semangat menjalani kehidupan.Glow kembali ke kerajaan dan bertemu sang putri lalu sang putri berkata bahwa “Kau telah berhasil Glow,aku sangat berterimakasih atas usahamu menyelamatkan dunia ini”.”Tidak usah berterimakasih itu memang kewajibanku meyelamatkan dunia ini” Tubuh Glow pun tiba tiba menghilang Glow pun tidak tersadar, ketika dia terbangun tiba tiba dia ada di rumahnya di depan TV yang bertuliskan GAME OVER.

Master Fighter dari Kanto by M Diyan Taufik

Dahulu di daerah Hokaido, Jepang. Hiduplah pemuda yang bernama Lei Wulong. Dia tinggal bersama kakeknya sendirian. Ibu dan Ayahnya telah tiada semenjak ia masih kecil. Orang tuanya di bunuh oleh Heihachi.Heihachi adalah seorang Master fighter yang sangat amat kejam. Hingga ia di takuti oleh semua warga Jepang dan menerornya. Lei dari kecil dia adalah anak penurut penyabar dan kuat seperti kakeknya. Kakek dari Lei adalah mantan seorang master fighter yang hebat. Setelah dari kepergian anak dan menantunya. Kakek Lei mengajarkan ilmu - ilmu pertarungan yang sangat hebat kepadanya. Suatu hari,Lei berjalan - jalan di tengah kota Hokaido, dia menusuri gang - gang kecil, untuk membeli lauk - pauk pesanan kakeknya. Tiba - tiba dia melihat anak laki - laki sebaya dengannya, anak tersebut berada di belakang tembok rumah. Anak tersebut sedang kelaparan,memegang perutnya dengan kedua tangannya.Lei menghampiri anak tersebut. ''Hai,'' Lei menyapa. ''Hei,'' anak itu menjawab dengan wajah yang murung. ''Kenapa kamu memegang perutmu?'' Lei bertanya. ''Aku sedang kelaparan, Aku sudah dua hari tidak makan apa - apa, Aku tidak punya tempat tinggal dan Aku hidup sebatang kara,'' anak tersebut menjawab. ''Hmm,bagaimana kalau kamu tinggal bersama aku dan kakekku?'' Lei berkata. ''Apa aku tidak merepotkan kamu?'' anak itu menjawab. ''Tidak apa - apa, lagi pula aku dan kakekku hanya hidup berdua. Bagaimana kalau kamu hidup dan menjadi bagian dari keluarga kami?'' Lei berkata. ''Apakah kamu sungguh - sungguh?'' anak itu menjawab dengan wajah yang gembira. ''Sudah,ayo kita ke rumah aku.'' Lei mengajak pemuda tersebut. Mereka berjalan menuju rumah Lei. ''Ngomong - ngomong siapa nama kamu?'' Lei bertanya saat berjalan kepada pemuda yang sebaya dengannya itu. ''Nama saya Hwoarang, saya keturunan korea, tetapi di besarkan di jepang'',Hwoarang menjawab. ''Nama saya Lei Wulong, saya sebenarnya keturunan Cina, tetapi saya lahir di Jepang, ibu saya berasal dari Jepang dan ayahku berasal dari Cina.'' Lei memperkenalkan dirinya sendiri. ''Hmm,kenapa kamu keturunan Korea?'' Lei bertanya kembali. ''Kakek,nenek dan ibuku berasal dari Korea, tetapi ayahku berasal dari Jepang. Kakek, nenek dan ibuku tidak punya apa - apa, semenjak kota mereka di serang oleh pasukan Heihachi. Ibuku bertemu dengan ayahku di tempat perkebunan milik kakekku setelah setahun semenjak penyerangan pasukan Heihachi. Ayahku saat itu sedang meneliti tumbu - tumbuhan yang hidup di perkebunan itu. Dan akhirnya ibu dan ayahku menikah. Mereka memutuskan untuk menetap dan tinggal di Jepang.'' Hwoarang menjelaskan dengan panjang lebar. ''Mengapa kamu tinggal sebatang kara?'' Lei bertanya dengan wajah penuh penesaran. ''Hmm,kejadian itu terjadi lagi setelah kami hidup di Jepang selama empat tahun, Master Heihachi menyerang desa kami lagi. Dia membantai dan membakar habis rumah penduduk desa kami. Kakek, nenek dan ibuku serta ayahku, mereka telah di bunuh oleh mereka!'' Hwoarang menjelaskan dengan air mata bercucuran. Dan mereka berbincang - bincang lagi sambil meneruskan perjalanan mereka menuju rumah Lei. Setiba di rumah Lei, kakeknya bertanya ''siapa itu Lei?'', kakek Lei bertanya. ''Ini teman saya kek namanya Hwoarang'' Lei memperkenalkan kepada kakeknya. ''Nama saya Hwoarang kek'' Hwoarang sambil menjabat tangan kakek. ''Kek, Hwoarang tidak punya rumah dan hidup sebatang kara, bolehkah Hwoarang tinggal di sini?'' Lei bertanya kepada kakek. ''Boleh'', kakek menjawab dengan halus. ''Benar kek?'' wajah Hwoarang sangat bahagia saat mendengar itu. ''Sekarang kalian berdua makan malam dulu'', besok kita akan latihan. ''Latihan apa Lei?'' Hwoarang bertanya kepada Lei secara berbisik. ''Kita akan berlatih bela diri'', Lei menjawab. ''Untuk apa kita latihan bela diri?'' Hwoarang kembali bertanya kepada Lei. ''Untuk menjaga serbuan tentara dari master Heihachi'', Lei menjawab dengan tegas. ''Benar, orang tua aku telah di bunuh oleh tentaranya dan membakar semua rumah warga di desaku. Setelah kejadian itu aku sudah tidak punya keluarga lagi'', Hwoarang menceritakan sambil menundukkan kepalanya. ''Sebaiknya kali berdua tidur'', kakek Lei berkata. ''Baik lah kek'', mereka berdua menjawab. Keesokan harinya,kakek sudah terjaga. Kakek membangunkan Lei dan Hwoarang. ''Hei, kalian cepat bangun!'' Kakek membangunkan mereka. ''Iya kek'' mereka menjawab dengan setengah nyawa .Tiba - tiba mereka tertidur lagi. ''Kalian berdua cepat bangun, atau kusiram kalian dengan air dingin!'' kakek berkata dengan penuh kesal. ''Siap kek!'', Lei dan Hwoarang menjawab dengan suara lantang. ''Kalian masih muda, tapi sudah loyo. Semangat lah!'' kakek berkata. ''Iya kek!'' Lei menjawab. ''Kamu sih Lei bergadang sampai tengah malam'' Hwoarang berkata kepada Lei. ''Lagi pula kamu juga mau kan?'' Lei berkata kepada Hwoarang. ''Ya sudahlah ayo kita berlatih'' Lei berdiri dan keluar dari kamar. ''Ayo siapkan kuda - kuda!'' kakek sedang posisi kuda - kuda. Akhirnya mereka berlatih dengan keras. Mereka di latih oleh sang kakek mantan dari Master Fighter untuk menjadi petarung yang handal. Mereka di latih tanpa henti setiap hari oleh kakek. Mulai dari latihan ringan hingga berat. Mereka tidak kenal lelah, semangat. Karena mereka juga ingin seperti kakeknya yang hebat itu. Seiring waktu berjalan, akhirnya mereka berdua sudah menjadi pria dewasa yang tangguh, tidak takut apapun dan melawan untuk membela rakyat yang ada di desanya. ''Tak terasa,kakek sudah membimbing kalian sampai seperti ini. Sudah sepuluh tahun kakek mengajari jurus - jurus pamungkas kakek'', kakek berkata kepada Lei dan Hwoarang dengan penuh rasa bangga. ''Kami berdua hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada kakek'', Lei berkata dengan penuh rasa terima kasih kepada sang kakek yang telah mendidiknya. ''Saya juga kek, terima kasih atas semua yang telah di berikan kepada kakek, sudah mengajari semua tentang jurus - jurus yang telah di ajarkan oleh kakek dan mau menerima saya menjadi bagian dari keluarga ini kek, saya tidak bisa membalas jasa - jasa kakek. Saya hanya bisa membalas jasa - jasa kakek dengan hanya mengucapkan terima kasih'', Hwoarang berkata sambil mengucurkan air mata karena jasa kakek tidak bisa di balas olehnya. ''Sama - sama, kakek juga hanya bisa berkata itu saja'', kakek berkata dengan seadanya. ''Aku dengar kek, Master Heihachi mengadakan Master Fighter Tournament dalam waktu kurang lebih satu bulan ini kek?'' Lei berkata kepada kakek. ''Apakah kalian masih merasakan dendam apa yang telah dibuat oleh master Heihachi?'' kakek bertanya dengan penuh emosi. ''Masih kek, kami masih menyimpan rasa dendam kepada master Heihachi kek!'' Lei dan Hwoarang berkata dengan emosi yang meledak bagaikan gunung api yang mengeluarkan magmanya. ''Balaslah jasa - jasa kakek dengan membunuhnya!'' Kakek memerintahkan kedua putra didiknya itu. ''Baik kek!'' Lei dan Hwoarang menjawab dengan tegas. Keesokan harinya mereka berdua berjalan - jalan di tengah kota Hokaido. Hwoarang teringat saat pertama kali ia berjumpa dengan Lei. ''Apa kau masih ingat Lei?'' Hwoarang bertanya kepada Lei. ''Apa?'' Lei bertanya bertanya kepada Hwoarang dengan wajah yang penasaran. ''Saat pertama kali kita bertemu'', Hwoarang menjelaskan kepada Lei. ''Tentu, aku masih ingat'', Lei menjawab dengan nada tenang. ''Tidak terasa kejadian itu sudah sepuluh tahun kita lalui'', Hwoarang sambil melihat tempat pertama kali ia bertemu dengan Lei. ''Waktu itu kau terlihat kurus sekali rang, sampai - sampai bentuk tulang yang di dada kamu kelihatan'', Lei tertawa saat menceritakan itu. ''Enak saja kamu, lihat sekarang dada dan perutku,sudah terbentuk kan?'', Hwoarang memperlihatkan perut yang sudah terbentuk dengan bangga. ''Iya - iya aku juga kan?'', Lei membandingkan dengan Hwoarang. Mereka berjalan - jalan menuju hutan - hutan sambil bernostalgia dan menghirup udara yang segar.Saat Lei dan Hwoarang sedang menuju desa, tiba - tiba terlihatlah kobaran api yang sangat besar. Mereka langsung mengambil langkah seribu menuju desa mereka. Ternyata ada pasukan Heihachi yang sedang membakar rumah - rumah penduduk desa. Mereka berdua langsung menghajar semua pasukan Heihachi. Setelah mereka menghajar semua pasukan Heihachi, Lei dan Hwoarang langsung ke rumah mereka. Lei dan Hwoarang melihat sesosok tubuh mayat yang terbujur kaku yang di tusuk dadanya dengan sebilah pedang. Dan ternyata itu adalah mayat sang kakek. Lei dan Hwoarang langsung mengeluarkan air mata dan menjerit dengan histeris. Mereka tidak menyangka kalau di pagi hari tadi, Lei dan Hwoarang melihat sang kakek untuk terakhir kalinya. ''Jika saja aku tidak pergi, aku akan menjaga kakek sampai titik darah penghabisan!'' Lei berteriak dengan sangat histeris dan memegang tangan sang kakek. ''Sudah lah Lei, ikhlaskan saja kakekmu'',Hwoarang berkata kepada Lei. ''Apa kau tahu rasa sakit hati seseorang yang ditinggal orang yang dihormati, disayangi dan dicintai?!'' Lei berkata kepada Hwoarang dengan penuh rasa emosi yang sangat besar dan tidak mempikirkan apa yang telah ia katakan. ''Apa tadi kamu bilang?'' Hwoarang bertanya kepada Lei dan mengepal tangannya. ''Tidak tahu apa rasa hati seseorang yang telah di tinggal orang yang dicintainya! Dengar kamu!'' Lei menjawab pertanyaan Hwoarang dengan mata yang melotot. Hwoarang langsung memukul perut dan pipinya Lei. ''Bhuk'' terdengar pukulan yang sangat keras terdengar dua kali. ''Aagghh'' terdengar suara Lei mengeluarkan darah dari mulutnya. ''Apa yang telah kamu lakukan Hwoarang? Apa yang telah kamu lakukan dengan orang yang telah mengajakmu kesini?'' Lei bertanya kepada Hwoarang dengan mengusap darah yang berada di mulutnya. Hwoarang belum memberikan maksud dan penjelasan mengapa dia memukul Lei. Lei langsung membalas pukulan Hwoarang. Tetapi serangan itu telah di tangkis oleh Hwoarang dengan sempurna. ''Apa yang telah kau lakukan Hwoarang?!'' Lei mencoba untuk memukul Hwoarang. Tetap saja pukulan Lei tidak terkena Hwoarang sedikit pun. Sampai Lei jatuh tersungkur tidak berdaya lagi untuk membangunkan badanya. ''Kamu mau tahu alasan mengapa aku memukulmu?'' Hwoarang melihat Lei yang sudah tak berdaya lagi. ''Apa itu Hwoarang?'' Lei bertanya kepada Hwoarang dengan nafas terengah - engah. ''Karena kita juga mengalami hal yang sama. Seenaknya saja kamu berbicara seperti itu kepadaku?'',Hwoarang membalikkan tubuhnya. ''Maafkanlah aku sobat, aku telah menyakiti perasaanmu. Aku tadi tidak bisa mengendalikan emosi aku'', Lei menjelaskan dengan rasa penuh sesal tetapi sebelum itu suasana tersebut hening sebentar dan Lei memikirkanya sejenak. ''Tak apa lah, aku paham betul perasaan yang telah kamu alami'',Hwoarang berkata sambil ia duduk di sebelah Lei. Mereka menjabatkan tangannya, dan Hwoarang memaafkan apa yang telah diperbuat oleh Lei. Setelah mereka berjabat tangan, mereka langsung berkemas - kemas untuk berjalan untuk meninggalkan desa mereka yang telah hangus terbakar oleh para tentara - tantara Master Heihachi. Keesokan harinya di suasana embunnya di pagi hari, Lei dan Hwoarang berangkat menuju tempat yang aman dan tidak ada penduduknya sama sekali. Mereka kembali berlatih lagi dengan jurus - jurus yang telah di ajarkan oleh sang kakek.Setelah tiga minggu mereka berlatih dengan sangat keras. Mereka pergi ke kota Tokyo, tempat kerajaan Master Heihachi. Mereka memasuki gerbang dari kerajaan itu. Gerbang itu sangatlah besar dan di lapisi emas murni. Mereka berdua mendaftar sebagai petarung Master Fighter.Mereka hanya mempunyai waktu kurang dari seminggu, untuk berlatih kembali agar mereka tetap menjaga kebugarannya untuk bertarung melawan petarung - petarung di seluruh kota Jepang. Dari awal hingga akhir, mereka berdua hanya punya satu tujuan. Tujuan itu adalah hanya membunuh Master Heihachi. Jadi mereka tidak tergiur dengan sayembara yang diadakan oleh Master Heihachi. Hadiah dari sayembara itu sendiri adalah sebuah harta karun emas yang sangat banyak. Bila salah satu petarung yang berani menantang Master Heihachi untuk bertarung, dan dapat mengalahkannya bahkan membunuhnya. Petarung yang menantang Master Heihachi tersebut akan mendapatkan semua harta, kerajaannya tahtanya bahkan semua kekuasaan wilayah yang dia miliki. Tetapi itu adalah pertarungan yang sangat berat. Sampai sekarang pun masih belum ada yang dapat mengalahkan sang Master Heihachi. Akhirnya, waktu yang di tunggu oleh Lei dan Hwoarang pun tiba. ''Para petarung di harapkan berbaris di depan singgah sana sang master'', asisten Master berkata kepada semua petarung. Semua petarung datang dan berbaris di depan kursi kerajaan sang master. Lalu sang Master pun datang. ''Semua di harapkan menunduk'' asisten master berkata kembali. Semua petarung pun menunduk dan memberi hormat kepada sang Master Heihachi. ''Cih, buat apa kita memberi hormat kepada orang yang telah membunuh banyak orang dan membunuh kakekku dan keluarga kamu?'' Lei berbisik kepada Hwoarang. ''Lihat saja nanti Lei, nanti kita akan membunuh dia dan memenggal kepalanya!'' Hwoarang berkata kepada Lei dengan penuh amarah dan emosi yang sangat besar. ''Ini adalah pertarungan yang ke-sembilan puluh sembilan, semenjak tiga puluh yang lalu. Saya sudah berkuasa sebgai master selama tiga pulun tahun yang lalu. Semenjak saya mengalahkan musuh bebuyutan saya yang sebelumnya berkuasa sebagai Master sebelumya. Dia adalah Master Kazuya'', Master Heihachi berkata kepada semua petarung yang ada di depannya. Yang dimaksud Master Kazuya adalah kakeknya Lei. Beliau adalah Master sebelumnya. Tetapi beliau dapat melarikan diri sebelum dapat di bunuh oleh Master Heihachi. Beliau melarikan diri dan menuju desanya di Kanto. Beliau hidup dengan istrinya. Istrinya adalah neneknya Lei. Beliau beserta istrinya dikaruniai seorang anak gadis. Anak gadis tersebut menikah dengan ayah Lei. Saat umur Lei tiga tahun. Master Heihachi menemukan tempat tinggal kakek Kazuya, dan menyerbu desanya di Kanto. Saat penyerbuan berlangsung kakek Kazuya sedang berlatih dengan cucunya, Lei.Mereka berlatih di atas gunung.Tetapi orang tua Lei dan neneknya di bunuh oleh pasukan Master Heihachi. Kakek Kazuya melihat desanya telah di bakar. Tetapi beliau melihat Master Heihachi. Jadi kakek Kazuya memutuskan untuk bersembunyi di atas gunung dan menutup mata Lei. Supaya Lei tidak melihat betapa sadisnya para tentara Master Heihachi membunuh semua warga di desanya termasuk orangtua Lei dan neneknya. ''Kenapa kek,mata aku kok di tutup?'' Lei bertanya kepada kakeknya. ''Tidak ada apa - apa nak'', kakek Kazuya berbohong kepada Lei. ''Ayo kita bermalam di sini'' kakek Kazuya berkata. ''Baiklah kek'',Lei menjawab dengan lugunya. Keesokan harinya beliau melihat semua mayat yang tergeletak. Tetapi saat itu Lei masih tertidur. Kakek Kazuya berangkat dan meninggalkan desa. Beliau memutuskan untuk berpulang di desanya yaitu, Hokaido. ''Dimana kita kek?'' Lei bertanya kepada kakek Kazuya. ''Kita ke desa kakek, yaitu desa Hokaido'', Kakek Kazuya menjawab. ''Dimana ibu ayah dan nenek kek?'' Lei bertanya kepada kakek. ''Ayah ibu dan nenek sudah pergi nak'' Kakek menjelaskan. ''Kemana kek?'' Lei bertanya lagi. ''Ke luar negri dan tidak akan kembali lagi nak'', Kakek menjelaskan kepada Lei dengan air mata membasahi pipinya. Lei tahu bahwa orangtuanya dan neneknya dibunuh saat ia berumur delapan tahun. Lei mempunyai rasa dendam dan minta sang kakek untuk di ajari bertarung. ''Petarung pertama yaitu Hwoarang melawan Marshal Law'' asisten sang Master berkata. ''Petarung di mohon berdiri dan maju ke tempat arena pertarungan'', asisten Master berkata. Hwoarang dan musuhnya berjalan menuju ke depan arena pertarungan. Mereka menunduk untuk menghormati lawannya. ''Teng!'', bunyi bel bertanda pertarungan di mulai. Hwoarang mengambil kuda - kuda begitu pula dengan lawannya. Lawannya langsung memukul Hwoarang, tetapi di tangkisnya dengan sempurna. Hwoarang mengambil ancang - ancang dan memukulnya dengan sangat keras, hingga lawannya jatuh tak berdaya. ''Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepu...'',wasit menghitung mundur. Sebelum wasit menghitung hingga ke sepuluh, pertandingan belum di tentukan berakhir .Tiba - tiba lawannya bangkit dan membuat serangan balik kepada Hwoarang. Ternyata pukulan lawan tersebut mengenai Hwoarang. Hwoarang merasa kesakitan. Tetapi pukulan yang kedua dapat di tangkis kembali oleh Hwoarang, dan membanting lawannya dengan sangat keras.Hingga lawannya tersebut tidak dapat bangun kembali. ''Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan,s epuluh'',wasit menghitung mundur. ''Dan pemenangnya adalah Hwoarang!'' juri pertandingan menyatakan kemenangannya. ''Tidak aku duga ternyata lawannya semudah ini Lei'', Hwoarang berkata kepada Lei dengan santai. ''Jangan tertipu karena kamu sudah menang dengan mudah. Masih banyak lawan yang berat'' Lei memberi saran kepada Hwoarang. ''Lihat saja nanti'', Hwoarang berkata dengan santainya. ''Baiklah, petarung berikutnya adalah Omura dengan Kasegawa'',asisten Master berbicara. Menit demi menit, jam demi jam berlalu, Lei menunggu giliran untuk maju ke arena pertarungan. Tetapi urutan pertarungan tidak menyebut namanya dan pertarungan di teruskan keesokan harinya. “Kamu sudah sarapan pagi Lei?” Hwoarang bertanya kepada Lei. “Sudah” Lei menjawab dengan santai. “Mengapa wajahmu pucat?” Hwoarang bertanya kepada Lei. “Memangnya wajah aku kenapa?” Lei bertanya dengan heran. “Tadi malam kamu tidur jam berapa?” Hwoarang bertanya. “Tengah malam aku tidurnya. Aku berlatih tadi malam” Lei menjawab “Apa kamu siap untuk pertarungan kamu?” Hwoarang bertanya kepada Lei. “Siap” Lei menjawab dengan mantap. Di siang harinya, pertarungan tersebut di adakan kembali. Tepatnya pada pukul 12.23. Semua petarung sudah melakukan pemanasan. “Nueno melawan Sasuke” asisten Master membacakan urutan pertarungan tersebut. “Petarung di harapkan berdiri, dan memasuki arena petarungan” wasit berkata. “Teng!” bunyi bel berbunyi. Petarungan yang sangat hebat itu cukup memakan waktu yang lama. Hingga pada akhirnya pemenangnya adalah Nueno. “Petarung selanjutnya, Sasuke melawan Tamamo” asisten Master membacakan. “Cih, kapan aku di panggi untuk bertarung. Aku sudah tidak sabar untuk menghajar semua orang yang ada di sini” Lei menggerutu dengan kesalnya. “Sabar Lei, mungkin setelah ini kamu dipanggil Lei” Hwoarang menjawab dengan santainya. “Baiklah” Lei menunggu dengan sabar. Petarungan tersebut di menangkan oleh Sasuke. Satu demi satu, sudah banyak petarung yang kalah. Bahkan ada yang sudah mati karena brutalnya petarungan tersebut. “Petarung selanjutnya, Lei melawan Kogoro” asisten Master berkata. “Akhirnya, dipanggil juga” Lei berkata sambil maju ke atas arena petarungan. “Sudah kubilang kan Lei, setelah ini pasti kamu di panggil” Hwoarang berkata di dalam hati. “Semoga berhasil ya Lei” Hwoarang berteriak kepada Lei. “Iya” Lei maju dengan percaya diri. “Besar juga badan lawanku ini” Lei berkata kepada hatinya. “Teng” bunyi bel pertarungan. Lei memejamkankan kedua matanya sambil melaukan kuda – kuda. Ia memikirkan apa yang tehnik yang seharusnya ia lakukan, jika ia mwmpunyai musuh yang badannya besar. Tertangkap pikiran jurus yang telah di ajarkan kakek Kazuya. Lei tahu bahwa, badan yang sangat besar. Hanya mempunyai serangan yang sangat besar tetapi tidak mempunyai kecepatan yang sangat hebat. Lei mengulur – ulur waktu, untuk menambahkan kelelahan kepada lawannya tersebut. Lei selalu menhindar jika lawannya terus menyerang. Hingga ia dapat menangkis serangan lawan tersebut karena kelelahan. Seketika itu, Lei langsung menghajar dengan sangat keras kepadanya. Hingga lawannya tersebut jatuh tak berdaya karena badan lawan tersebut sudah melemah karena kecapean dan langsung di hajar keras oleh Lei. “satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh!” wasit menghiting mundur dan mengangkat tangan kanannya Lei. Pemenang dinyatakan kepada Lei oleh juri – juri tersebut. “Hebat juga kamu Lei” Hwoarang berkata kepada Lei dengan bangga. “Tidak juga ah” Lei merendahkan hatinya. Akhirnya Lei dan Hwoarang memasuki babak final. Master Heihachi mau mengadakan ronde tambahan. Ronde tersebut harus team lawan team. Satu team terdiri dari dua orang. Lei dan Hwoarang menjadi satu team dan melawan musuh – musuhnya yang lain. Master heihachi mengusulkan kebijakan tersebut karena dia menganggap pertarungan ini dianggap lama. Setelah keputusan di tetapkan oleh sang Master Heihachi dan para juri – juri pertarungan. Pengulangan urutan pertarungan ini pun di ulang kembali untuk memasuki ronde team. Setelah menunggu setengah jam. Para juri – juri pertarungan sudah mempersiapkan kembali urutan pertarungan tersebut. “Ronde pertama dalam ronde team adalah, Lei dan Hwoarang melawan Sasuke dan Nueno” asisten Master membacakan urutan tersebut. “Ayo, Lei kita maju. Kita akan menghabisi mereka” Hwoarang berkata kepada Lei dengan penuh rasa pecaya diri. “Baiklah, tapi ingat. Kita harus kompak dalam ronde team ini” Lei mengingatkan kepada Hwoarang. “Iya – iya” Hwoarang berkata dengan penuh rasa percaya diri. Hwoarang dan Lei sudah berada di atas arena. Mereka sudah bersiap – siap untuk menyambut kedua musuhnya tersebut. Musuhnya, Sasuke dan Nueno. Menuju ke arena pertarungan “Teng” bunyi lonceng pertarungan akan di mulai. Lei dan Hwoarang sudah mengambil kuda – kuda, dan memperkirakan dan memperhitungkan. Gerakan – gerakan mereka itu. Sasuke menyerang Lei dan Nueno menyerang Hwoarang. Mereka berdua adalah musuh yang cukup tangguh. Hwoarang berhasil menangkis serangan dari Nueno. Tetapi Lei tidak bisa menangkis serangan yang di keluarkan oleh sasuke. Hwoarang melindungi Lei dan menyerang kembali Sasuke. Dengan tendangan kerasnya, tetapi sayangnya. Tendangan itu meleset. Sasuke langsung mengambil kakinya si Hwoarang dan langsung membanting Hwoarang dengan 180 derajat. “Arrrggghhhh……..” Hwoarang menggeram kesakitan. “Bangun kau Hwoarang! Kita tidak mungkin kalah” teriak Lei. Hwoarang bangun danlangsung membalas serangan tersebut. Tetapi di tangkis lah tangan si Hwoarang. Itu hanya sebuah umpan dari Hwoarang. Lei langsung datang dan menendang Sasuke dengan keras, hingga ia dapat di jatuh kan. Nueno tidak diam saja. Nueno langsung menyerang Lei, dan di tangkislah serangan ia tersebut. Hwoarang datang dan langsung menyerang Nueno. Hwoarang langsung menendang perut Nueno. Sampai ia jatuh. Hwoarang langsung memukul Sasuke dan Lei menghajar Nueno. Sampai mereka berdua tidak bisa bangun lagi. Wasit menghitung mundur sampai sepuluh. “Pemenangnya adalah Lei dan Hwoarang” juri – juri menyatakan kemenangan kepada Lei dan Hwoarang. Akhirnya Lei dan Hwoarang adalah pemenang Master Fighter. Mereka bedua mendapatkan gelar Master dan hadiah yang di janjikan oleh Master Heihachi. Tetapi Lei menolak dan langsung menantang sang Master Heihachi. “Apa kau berani menantangku anak muda?” Master Heihachi bertanya keada Lei. “Apa kau masih ingat, dengan orang yang bernama Kazuya?” Lei bertanya kepada Master Heihachi. “Aku yang membunuhnya” Master Heihachi berkata kepada Lei. Lei menggerang dan marah kepada Master Heihachi. Di hari itu juga pertarungan antar Master Lei dan Master Heihachi. “Pertarungan antar Master Lei dan Master Heihachi akan segera di mulai” asisten Master Heihachi berkata. Arena petarungan pun berganti dengan yang lebih mewah dan terhormat. Karena terhormat. Semua orang yang ada di area tersebut menunduk sejenak. Untuk menghormati para leluhur yang bertarung di sini. Lei dan Master Heihachi berdiri di arena pertarungan tersebut. “Teng” bunyi bel tanda di mulainya petarungan. “Ayo Lei, kamu harus berjuang untuk kakekmu!” Hwoarang memberi semangat kepada Lei. Lei kembali mengambil kuda – kuda dan memikirkan apa yang sebaiknya dia lakukan untuk menbgalahkan Master yang keji itu. Lei terus memikirkan sambil melihat Master Heihachi memandang dia seperti seekor macan sedang mengincar mangsanya. Master Heihachi langsung menyerang Lei, tetapi Lei menghindar dari serangannya. “Lumayan juga kamu anak muda” Master Heihachi berkata kepada Lei. Lei terus memikirkan bagaimana cara untuk mengalahkan Master Heihachi tersebut. Saat Lei berfikir, tiba – tiba Master Heihachi melayangkan tangannya mengenai Lei. “Bruk!” terdengar badan Lei jatuh tak berdaya. “Argh!” Lei merasa kesakitan. Lei bangun dan langsung membalas serangan yang di keluarkan oleh Master Heihachi. Tetapi serangan Lei di tangkis oleh sang Master. Tetapi Lei langsung melayangkan kalinya dan langsung menendang Master Heihachi dengan sangat keras. Saat Master lengah, Lei langsung menghajar habis – habisan sampai titik darah penghabisan karena dendam kakeknya. Akhirnya Lei dapat mengalahkan Master Heihachi. Saat Master Heihachi masih tergeletak. Lei langsung mengambil sebilah pedang yang ada di atas singgah sananya Master. Dan langsung menancapkan ke dadanya Master Heihachi seperti apa yang ia lakukan kepada kakeknya. Lei dan Hwoarang berjalan dan meninggalkan sang Master Heihachi yang di tusuk dengan sebilah pedang dan menggantungkannya di atas arena pertarungan. Mereka berdua berjalan ke mana saja tanpa membawa barang berharga sedikitpun. Lei hanya meninggalkan nama di situ, dengan sebutan “Master dari Kanto”.

... by Rania

“Akhirnya aku dapat bernafas lega” kata Karina. Setelah membaca papan pengumuman UN SMP di sekolahnya. Kirana melanjutkan jenjang SMAnya di Yayasan Citra Bangsa sekolah swastanya yang lama. Tapi Kirana sangat lega melihat namanya Kirana Rifazana dinyatakan lulus, setidaknya satu beban dipiirannya saat ini berkurang. Maklum, untuk mendaapatkan hasil yang baik, Kirana berjuang mati-matian siang dan malam, untungnya hasil kerjanya elama ini tidak sia-sia dan ternyata nilai kirana nilai yang terbaik di antara teman-temannya bahkan se- Nasional. Guru – guru Karina sangat terekejut karna siswinya yang sangat periang bisa mendapat nilai yang terbaik se-Nasional, rasa sangat bangga dan senang dihati guru-gurunya. Karna, bukan karina saja yang bannga tetapi sekolanya pun ikut bang, karna karina dapat mambawa nama sekolahnya dengan baik. Setelah terdiam, karna tidak percaya nilainya yang terbaik diantara yang lain, ada temannya yang menepuknya dari belakang “Selama ya Karin, wah aku saja sampai kalah” ucap yang menepuknya dari belakang, ternyata itu Jeny sahabat karina yang sudah bersahabat dengan karina dari elas 1 SMP, walau ia sering bertengkar ia tetap saling menyayangi dan mendukung, Jeny melanjutkan SMA yang sama dengan Rana. Seperti kata guru-guru dan teman-temannya, dimana ada Jeny pasti ada Kirana dan dimana ada Kirana pasti ada Jeni. Tetapi hal itu terjadi bla tak ada masalah diantra keduanya. Sebetulnya persahabatan mereka bukan hanya berdua saja yang bersahabat tapi ada Dina. Bagi Kirana dan Jeni, Dina anak yang baik dan pintar. Namun, Dina di hari itu tidak bsa membagi kesenagan dangan mereka berdua. Karena, Dna sedang dirawat di rumah sakit. Setelah melepas kebahagiaan dengan teman – teman , Kepala sekola mengajang semua murid dan jajahan untuk mensyukuri hasil UAN tahun ini dengan mengelar acara syukuran dan doa bersama. Di Aula sekolah, keesokan harinya, acara yang sudah menjado tradisi sejak beberapa tahun silam itu digelar. Rasanya ada yang hilang jika perpisahn itu tidak diselengarakan. Setelah pembadaan istighosah, tahlil, dan sambutan Ibu Rona atas nama kepala sekolah, atau kapsek, acara deiakhiri dengan hiburan. Berbaga macam kreasi seni ditampilkan untuk menghibur para hadirin. Karina, Jeni dan teman – temannya yang duduk berdampingan pun merasa terhibur dengan penampilan adik kelasnya. Sering kali mereka tertawa riang diiringi tepuk tangan mermbahana, memuji penampilan semua adik kelas dan teman- temannya yang ikut memeriahkan suasana. Namun, karna itu acara perpisahan,takurung mereka juga terharu, bahkan ada yang meneteskan air mata. Sebuah parade puisi dan drama telah melelehkan tangis mereka. Terlebih, sebuah lagu bertema perpisahan mangalun dengan menyentuh hati sanubari. Roda kehidupan terus berjalan Pepisahan kita telah tiba Air mata kini jatuh berlinang Kesedihan telah membayang Meski kita akan berpisah Jiwa kita tetap Satu Jiwa kita tak terpisah Selamat jalan semuanya…! ( Di ambil dari sebuah novel ) Setelah itu, para guru berdiri di depan pentas untuk disalami semua siswa kelas XII yang berbaris memanjng seperti ular. Mereka bersalaman secara bergantian dengan tertib. Acara ini disampung sebagai ucapan selamat jalan atau selamat berpisah dari guru ke murid dan sebaliknya, juga bermanfaat sebagai ajang saling memaafkan. Bagaimanapun , selayaknya hubungan antar manusia, disana selalu ada kekeliruan maupun kesalahpahaman yang harus di luruskan denagn saling memaafkan. Usai acara perpisahan, semua murid meningalkan sekolah. Pulang ke rumah masing- masing. Di sela-sela kesenangan hati karina, ia teringat akan test di SMA, setelah dirumah karina belajar di kamarnyua yang penuh dengan pernak-pernik dan buku-bukunya sewaktu di SMP. Di rumah, Mama Karina kebinggungan karena putrid satu-satunya semenjak sore pulang, tidak keluar kamar. Mama Karin mendiamkan putrinya Karena yang terpikir Mama Karin, Karin sdang tidur terlelap. Saat situasi kamar Karina sedang sunyi terdengar suara ketukan pintu “ de, keluar sholat magrib dulu” kata Mama “iya, mama” Setelah itu Karin pun langsung mengambil air wudhu langsung sholat Setelah sholat, Karin menutup buku yang dibacanya, dan langsung membaca majalah yang baru terbit. Tiba –tiba terdengar suara ponsel Karin yang menandakan satu pesan baru Hai, Karina Apa kabar? Karin meninggalkan majalahnya di kasur, lalu ke meja dikamarnya untuk mengambil ponselnya. Karin langsung membacanya, tapi ia binggung karna nomor pengirimnya tidak ia kenal. Kabar aku baik, tapi maaf ini siapa Karin menjawab, sambil menunggu Karin membaca majalanya kembali. Ponselnya berdering kembali. Aku penggemar kamu Karin mulai sebal, ia bertanya-tanya siapakah orang itu sebenarnya. Ini siapa ya ? Karin membalasnya dengan cepat sambil berfikir. Karin berniat tidak membalas smsnya bila masih seperti itu. Sabar rin, ini aku Jeny, ponselku hilang kemarin jadi untuk sementara aku pakai punya kakakku. Karin yang tadinya mulai sebal sekarang jadi tenang. Ia lalu membalas. Oh kamu Jeny tadinya aku mulai sebal, hihi Setelah itu berdering ponsel Karin tanda panggilan masuk. Ass. Betul ini dengan Karin? Iya, ini saya Karin maaf ini siapa ya? Ini Ibu Hilda Ada apa bu? Karin pun bertanya-tanya kenapa Ibu Hilda guru kesiswaan mengubunginya, Apa ada tugas yang belum di kumpulkan di pikirannya. Karin sekolak kita… Kenapa bu? Karin mulai cemas. Sekolah kita, sekolah kita, terbakar rin Sampai saat ini kita belum tahu apa ijasah anak-anak ikut terbakar atau tidak Karin pun terdiam, seolah-olah tidak percaya, rasa binggung,sedih,tidak percaya semua, menjadi satu. Sekarang kita gimana bu? Ibu juga belum tahu, pihak pemerintah belum memberi jawaban Sudah dulu ya rin, ibu mau kabarin yang lain, kamu segera ke sini ya Karin tidak dapat menjawab kata-kata Iya bu Terputuslah telepon itu. Karin langsung bersiap untuk ke sekolah, ia penasaran apa yang sebenarnya terjadi. Sesampainya di depan gerbang sekolah, tetes air mata semua guru-guru dan anak murid menyambut Karin. Dan api – api yang telah mulai reda setelah habis dipadamkan. Karina tak tahan meneteskan air mata, Karin langsung mendekati guru yang berada didekat adik kelasnya. “Karina“ kata Ibu Hilda setelah melihat Karin “Ibu Hilda bagaimana dengan…” Karin berat mengucapkan lanjutannya. “ijasah”langsung Ibu Hilda teruskan. “iya”kata Karin dengan air mata yang terus membasahi pipinya. “Sampai saat ini ibu belum tahu nak, ada dua kemungkinan cara mendapoatkan ijasah itu lagi” kata Ibu Hilda dengan suaranya yang perlahan-lahan pelan “apa bu?” Karin dengan penuh penasaran. “Pertama, kamu melakukan tes lagi. Kedua, pemerintah langsung memberikan pada kita, tanpa harus ujian ulang. Itulah yang sedang di usahakan nak” kata Ibu Hilda yang langsung pergi, menghampiri Ibu Rona Akhirnya semua anak yang telah berkumpul di sekolah, dikumpulkan oleh Ibu Hilda. Dan bersama-sama berdoa, supaya masalah yang dihadapi cepat selesai. Keesokan harinya Karina mendapat kabar dari Ibu Hilda bahwa minggu depan ia dapat menggambil ijasahnya tanpa harus ujian ulang. Karina sanggat bersyukur atas kemudahaan yang ia dapatkan.

Royal Knight by Raditya Ghaffari

Pada suatu hari ada seorang anak, Eumenes namanya. Ia tinggal bersama ayah dan ibunya di gubuk yang kecil. Sore itu ayah Eumenes menyuruhnya untuk mencari kayu bakar di hutan. Saat kembali ke rumahnya, Eumenes melihat pintu rumahnya rusak. Ia mengintip ke dalam rumahnya dan didapati orangtuanya sudah terkapar tidak bernyawa. Eumenes menangis melihat orangtuanya yang terbujur kaku itu. Eumenes melihat di lantai ada sebuah surat tanda kepemilikan tanah keluarganya yang bertuliskan ”property of dark king”. Eumenes sangat terkejut, Dark King adalah penguasa Bricksland tempat tinggalnya Eumenes. Ia akhirnya bersumpah akan membalaskan dendam orang tuanya dengan membunuh Dark King. Tiga tahun kemudian, Eumenes pergi ke desa Star yang tak jauh dari gubuknya. “ berhenti, siapa disitu?” teriak penjaga gerbang. “Namaku Eumenes, aku datang ke kota ini untuk mencari tempat tinggal!” jawab Eumenes. Gerbang pun dibuka dan Eumenes disambut oleh kepala desa. ”Namaku Wiggum, selamat datang di desa Star.” sambut Wiggum. ”Apa yang membawamu kesini,nak?” tanya Wiggum. ”Aku ingin mencari kerja dan tempat tinggal..”. ”Oh, kalau begitu ada sebuah gubuk yang kosong disana dan kalau soal pekerjaan tanya kepada James, si pandai besi.” Maka Eumenes menetap disitu selama 5 tahun. Di desa Star, Eumenes menjadi dekat dengan penduduk desa, Ia juga sering menolong teman-temannya kalau sedang kesulitan. Pada suatu siang, Desa Star didatangi sekelompok perompak yang jumlahnya sangat banyak. Para penduduk sangat takut kepada perompak itu. ”Kalian harus membayar upeti bulan ini sekarang! Kalau tidak desa kalian akan kami bakar!!” teriak pemimpin perompak. Sementara para penduduk berkumpul memberikan upetinya, Eumenes berteriak,” Hei para perompak, kembalikan harta para penduduk ini atau kalian akan menyesal!!”. Para perompak tertawa, mereka langsung menyerang Eumenes saat itu juga. Awalnya Eumenes kepayahan melawan perompak yang jumlahnya banyak itu. Tiba-tiba, tanpa sadar Eumenes menjadi lihai dan gesit. Tidak lama kemudian, para perompak itu tewas. Hanya satu yang dibiarkan hidup, ”Larilah pengecut!! Butuh seratus tahun lagi untuk membunuhku!!” teriak Eumenes geram. Para penduduk berterima kkasih kepada Eumenes dan ia menjadi legenda di desa itu. “Eumenes, kemari sebentar..” pinta Wiggum. “para perompak itu... mereka telah menghantui desa ini selama 7 tahun dan kami sangat berterima kasih kepadamu.”kata Wiggum. “Siapa dalang dari semua ini? Maksudku, siapa yang menyuruh mereka?” tanya Eumenes. Dengan sedih, Wiggum menjawab,”yang menyuruh mereka adalah orang yang membunuh orang tuamu, Dark King.”. Eumenes kaget, dendamnya yang sudah hilang muncul kembali. Eumenes langsung pergi ke arah James, si pandai besi. ”James, aku mau ambil pedang Excaliburku, sudah jadi kan?” tanya Eumenes. ”Oh, pedangmu sudah jadi sejak kemarin. Ini, ambillah dan kau tidak usah membayar, hari ini gratis.” jawab James. ”Eumenes, tunggu!!” teriak Wiggum. ”Jangan menghalangi jalanku, Wiggum.”.” Bukan itu, ini kuberikan baju besi dan perisai terbagus di desa ini. Dulu kepunyaan ayahku.” kata Wiggum seraya memberikan baju besi dan perisai kepada Eumenes. ”O,iya. Ini kupinjamkan kudaku juga. Selamat berjuang, nak!!!” teriak Wiggum. Para penduduk Star menyoraki Eumenes. Eumenes pun pergi, meniggalkan desa yang sudah merawatnya sejak umur 12 tahun. Ia mempercepat kudanya, dan berpikir bahwa membunuh Dark King tidaklah mudah. Diperjalanan, Eumenes mendengar teriakkan ,”Tolong!!! Tolong!!!”. Dengan cepat Eumenes mencari dan menolong orang itu.”Huff...Huff... terima kasih,nak. Kau telah menolong orang tua ini.”.”Siapa namamu?? Dan makhluk apa kau?” tanya Eumenes. ”Namaku Roxan. Aku seorang Dwarf yang sedang dalam perjalanan untuk membunuh Dark King karena dia telah membinasakan desa kami.” jawab Roxan. ”Rupanya tujuan kita sama. Bagaimana kalau kau naik ke kudaku agar perjalanan kita lebih cepat.”. Roxan dan Eumenes pun memulai perjalanan mereka. Dua hari kemudian, mereka sampai di Dark Castle. Dengan semangat, Eumenes lari ke gerbang istana dan menghancurkan gerbang tersebut. Di dalamnya rupanya Dark King sudah menunggu. “Dark King!! Akan kubunuh kau!!!” teriak Eumenes dengan penuh amarah. Pertarungan hebat pun terjadi. Eumenes melawan Dark King, sedangkan Roxan melawan prajurit Dark King. Awalnya Dark King kesusahan melawan Eumenes, tetapi keadaan berbalik. Eumenes terdesak oleh kelihaian Dark King memainkan kapaknya. Roxan yang melihat Eumenes langsung menolongnya seraya berteriak, “ Eumenes!!!”. Roxan pun terluka akibat menolong Eumenes. “Roxan!” teriak Eumenes. “Bunuh…bedebah…itu..” Roxan pun pingsan. Eumenes menjadi semakin geram. Dengan cepat, ia melompat dan menebas kepala Dark King. Robohlah Dark King yang sudah kehilangan kepalanya. Di desa Star, semua penduduk khawatir akan nasib Eumenes. Wiggum tiba-tiba teriak “Itu Eumenes!!!”. Para penduduk langsung keluar untuk melihat Eumenes. Disana Eumenes tersenyum dan mengangkat topeng Dark King tinggi-tinggi tanda bahwa Dark King sudah mati. Para penduduk berteriak gembira, mereka memberi tahu seluruh warga bahwa Dark King sudah mati. Eumenes pun dinobatkan menjadi pemimpin baru, dengan nama “ROYAL KNIGHT”.

Masih Ada Rahasia yang Tersimpan by Nadia Ajitiana

Hidup itu kayak novel. Banyak bab yang dibaca, tetapi ada juga bab yang terlupakan. Tetapi ada satu bab yang ga mungkin terlupa. Yaitu dimana adanya sebuah masalah. Bagian dimana dapat mengiris jiwa maupun mempersatukan jiwa. Kisah hidup yang tak pernah seimbang terjadi di kehidupanku. Aku Nadira. Aku adalah seorang pelajar di sekolah swasta di Jakarta . Sekarang aku berumur 14 tahun tepat tanggal 23 Juni kemarin. Aku seorang anak yatim yang ditinggalkan oleh ayahku 10 tahun yang lalu. Tepatnya ayahku meninggal pada tahun 1999 di bulan agustus lalu. Rasa sedih waktu aku kecil baru timbul disaat aku suda beranjak remaja. Mungkin karena waktu kecil aku belum mengerti betul dengan keadaan ayahku. Aku kadang sering merasa iri terhadap teman – temanku yang bisa selalu bersama ayah nya dengan rasa gembira. Tetapi aku, aku hanya bisa memendam rasa yang telah kehilangan orang tua. Aku masih ingat waktu aku masuk pertama kali ke sekolah ini. Aku mengenal seorang perempuan bernama Ajeng. Seneng sih pada saat pertama menginjak sekolah itu sudah mendapat teman untuk memulai hidup baru di sekolah itu. Ke esokan harinya, aku menjalani masa Orientasi Siswa selama 3 hari. Hari itu adalah pertama kali aku menjalani masa Orientasi. Karena di masa SD tentunya tidak ada masa Orientasi. Sebenarnya aku tidak setuju dengan adanya masa Orientasi itu. Karena itu bukan menerapkan ketertiban siswa tapi malah akan menjadi permusuhan seperti Senioritas. Memang sih ada pentingnya juga adanya senioritas agar adik kelas bisa tau bagaimana menghormati orang yang lebih tua. Ya sudahlah itu sudah tradisi dari sejak dulu di sekolah manapun. Lalu aku masuk sekolah lagi untuk pembagian kelas. Aku masuk di kelas 7.3. aku masih belum kenal dengan anak – anak di kelas itu bahkan walau sudah berkenalan aku masih lupa dengan nama – nama mereka. Yang aku kenal hanya Ajeng yang duduk di sebelah ku. Di depan ku terdapat seorang perempuan yang cukup baik dari raut wajahnya. Dia bernama Dian. Dian menawarkan aku untuk duduk di depannya agar aku dapat melihat papan tulis dengan jelas. Lalu, setelah aku duduk di depan aku melihat seorang anak laki – laki yang dari sikapnya itu lucu dan gampang untuk diajak berkomunikasi. Lama kelamaan aku kenal dengannya. Dia bernama Satria. Wah Satria, namanya cocok untuk ukuran badannya yang cukup besar dan lucu yang dapat melindungi perasaan orang, dalam hatiku. Setelah beberapa bulan aku mengenal dia, ternyata dia adalah teman TK ku. Wah, dunia sangat sempit. Dan aku tidak menyangka setelah pisah 6 tahun bisa bertemu lagi secara tidak kesengajaan. Aku mulai menganggapnya sebagai kerabat sejatiku. Setiap saat aku sering bersamanya. Bahkan, kita sering berbagi cerita tentang kehidupan kita. Banyak teman – temanku yang mengagumi persahabatanku yang sangat dekat. Karena, setiap saat kita pasti setia dengan keadaan kita masing – masing. Makin beranjak remaja, pemikiran kita makin luas. Dan artinya makin memasuki masa pubertas. Masa – masa anak remaja yang suka dengan lain jenis. Satria sering membanggakan satu orang perempuan yang sangat cantik. Dan ternyata, setelah naik kelas 8, kami berbeda kelas. Dan untungnya dari Satria, ia satu kelas dengan perempuan idamannnya yang sering ia ceritakan denganku. Rasa bahagia seorang sahabat juga pasti dirasakan oleh sahabatnya juga karena bisa mengenali lebih dalam tentang perempuan idamannya itu. Pada saat naik kelas ke kelas 8, aku bertemu dengan satu sahabat lagi. Ia bernama Deivy. Deivy adalah seseorang yang kreatif dan menyayangi satu sama lain. Ia lama – lama bisa menjadi sahabatku yang paling baik pula. Tetapi, entah mengapa aku tidak pernah merasakan lagi satu kelas dengan para sahabatku. Satria semakin memuncak dengan keadaannya di kelasnya, karena keberadaannya perempuan idamannya itu, Ira. Memang ku akui Ira adalah seorang yang cantik dan pintar.. Wow, perempuan itu memang bisa dianggap sempurna di mata Satria. Satu hari berganti dengan hari yang lain. Aku merasa persahabatan ku semakin memudar ketika adanya sosok Ira itu. Dibalik kesempurnaannya, ternyata ia menyimpan rasa dendam terhadapku yang luar biasa. Ia membenci ku karena suatu hal yang tidak perlu dibenci. Ia membenciku karena aku adalah teman baik Satria. Tepat pada tanggal 13 April 2009, Satria mulai berkata – kata yang tidak sewajarnya untuk seorang sahabatnya sendiri. Sedih sudah pasti. Aku merasakan pedih yang mendalm selama – lamanya yang sampai sekarang tidak bisa terhilangkan. Tetapi, rasa sedihku terselimuti oleh selimut kebaikan seorang Deivy. Tetapi bukan hanya Deivy saja. Masih banyak teman – teman yang bisa menemaniku. Ada Deivy, Dian, Irine, Sinta, dan Alidia. Aku jadi merasa masih mempunyai banyak teman sehingga rasa sedih ku telah hilang. Beberapa saat kemudian, aku mendaftarkan diri ke tempat kursus bahasa inggris yang nanti akan dimulai pada tanggal 9 Mei 2009 ini. Aku merasa bahagia, karena siapa tahu nanti aku bisa bertemu dengan teman baru yang juga bisa menggantikan rasa sedihku. Tanggal 9 Mei yang kutunggu – tunggu. Aku masuk ke kelas itu paling pertama, lalu ada dua laki – laki masuk kedalam kelas , dan seterusnya banyak yang masuk lagi. Kukira hanya sembilan orang yang akan masuk ke kelas itu, ternyata masih ada satu orang lagiyang masuk ke kelas itu. Yang tak disangka – sangka, ia adalah mantan sahabatku yang sudah menghinaku hanya karena satu perempuan itu, Satria. Sepertinya rasa sedih yang aku alami akan makin mendalan dfengan keberadaannya Satria. Tanpa pandang wajahnya, aku menjalani masa perkenalan dengan anak – anak yang lain. Ada satu laki – laki yang cukup manis dan baik hati. Ia bernama Akbar. Aku merasa Akbar adalah sosok yang bisa membuatku tenang. Rasa senang lebih enak jika diceritakan oleh teman dekat, yang biasa disebut curhat. Hamper setiap hari aku curhat dengan Deivy dan Dian tentang Akbar. Sampai – sampai mereka agak bosen dengan curhatanku. Waktu itu hari libur sekolah, tetapi bukan berarti libur kursus. Huuh.. lelah. Tapi aku akan tetap semangat karena kehadirannya setiap hari si Akbar. Iseng – iseng Deivy ingin mengantarku ke tempat kursusku yang kebetulan dekat dengan komplek rumahnya. Di tempat kursusku rasa hatiku dipenuhi dengan rasa senang karena 2 hal. Pertama, karena aku bisa bercanda dengan Deivy. Dan yang kedua, aku menanti seseorang yaitu Akbar. Lima belas menit aku bercanda dengan Deivy, tiba – tiba di depan pintu tergentar suara gentakan kaki dan tandanya ada orang yang ingin masuk ke dalam ruangan tersebut. Aku bangga, itu adalah Akbar. Tetapi pandangan Akbar tidak langsung tertuju ke muka ku, melainkan ke wajah Deivy. Aku heran mengapa ia saling tegur – menegur dan saling terlihat akrab. Otakku penuh tanya. Tanpa basa – basi aku langsung bertanya pada mereka berdua apakah mereka saling mengenali? Dengan serentak mereka menjawab “tentu”. Aku terkejut dan langsung mempunyai feeling yang nggak enak. Di dalam kelas aku termenung kebingungan. Pertanyaan yang yang selalu terlintas di hatiku adalah, “apa hubungan antara mereka berdua?”. Dengan perasaan murung kujalani hari kursus yang kuanggap kurang menyenangkan. Keesokan harinya, Deivy langsung bertanya kepada ku. “sebenarnya orang yang selama ini kamu ceritakan itu dia?” dia bertanya dan aku bingung ingin menjawab apa. Lalu kuputuskan untuk menjawab tidak. Aku ingin tau apa yang sebenarnya hubungan diantara mereka. Di istirahat pertama di sekolah, Deivy berkata bahwa Akbar adalah sahabat dia di komplek perumahannya. Curhat Deivy makin mendalam. Dan hebatnya lagi yang menggunjang hatiku ternyata Akbar pernah mengucapkan kata – kata cinta pada Deivy. Dan sampai sekarang Deivy dan Akbar masih saling mencintai. Bingung, kesal dan sedih. Itu yang terlintas di pikirannku. Aku gak bisa menerima keadaan itu. Bagaimana kelanjutan perasaanku sama si Akbar. Yah, mau gimana lagi aku harus terus membohongi perasaan aku ini sama Deivy. Deivy, sekarang sering curhat tentang si Akbar. Aduh, semua ceritanya tentang perasaan dia yang masih sayang sama si Akbar. Malah, setiap aku les aku selalu disuruh menitipkan salan buat Akbar. Hati udah ga kuat, tapi harus megorbankan perasaan demi persahabatan. Aku yang terbebani juga, yang gak kuat denger cerita dari Deivy jadi sering curhat sama Dian. Dian pernah bilang, kalo aku ga boleh bohongin perasaan ku ke Deivy dari pertama kalinya. Aku harus jujur. Tapi gimana, udah terlanjur bohong. Aku juga gat au kapan aku harus jujur nanti. Kapan harus bisa jujur tentang perasaan gue sebenarnya ke Deivy. Hari berganti hari, kudengar kabar tentang akan pindahnya Deivy ke Bali . Pasti rasa hati sedih mendengar sahabat ingin pergi ninggalin kita buat selamanya. Yang jarang ketemu. Hari terima rapotku diwarnai dengan hari ulang tahunku 23 Juni. Sedih dan riang di hatiku yang akan ku ceritakan saat ini. Banyak teman – teman yang menyambut ulang tahunku dengan penuh rasa persahabatan. Tetapi, dua orang sahabat yang aku sayangi tidak bisa hadir dalam hari kebahagiaanku. Pertama Satria, dia bukan lagi sahabatku yang dulu bisa aku andalkan untuk menjadi sahabat. Tapi ternyata persahabatan kita terpotong di tengah jalan. Yang kukira ia bisa menemani ku di hari bahagiaku. Yang kedua, seorang sahabatku Deivy. Ia hanya bisa memberiku 2 kado terakhir darinya yang di gunakan sebagai kenang – kenangan terakhir. Sebuah jam alarm dan sebuah surat persahabatan. Sebuah puisi yang menyentuh hati seorang sahabat. Mengingatkan masa – masa yang telah di lalui bersama yang tidak akan pernah terlupakan. Merasa menyesal dengan perilaku ku sendiri ketika ada masalah dengannya yang membuat kita bermusuhan. Merasa ada waktu yang terbuang. Susah mengungkapkan rasa hati bila sahabat pergi pada saat hari ulang tahun kita sendiri. Rasa sedih pasti. Walaupun ada sedikit kebahagiaan. Aku merasakan kebahagiaan karena aku bisa masuk kursus pada saat itu. Dan artinya ulang tahunku di warnai dengan senyum Akbar yang manis menyambut ulang tahunku. Rasa sedih tetap saja masih ada, karena kehilangan lagi seorang sahabat. Masa kelas 9. masa rumit yang harus menghdapi Ujian Nasional di sekitar 8 bulan kedepan. Rasa takut yang tidak bisa lulus, tetapi kalau terus berusaha kenapa nggak. Percampuran kelas lagi. Tetap saja aku nggak sekelas lagi sama Satria. Tapi yang aku paling benci lagi, aku sekelas sama Ira yang telah membuat persahabatan aku dan Satria hancur. Sekilas, aku suka dengan otaknya dia yang pintar. Tapi aku tidak suka dengan perilaku dia yang sering membuat orang lain marah. Mungin memang bagi semua pria di sekolah sangat memuja dengan keberadaan dia yang cantik itu. Tapi aku masih menyimpan dendam dengannya. Pikiran semakin rumit. Naik kelas makin banyak masalah. Masalah teman dan keadaan disekolah. Itu yang utama. Kalo tentang keadaan di sekolah itu rumit banget pelajarannya, terutama Kimia. Duh paling pusing deh. Lebih baik aku belajar Fisika 1 hari dari pada harus pelajaran Kimia. Mungkin otakku emang kurang duka dengan pelajaran Kimia. Kalo soal teman, aku bingung. Deivy sering bertanya – tanya soal Akbar yang udah jauh dari kehidupan dia. Tapi rasa saying mereka tetap aja. Suatu hari, aku udah nggak kuat dengan kebohongan aku ini. Aku harus bisa nerima permusuhan lagi kalo Deivy marah. Dari pada panjang lebar, aku langsung to the point aja biar ga tergesa – gesa. Aku sms Deivy tentang kebohongan yang udah lama itu dan sampai di masa puncaknya aku menceritakan semuanya. Dan aku tau pasti seseorang yang telah dibohongi perasaannya pasti marah. Ya aku harus terima semua ini karena memang aku yang salah yang tidak mengikuti saran dari teman yang lain. Dalam hati aku merasa, kenapa aku tidak pernah aada kesuksesan dalam bersahabat? Mungkin pertanyaan yang tidak perlu di jawab. Karena aku sendiri yang tidak bisa membina persahabatan. Ada berapa sahabat lagi kira – kira yang akan gagal persahabatannya dengan diriku. Mimpi ingin menjadi sahabat mereka berdua lagi asti ada. Tapi, sangat sulit untuk mendapatkan mereka kembali. So hard to keep they coming back for more. Kata – kata itu terdapat di susunan lagu yang Satria berikan kepada ku di akhir persahabatan kita. Mungkin susunan lagu itu memang pantas buat aku yang ga pernah sukses menjalin persahabatan. Aku selalu salah dalam mengambil keputusan dalam waktu persahabatan. Semua masalah ini yang membuatku merasa tidak sempurna. Semua orang memang tidak sempurna. Kira – kira, siapakah yang akan terkena batunya jika bersahabat denganku? Di masa – masa saat aku banyak masalah ini, pasti masih ada satu sahabat yang aku cintai. Dia Dian. Dian yang membuatku bangkit dari semua masalah yang aku hadapi. Nasihat Dian membuka pintu hatiku untuk tidak berputus asa dalam menghadapi masalah. Dua sahabat hilang bukan berarti semua sahabat hilang dalam kehidupan. Banyak orang yang menganggap hidup itu susah, tetapi mati tak mau. Sesungguhnya semua masalah harus bisa dihadapi dengan cara menuruti kata hati kita sendiri. Masih banyak orang yang mencintai diri kita termasuk diri kita sendiri. Banyak masalah, banyak urusan. Urusan di sekolah juga semakin berat dengan test kenaikan kelas. Belajar terus belajar sudah pasti. Di sekolahku, banyak anak yang suka belajar bersama terutama sepulang sekolah. Sepulang sekolah aku terbiasa duduk di depan masjid sambil mendengarkan lagu bersama teman – temanku. Beberapa teman – teman sering di panggil orang tua karena pulang terlalu sore tetapi biasanya kita semua izin terlebih dahulu sebelum berkumpul. Di hari ujian, rasa deg – degan hilang karena adanya kelompok belajar. Akhirnya masa ujian terlepas lega dengan nilai yang sempurna. Dengan nilai sempurna dan bisa buat orang tua bahagia. Semoga nilai yang aku dapat ini bisa terbawa samapi nilai di ujian nasional nanti. Amien. Masa kelas 9. ketakutan bila nilai drastis turun. Pasti harus terus belajar takut nanti nilai jadi drop. Terutama matematika dan kimia yang ga begitu aku suka. Tetapi mau nggak mau harus dipelajari. Aku suka berkhayal jika di dunia ini penuh dengan pelajaran Fisika, seru kali ya. Pertama masuk sekolah, aku liat banyak ade kelas pada ngejalanin masa orientasi siswa. Suka nggak tega kalo ngeliat mereka semua di ospek. Di hari yang sama, temanku mencoba mendekatiku untuk mencurahkan isi hatinya. Dia bernama Dai. Dia Nira, seorang perempuan yang berusaha curhat tentang cowok yang duduk di tribun itu. Wajahnya nggak cakep, hanya manis. Nira meminta tolong padaku untuk membantunya memperkenalkan dia dengan Nira. Aku berusaha untuk mendekatkan diriku kepada kerabat cowo itu bernama Putra. Putra mau membantuku. Berawal dari nomor hape dan friends di facebook. Mereka berdua memang sudah saling suka tetapi tidak ada yang mau mengakui. Aku merasa gampang untuk melakukan hal ini dengan mudah. Karena mereka berdua saling mencintai. Aku merasa seorang lelaki harus berani mencurahkan isi hati karena mungkin kurang baik kalo cewek yang nembak cowok. Hari – hari terus berganti, aku dan Putra bingung kenapa tidak ada hasilnya. Akhirnya mereka berdua ku kumpulkan di kantin sekolah dan duduk berempat. Nira duduk di sebelah ku dan Dai duduk di sebelah Putra. Wajah Nira dan Dai terlihat tegang dengan dahsyat. Pembicaraan di mulai dengan masing – masing segelas jus mangga. Jus mangga yang dingin berbeda dengan suasana di situ. Dai mencoba untuk mengungkapkan semua, dan Nira bermalu – malu. Akhirnya mereka bisa mengerti perasaan mereka masing – masing. Duh, aku dan Putra merasa seperti penghulu antara mereka berdua. Aku dan Putra bingung kenapa kita yang menjodohkan mereka tapi kita sendiri tidak dapat. Kita sering jalan berempat ke mall. Sepasang – sepasang, Nira dan Dai dan Aku sama Putra. Kita nongkrong bareng dia Café. Aku dan Putra sibuk dengan Online di Facebook. Nira dan Dai menatap kami berdua dengan serius. Ternyata mereka berdua merencanakan sesuatu. Dai berkata, “Nir, mereka berdua seperti waktu kita saat ingin di jodohkan ya?”. Dengan cepat Nira menjawab,”betul!”. Aku merasa ada yang aneh. Ternyata mereka berdua merencanakan untuk menjodohkan kami. Kaget. Aku memang sebenarnya menyimpan perasaan yang nggak berani aku ungkapin. Ternyata, hasil perjodohan Nira dan Dai tidak sia – sia. Kami merasa senang sudah mendapatkan pacar masing – masing. Ternyata di banyak masalahku dengan sahabat masih tersimpan oleh yang maha kuasa kebahagiaan yang telah ditunjukkan kepadaku.. Aku hanya bisa mendoakan bagi semua sahabat yang telah gagal bersahabat denganku dan berdoa pada tuhan, semua sahabatku adalah bagian dari hidupku yang kau anugrahi untukku. Diluar sana mereka sesungguhnya adalah tempatku bersandar. Maka jagalah mereka malam ini, esok, lusa, selamanya dan abadikan rasa persahabatan ini sampai kapanpun. Banyak masalah bukan berarti banyak permusuhan. Banyak kebahagiaan yang masih tersimpan oleh Tuhan yang suatu saat nanti akan dikeluarkan pada saat yang akan kamu butuhkan. Karena sesungguhnya tuhan masih melihat penderitaan kita yang akan dibungkus dengan selimut kebahagiaan. Jadi jangan menyerah adalah kata yang harus dituliskan dalam hati dalam membina masalah. Sekian.

We Are Not The Best by Ririn Gupita Sari

“Tet-teret-tet…”, bunyi suara terompet yang ditiup oleh kedua orang pemain yang sedang duet di tengah lapangan. Terlihat pula sebuah barisan yang berbentuk “L”, berjalan ke samping dan membuat sebuah display. Siang itu, aku, Jesi, Annita, Faiz, dan yang lainnya sedang berlatih Marching Band di Bogor yang diadakan setiap tahun, dalam rangka memperingati ulang tahun kota Bogor. Keesokan harinya, kami berangkat ke Bogor. Sesampainya disana, kami beristirahat di sebuah mes kesehatan yang tidak jauh dari GOR, tempat dimana kami berlomba. Tidak lama kemudian, kami latihan di lapangan yang berada tepat di depan me situ. Waktu itu, kami bermain dengan lembut dan bagus sekali. Pelatihku pun sudah mempercayai kami untuk dapat memenangkan kejuaraan, akan tetapi masih sedikit ragu pada kerapihan barisan kami, karena kita berlatih baris-berbaris hanya dalam satu minggu saja. Setelah kami berlatih, kami beranjak ke GOR (Gelanggang Olah Raga) untuk memberi semangat tim Junior GPCB(Gita Paricara Cakra Buana) yaitu adik-adik kelas kami, yang kebetulan juga ikut dalam kejuaraan itu. Kami menyemangati mereka dengan meneriakkan yel-yel, dan terus bersorak-sorak. Tidak lama setelah itu, kami kembali ke mes untuk bersiap-siap, karena giliran kami tampil sebentar lagi. Setelah semua siap, kami berangkat ke GOR. Sebelumnya, tentu saja kami berdo’a terlebih dahulu, agar semuanya berjalan dengan lancar, sehingga kami dapat menjuarai kejuaraan tersebut. Saat itu kami melihat penampilan GSP yang memukau dan menakjubkan. GSP adalah juara bertahan yang telah memenangkan 7 kali kejuaraan ini, Gita Suara Pakuan, yang biasa disebut GSP ini adalah Marching Band gabungan dari wilayah Bogor. Mungkin saat ini, lawan terberat kami adalah GSP. Karena kita sudah berfikir negative, dan takut terkalahkan, kami merasa putus asa. Tetapi, setelah adanya dorongan dari pelatih dan orang tua murid, kamipun mulai bersemangat kembali. Setelah itu pelatihku, kak Rico menyuruhku dan teman-temanku untuk memeriksa kembali alat-alatnya. Ternyata, toots fluegel Jesi agak sulit untuk ditekan. Jesi sangat panik saat itu. Karena, untuk memperbaikinya, dibutuhkan eaktu yang cukup lama. Pelatihku berusaha menenangkan Jesi agar dia tidak panik dan tetap tenang. Tetapi, apa daya, Jesi pun harus bermain dengan fluegel yang rusak. Llu, hal yang sama terjadi pada Annita, mouthphice-nya hilang !.. “ Gimana nih ?!, gw sama sekali ga bisa main dong, kalo mouthphice gw hilang !?, padahal kan, itu penting banget ! entar, gw niup apa ?”, seru Annita kepadaku. “ Ya udah, lo tenang dulu, jangan panik ! cari moutphice yang lai aja !, mungkin masih ada mouthphice cadangan di box-nya Jesi, ! ”, usulku kepada Annita. Lalu, Annita mulai mencari mouthphice cadangan di box fluegel Jesi. “Alhamdulillah, ternyata masih ada ! makasih banget ya Rin, Je ! ” “Iya, sama-sama ! “, kataku dan Jesi bersamaan. Lalu, waktu tampil pun tiba. Aku pun mulai tegang dan deg-degan. Diwaktu kita akan memasuki area tampil, seniorku, kak Fauzi membuat lelucon, dan aku pun tertawa sehingga mengurangi rasa tegangku. Dan masuklah kami ke dalam arena itu. Saat pemanasan, ternyata terompet kak Fauzi tidak bisa ditiup. Ia menyuruhku meniup lebih keras untuk menggantikannya memainkan suara satu, yang seharusnya ia mainkan. Untunglah aku sudah bisa memainkannya, dan aku pun meniup labih keras. Karena terompetku tidak rusak, aku bermaksud untuk menukar terompetku dengan terompet kak Fauzi, tetapi aku lupa menukarnya. Kak Fauzi harus berduet di depan juri dengan terompet yang tidak bisa ditiup, jadi yang meniup untuk berduet saat itu hanya Rizal. Alhasil, suara yang dihasilkan kurang memuaskan. Setelah kita mmainkan semua lagu, kita kembali membentuk barisan untuk keluar dari arena. Kemudian, kami kembali berdo’a agar semua usaha kita membuahkan hasil yang maksimal. Setelah semua peserta Marching Band selesai, kami menunggu pengumuman pemenang. Lalu, 10 orang perwakilan dari setiap unit,termasuk aku yang mewakili tim GPCB mewakili unitnya untuk pemberian piala. Waktu itu pukul 20.00 WIB, saat pengumuman pemenang diumumkan. Untuk juara kategori, sebagian besar dimenangkan oleh GSP, sedangkan kami berada ditempat ke-2. Danm ternyata dugaanku benar, GSP kembali meraih juara pertama, dan kami meraih juara ke-2. Walaupun kami tidak dapat meraih juara umum, juara II tidaklah buruk, karena kami telah mengalahkan 5 tim lainnya, yang anggotanya sebagian besar bukanlah siswa SMP dan SMA. Saat itu kak Fauzi merasa sangat bersalah, karena ia fakir akibat kesalahannyalah, kami tidak dapat meraih apa yang kita harapkan,. Yaitu menjadi pemenang dalam kejuaraan itu. Saat kami semua berkumpul di arena tampil untuk memegang piala dan bersorak-sorai, tiba-tiba terjadi. Salah seorang personil GSP lari dan menabrak piala juara terbaik ke-2, yang sedang dipegang olehku, piala itu patah, dan orang itu berpura-pura tidak tahu dan tidak bertanggung jawab. “ Hei !! tanggung jawab dong ! ”, teriakku kepadanya. Lalu teman-temanku juga geram akan hal itu. Semua kesal . “ Gak gitu dong caranya kalau gak suka !! “, gerutu Faiz. Akhirnya pelatih kami memerintahkan agar segera keluar gedung dan bersiao kembali ke Depok.. Sekarang aku belajar dari pengalaman itu. Bahwa kemenangan itu tidak akan kita dapat tanpa adanya usaa, pengorbanan, dan do’a. Janganlah menyesal berlarut-larut dan beranggap bahwa, kitalah penyebab masalah itu, karena kita tidak tahu apa yang terjadi dengan yang lainnya. Pemenang sejati bukanlah orang yang selalu meninggikan hati dan menganggap rendah yang lain, tapi pemenang sejati adalah orang yang rendah hati , menghargai yang lain dan tetap menjaga wibawanya. Kali ini, kami memang bukanlah yang terbaik, tetapi kami selangkah lebih maju dari mereka. WE ARE NOT THE BEST, BUT WE ARE ALWAYS STEP AHEAD !!

Aku, Pena, dan Dia by Kamelia Rizki

saat di cafe,”tiara di panggil fira icha tuh..” dino berlari dari UKS ke cafe.”hahh? Ada apa si? Gw tu lagi makan tau g sii ..”. “ tapi ra,ktanya dia sakit tuh,sampe mu sekarat”.”hah?serius lo? Yaudah buruan kita ke UKS”. Dino dan Tiara berlarti ke arah UKS. Ternyata di sana sudah menunggu seorang cowok yang sedang menunggu tiara, dia adalah Bian. Cowok yang dari dulu sangat suka denga tiara,namun dia ragu-ragu jika ingin menembaknya,tapi sekarang adalah saat yang tepat untuk mengatakannya. “Mana-mana fira?” teriak tiara dari luar UKS. Ia sangat terkejut ketika ada bian disana dengan membawa bunga dan sebuah cokelat kesukaannya. “ bi..bian? Ngapain lo disini? Tumben banget lo kesini?” tanya tiara denga bingung.” gw ke sini mau ngomong sesuatu sama lo! Tir,gw selama ini sebenarnya suka sama lo,lo mau terima gw jd cowok lo?”kata Bian.”hah?apa? G salah lo? Bian,gw g bisa,gw lagui mencari seseorang”. Kata tiara kepada bian. “ jadi gitu ra? Yaudah, SELAMAT MENEMUKAN ORANG ITU!! bian mengatakan itu dengan perasaan kesal.”ehh,no,mana?katanya fira sakit?itu enggak?” tanya tiara. “Hehehe.. kita be 2 cuma di suruh sama bian buwa manggil lo”. Kata dino. “jadi lo be 2 boongin gw?rese emang yaa!!” keluh tiara kepada 2 sahabatnya itu. “tapi tir,cowok yang lo maksud tadi tuh siapa si?” tanya fira.” ohh,lo taukan pena warna gold punya gw? Waktu gw tau pena itu ada di tas gw,ada suratnya ,dia bilang bahwa aku akan kirim bunga ke rumah kamu setiap hari dan itu bener,sampe sekarang tu orang masi kirimin gw bunga,dan gw rasa gw jadi suka sama dia,dan pena yang dia kasih ke gw itu adalah pena yang selama ini gw inginkan”.kata tiara. 2 bulan telah berlalu setelah tiara menceritakan kejadian itu. Libur telah tiba,saat tiara liburan ke lembang yaitu boshia( teropong bintang), iya, bertemu dengan seorang cowok yang sedang memotret di daerah sekitar situ,ia sangat tampan,samapai-sampai saat tiara di panggil ke 2 orang tuanya ia tidak mendengar. Sebenarnya cowok itu sudah tau bahwa ia sedang di perhatikan oleh tiara. Yuph, dika . dia adalah si pengirim misterius,pengirim yang mengirimkan tiara bunga dan memberikan tiara pena tersebut. Dengan sengaja cowok itu memotret tiara. “hai,boleh kenalan?”kata dika. Dengan terkejut dan tak percaya tiara mengulurkan tangannya.”emm,boleh,gw tiara”tiara memprkenalkan diri.” kenalin aku dika, kamu tinggal di dekat sini?”tanya dika kepada tiara.”iya,aku tinggal di sekitar sini,kamu?” iya,aku ksni lagi ada tugas buwat pelajaran sekolah” jawabnya. “Nanti malam kamu ada acara g? Kalo boleh aku ngajak kamu nanti malam buwat liat bintang?”. Tanya dika. Emm.boleh si tapi kamu tunggu aku di depan gerbang yaa,aku mau keluar diam-diam karena aku g boleh keluar malem-malem.jawabnya. “iya-iya aku tunggu kamu di depan gerbang nanti malem jam 9 yaa..” dengan senang dika menjawabnya. malam pun tiba,waktu menunjukan pukul 20.30 wib, tiara mulai bersiap-siap diri untuk bertemu dika,cowok tampan yang ia lihat tadi siang. Saat waktu menunjukan pukul 9,ia langsung bergegas keluar dari jendela rumahnya,dan berlari menuju pintu gerbang dimana tempat mereka akan bertemu. Dika sudah menunggu dengan cemas apakh tiara bisa bertemu dengannay atau tidak. Dari ke jauhan iya melihat orang berlari dan iya tau pasti itu tiara,langsung iya menemuinya. Setelah mereka ber 2 bertemu langsung mereka menuju tempat di mana mereka akan melihat bintang,yaitu” boshia”.” wah, ternyata tempat ini indah sekali!” seru tiara. “ gimana? Indah bukan? Aku sengaja bawa kamu kesini karena aku tau kamu suka melihat langit,dan ada yang ingin aku boicarakan ke kamu”. Kata dika kepada tiara. “ kok kamu tau aku suka melihat langit,dan apa yang kamu mau omongin ke aku? Kayak serius banget padahal kita kan baru kenal?” tanya tiara dengan penasaran.” tiara kamu tau pena emas yang yang kamu punya? Da kiriman bunga setiap hari ke rumah kamu? Semua itu yang mengirim adalah aku,aku sudah mengenal mu sejak aku pindah rumah,aku tinggal 3 rumah dari rumah mu,setiap hari aku memperhatikan kamu,aku tau di mana kamu sekolah,kamu suka jaln bareng dengan teman-teman mu,semuanya aku tau,semua itu aku lakukan karena aku suka sama kamu,apakah kamu mau menerima aku jadi orang yang ngejagain kamu di mana pun dan kapan pun? Aku sayang banget sama kamu ra ..” tiara hanya bisa diam,dan tak tau apa yang ingin ia katakan pada dika,hatinya pun campur aduk antara senang,kaget dan .... huuaaahh,pokokknya bingung!! namun iya menjawabnay. “ dika,sebenarnay aku juga suka sama kamu,kamu orangnya perhatian dan aku rasa kamu sungguh-sungguh,aku mau trima kamu jadi cowok aku. Maksi,atas perhatian kamu selama ini,karena perhatian kamu itu g sia-sia,makasi juga udah bawah aku ke tempat yang indah ini”. Akhirnaya,dika dan tiara bertemu di tempat yang indah,dan tiara telah mengetahui semuanya. Mereka ber 2 sangat senang telah bertemu. Dan tiara akan selalu menyimpan pena itu sampai kapan pun!

Rumah Hantu di Sebelah Rumahku by Triaji Nugroho

Pada waktu istirahat sekolah Hendra, Hari, dan Alvin sedang membicarakan sesuatu. “Eh tau gak, katanya disamping tumahku ka nada rumah kosong yang angker”, kata Hendra. “Ah, yang benar?”, Hari dan Alvin tampak kaget. “Iya serius”, tegas Hendra. “Soalnya kemarin tetanggaku ada yang melihat bayangan gelap di jendela rumah itu”, kata Hendra. “Wah, seram juga ya” Kata Hari dan Alvin. Setelah bercerita, bel pun berbunyi dan mereka pun masuk kelas. Saat pulang sekolah mereka berjalan bersama. “Eh, kalian berdua nginep dirumahku yuk! Mumpung besok libur” kata Hendra. “Kalau aku sih bias-bisa aja”, Kata Hari. “Kalau kamu vin?” Tanya Hendra. “Siiip!” kata Alvin. Mereka akhirnya pulang dan bersiap-siap untuk menginap di rumah hendra. Pada malam hari Hendra, Hari, dan Alvin sedang bermain Playstation di rumah Hendra. “Ah, bosan nih!” kata Henrda. “Iya, aku juga bosen” kata Alvin. “Eh bagaimana kalau kita ke rumah angker di sebelah rumahku?” kata Hendra. “Hah? Serius? Gila kamu hen” kata Alvin. “Ayolah kita buktikan apakan rumah itu angker atau tidak” kata Hendra, “Yaudahlah, ayo pergi” kata Hari dan Alvin. “Nah gitu dong” kata Hendra. Akhirnya mereka pun masuk ke rumah angker itu.

Saat di rumah angker itu mereka merasa deg-degan, karena suasana yang begitu mencekam. “Wah, seram sekali disini”, kata Alvin. Mereka pun mencoba menaiki tangga di rumah itu. Ketika sedang menaiki tangga, mereka melihat bayangan seseorang yang sedang berdiri. “Ndra, bayangan apa itu?” Tanya Hari dengan takut. “Aku juga gak tau!” Kata Hendra. Setelah dilihat dengan seksama, bayangan itu tiba-tiba mendekat. Mereka bertiga pun lari terbirit-birit karena ketakutan. Malam itu pun berlalu, esoknya mereka pulang ke rumah masing-masing. Ketika hari senin, mereka pun membicarakan kejadian yang menyeramkan itu di sekolah. “Eh, aku masih kepikiran loh sama kejadian yang itu”. “Iya aku juga!” Kata Hendra dan Alvin. Bel pulang sekolah pun berbunyi. Mereka akhirnya pulang bersama. “Teman-teman! Bagaimana kalau kita ke rumah kosong itu lagi?” Ajak Hendra. “Ah, aku masih takut Hen!” Kata Alvin dan Hari. “Ayolah kita lihat lagi! Kita buktikan kalau rumah itu memang ada hantunya. Kan kemarin kita baru melihat bayangannya doang!” Kata Hendra. “Oh iya benar juga ya”, kata Hari. “Oke! Siapa takut!” Tegas Alvin. Akhirnya mereka memutuskan untuk main ke rumah Hendra dan bersiap-siap untuk mengunjungi rumah angker itu. “Woi ayo kita berangkat!” Kata Hendra. Mereka pun berjalan ke rumah itu dan berpapasan dengan Pak RT. “Eh ada anak-anak, mau kemana nih?” Tanya Pak RT “Mmmm….mmm…. Kita mau jalan-jalan aja kok pak”, gugup Hendra. “I….ii..iya benar kok pak!. Kata Alvin dan Hari. Pak RT pun merasa curiga, tapi ia langsung pergi. “Oooh ya sudah saya pergi dulu ya” kata Pak RT. “Oke Pak!” Jawab mereka. Mereka akhirnya masuk ke rumah itu dan naik ke lantai atas. “Seram sekali disini” kata Alvin. Saat mereka masuk, mereka melihat bayangan hitam itu lagi. Mereka pun lari terbirit-birit dan tersandung. Mereka bertiga pun akhirnya jatuh. Saat bayangan hitam itu mendekati mereka, ternyata bayangan itu adalah seorang kakek tua yang sedang memegang senter.

“Ada apa kalian kesini?” Tanya kakek itu. “Kami hanya ingin tau pak, apakah rumah ini angker atau tidak” kata Hendra “Hmmm ada-ada saja kalian ini. Dirumah ini tidak ada hantunya nak”. “Terus kakek ngapain disini?” Tanya Hendra. “Kakek tinggal di rumah kosong ini karena rumah ini sudah tidak terawatt”. “Oooh…. Kalau begitu kami minta maaf kek karena sudah tidak sopan”. “Tidak apa-apa kok nak”. “Kalau begitu kami pulang dulu ya kek!” Kata Hendra. “Oh iya!” Jawab kakek itu.

Setelah kejadian itu, mereka pun merasa malu dan takkan pernah melupakan kejadian tersebut.

Gadisku dan Aku by Nur Maudy Sudarsono

Pagi ini begitu indah, aku berdiri persis di sebelah mercusuar dekat dermaga mengenang masa masa remajaku dahulu, saat aku dan teman temanku masih SMA. Sekarang kami sudah lulus dari sebuah perguruan tinggi. Sekarang aku bekerja sebagai dokter di sebuah klinik di Bali. Sekarang aku berdiri bersama teman temanku, salah satu temanku berteriak “Aya! Relakanlah teman kami ini, kami tidak ingin dia terus terikat denganmu lagi!”. Ia begitu karena melihatku begitu murung melihat kearah matahari terbenam.  Namaku Kevin, sekarang ini aku sekolah di SMA Negeri 10 Bali. Banyak orang yang memandang aku itu jaim atau semacamnya, menurut mereka aku terlalu tertutup, tapi untunglah ada beberapa orang yang masih ingin berteman denganku, mereka adalah Ivan, Danu, dan Derry. Selama kurang lebih tiga tahun ini mereka masih setia menemaniku. Aku tinggal bersama kakekku yang bekerja sebagai pembuat peti mati, orang tuaku meninggal karena kecelakaan saat ingin menjemptku ke rumah kakek. Saat itu aku baru berumur 10 tahun dan hari itu hujan sangat deras, aku sedang memandang ke jendela rumah kakek dan menantikan kedatangan orang tuaku yang seharusnya sampai dua jam sebelumnya. Tiba tiba ada suara telpon yang menghmburkan lamunanku,sesaat setelah kakek menutup telpon ia langsung menarikku keluar rumah dan samoailah kami di suatu rumah sakit, disana aku menemukan jasad orang tuaku yang berlumuran darah. Kini kita kembali ke masa sekarang, sekolah dan rumahku jaraknya tidak jauh dan dekat dengan pantai serta segala sesuatu yang seharusnya berada di pantai. Aku dan teman temanku sering datang ke pantai untuk bermain, karena kami masih single, kami juga sekalian mencari kekasih. Kami tidak pernah menggunakan kendaraan bermotor dan kami juga tidak berjalan, kami menggunakan kendaraan ramah lingkungan yaitu sepeda. Hari minggu ini kami main ke pantai. Aku terpisah dengan teman temanku, karena bosan, aku pun merasa ingin melihat ke dalam air untuk mencari ketenangan. Di dalam air sangat indah dan tenang, terumbu karang yang berwarna warni, ikan yang juga tidak kalah berwrna warni yang bersembunyi di balik terumbu karang yang terlihat lembut. Saat aku ingin berenang ke permukaan, kakiku terasa sakit, ternyata aku kram! Aku tidak dapat bergerak, aku tidak kuat menahan nafasku lagi. Aku mulai tak sadarkan diri, tetapi aku merasa ada seseorang meraih pinggangku dan menarikku ke permukaan. Aku merasakan tanggannya yang lembut dan kecil, aku rasa orang yang telah menolongku adalah perempuan, sayangnya aku tak sempat melihat wajahnya. Beberapa saat kemudian aku mulai sadar dan membuka mataku, aku berharap dapat melihat wajah penolongku, setelah aku sadar, hanya wajah teman temanku yang terlihat. Ke esokan harinya, yaitu hari senin, kami berempat berangkat ke sekolah bersama sama. Saat di kelas, wali kelasku Ibu Marni, memperkenalkan seorang murid baru, aku kurang mendengarkan siapa nama lengkapnya namun aku sempat mendengar nama panggilannya, Aya. Aya adalah perempuan termanis yang pernah aku impi impikan, ia duduk satu bangku di depan yang deretannya bersebrangan dengan deretanku. Entah ini perasaanku saja atau Aya memang memandangi aku sambil tersenyum kecil sampai akhirnya terhenti saat pelajaran di mulai. Sekarang pelajaran bahasa dan kali ini pelajaran kami membahas tentang puisi masa lampau. Aku tidak pernah mengerti pelajaran ini, begitu juga dengan ketiga temanku. Saat di akhir pelajaran, pak Edi menunjuk Aya untuk menbacakan salah satu puisi yang dipilih oleh pak Edi. Setelah Aya terdiam sesaat, ia langsung berdiri dan mengucapkan puisi tersebu dengan lancar, bait demi bait dia ucapakan, yang aku ketahui pak Edi belum pernah membahas puisi ini di kelas kami. Di wajah pak Edi terpasang senyum bangga kepada Aya. Akhirnya waktu pulang sekolah pun tiba, aku melihat Aya berjalan keluar melewati gerbang sekolah. Banyak anak laki laki yang mengajaknya pulang bersama, ada yang membawa mobil, motor sampai jalan kaki, tetapi ia tolak. Setelah aku menaiki sepedaku, aku memberanikan diriku mendekatinya dan bermaksud untuk mencoba mengajaknya pulang. Untungnya teman temanku tidak keberatan kalau aku mengajak Aya, justru malah mendukungku. “Aya,” panggilku. “Iya, ada apa Kevin?,” tanyanya lembut. “Um.. Aku hanya berpikir apakah kamu ingin pulang bersama?” “Naik sepeda?” “Tentu, apa kau tidak suka?” “Ah.. tentu tidak, aku senang sekali,” “Naiklah,” Aku menantarnya pulang dan meminta nomor telponya. Aku pamit untuk pulang dan ia mengantar kepergianku dengan senyumannya yang manis itu. Ketika aku sampai di rumah, aku mencoba menelponnya, kami berbincang bincang hingga tengah malam, dia berkata, ia tinggal bersama orang tuanya, ia adalah anak satu satunya. Dia tidak banyak menceritakan tentang dirinya. Selanjutnya kami hanya berbincang bincang tentang aku dan kesannya mengenai tempat ini. Esoknya aku menjemputnya bersama Ivan, Danu dan juga Derry. Aya sangat ramah dan tidak pilih pilih siapa temannya. Saat aku memboncengnya dan ia memegang pinggangku, aku teringat kejadian di pantai beberapa hari yang lalu. Ketika aku memegang tangannya, rasanya sama saat aku memegang penyelamatku itu dalam keadaan setengah sadar itu, kucoba untuk menghapusnya dari pikiranku. Saat istirahat, aku menceritakan kejadian saat aku kram di pantai. “Aya, aku punya cerita yang mau aku kasih tau ke kamu,” mulaiku “Cerita apa?” tanya Aya “Beberapa hari yang lalu, aku dan yang lain lagi jalan jalan di pantai, aku mencoba untuk berenang ke laut tapi aku lupa untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu, sehingga aku kram,” “Lalu?” “Saat itu aku setengah sadar, tetapi aku merasakan ada sepasang tangan halus memegang pinggangku dan menarikku ke permukaan saat aku membuka mataku tak ku dapati penololgku itu. Saat setengah sadar itu aku sempat merasakan tangannya dan rasanya sama saat kau memegang pinggangku saat kita naik sepeda tadi pagi,” “Jadi?” “Apakah kau yang saat itu menolongku?” Aya hanya diam lalu ia tersenyum dan menjawab. “Iya, memang aku yang mengangkatmu, saat kau sedang terkagum kagum aku sedang berada di balik karang karang itu, aku melihatmu kesakitan dan terdiam maka aku langsung mengangkatmu,” “Jadi benar kau yang menelamatkan aku? Lalu kenapa saat hari pertamamu masuk kau terus tertawa kecil melihatku?” “Karena aku teringat saat aku menolongmu dan aku sangat tidak mengira kalau kita akan bertemu lagi,” Kami semakin akrab satu sama lain, teman temanku pun mendukung kalau kami pacaran. Tapi, ngga’ semua orang mendukung aku, contohnya Rangga dari klub basket, dia selalu mencoba untuk mendekati Aya. Hanya saja Aya-nya yang malah menghampiri aku, aku tahu Rangga benar benar benci sama aku. Lalu, Aldi dari klub sains, karena Aya cantik juga pintar, Aldi pun kesem sem sama Aya. Ia selalu mencoba mendekati Aya saat di klub sains, tapi, tetap saja Aya sangat acuh padanya. Terkadang terlintas di pikiranku ‘apakah Aya benar benar menyukaiku? Atau hanya mempermainkan aku?’ karena ia adalah perempuan yang cantik sehingga bisa mendapatkan semua laki laki. Aku sudah beberapa kali menanyakan ini kepada Aya tetapi ia hanya menjawab ‘Karena kau berbeda dari yang lain dan perbedaan itu yang aku suka,’ apakah itu benar? Tetapi aku hapus pemikiranku itu. Hari minggu ini aku ingin mengajaknya makan malam di pinggir pantai yang romantis, Ivan, Danu dan Derry ikut membantuku dalam menyiapkan segalanya. Hari ini pun tiba sejauh ini berjalan sesuai rencana, saat kami sedang saling menatap dan ingin bercumbu, sebuah bus travel menurunkan para turisnya. Karena mereka melihat kami ingin bercumbu, semuanya berseru ‘ahh.. romantisnya, membuat iri’ semua yang kami rencanakan pun landas sampai disitu. Tetapi Aya tidak marah atau pun malu, ia malah mengajakku bermain di pantai bersama turis turis itu. Saat sedang bermain air, tiba tiba saja hidung Aya mengelurkan darah dan Aya jatuh pingsan, aku dan para turis itu panik dan langsung membawanya ke rumah sakit atau klinik terdekat. Setelah Aya di masukkan ke ruang UGD, aku pun langsung menelpon orang rumah Aya dan juga teman temanku. Dalam beberapa saat orang tua Aya dan teman temanku sampai, orang tua Aya langsung masuk ke kamar dimana Aya terbaring. Lalu keluarlah Ayahnya Aya sambil mengusap usap wajah dan tengkuknya, ia menghampiri aku dan mengajakku duduk sambil berbincang bincang. “Kamu Kevin, ya?” tanyanya terlebih dahulu “Iya, om. Ada apa?” balasku “Aya sering bercerita tentangmu kepada kami, ia bilang kamu berbeda dengan laki laki yang lain,” “Oh.. begitu” “Begini Kevin, Aya bukanlah anak kandung kami. Dia anak dari kakakku, ayahnya meninggal saat Aya masih di dalam kandungan ibunya. Setelah saat itu, aku dan isteriku yang selalu berada di sampingnya. Sebenarnya ibu Aya takut sekali memiliki anak karena ia tahu kalau ia mengidap penyakit Leukimia atau kanker darah.” Aku tertegun mendengar cerita itu dan hanya bisa diam “Tetapi suaminya sangat ingin mempunyai anak. Akhirnya ibunya Aya pun setuju dan mereka sangat bahagia memiliki anak namun rasa kehawatiran itu tetap masih ada saat itu ibunya sedang mengandung tujuh bulan, malam itu hujan sangat lebat dengan petir petir yang menyambar, ayahnya dalam perjalanan pulang. Sampai pagi ibunya menunggu sang suami tetapi tak kunjung datang. Ternyata suaminya telah meninggal.” Pria itu terdiam untuk menahan kesedihannya, beberapa saat kemudian ia melanjutkannya kembali. “Beberapa bulan kemudian, ibunya Aya melahirkan. Aya lahir selamat dan sehat namun ternyata ibunya merelakan nyawanya agar Aya dapat merasakan bagaimana rasanya hidup. Setelah beberapa tahun, ternyata Aya juga memiliki penyakit yang sama seperti ibunya. Saat ini kankernya sudah mencapai stadium empat.” “Ia selalu menginginkan seorang teman yang rela menemaninya dan menerima keadaannya sekarang ini. Lalu ia bertemu kamu dan kamulah orang yang dipilih Aya. Selama ini kami yang menjaga Aya, kami ingin kamu yang menjaga dan hidup bersama Aya sampai akhir hayatnya.” Pria itu menatapku dengan penuh harapan. Tetapi ia melihat raut ketidak yakinan di wajahku, namun ia terus berharap. “Demi Aya, Kevin. Anggaplah ini adalah permintaan terakhirnya.” Aku menganggukan kepalaku dan memasang senyum. Pria itu pun terlihat lega mulai hilanglah kecemasan di wajahnya. Walaupun aku memasang senyum di wajahku, kekhawatiran, kecemasan, kesedihan dan rasa bahagia bercampur menjadi satu. Malam ini aku menemani Aya, Aya terlihat sangat lemah di atas tempat tidur yang berwarna putih itu. Pamannya sangat ingin aku membahagiakan Aya, tetapi aku ragu, apakah aku dapat membuatnya bahagia dan memberinya cinta yang berlimpah padanya sampai akhir hayatnya? Aku khawatir kalau saja ia meninggalkan aku di saat aku belum siap. Aku cemas, apakah ia benar benar harus pergi? Aku bahagia karena aku memiliki kesempatan untuk membuatnya tertawa walaupun itu adalah tawanya yang terakhir. Di sekolah aku hanya memikirkan Aya. Apa tempat tidur Aya nyaman? Apa dia sudah makan? Apa dia baik baik saja? Apa dia sudah sadar? Apa dia sudah baikan? Pertanyaan pertanyaan itulah yang terbayang bayang di benakku. Seharian aku hanya melamun. Setelah sekolah usai, aku pulang sebentar untuk berganti baju dan bermaksd untuk menemani Aya di rumah sakit. Ketika sampai di rumah, aku terkejut, rumahku berantakan. Aku mencari kakekku aku piker telah terjadi perampokan. Aku mendapati ia pingsan. Cepat cepat aku membawanya ke rumah sakit, rumah sakit Aya dan kakek adalah rumah sakit yang sama sehingga aku dapat mengunjungi mereka berdua. Malam ini aku menemani kakek. “Kevin?” panggil kakek lemah “Ada apa kek?” jawabku khawatir “Kevin, mungkin kakek nggga’ akan lama lagi..” “Jangan seperti itu kakek, mudah mudahan kakek akan sembuh” “Kevin, sewaktu ayahmu masih hidup, ia sangat bahagia akan kehadiranmu ia menabung untuk masa depanmu, begitu pula ibumu. Mereka juga memiliki villa di daerah Kintamani. Nanti saat aku sudah tidak ada pakailah uang itu dengan baik. Kalau bisa kau perbanyak uang itu.” Setelah kakek berkata demikian ia pingsan selama beberapa hari sampai akhirnya ia meninggalkan aku dan dunia ini. Kakek telah bergabung dengan ayah, ibu dan nenek di surga. Saat ini, Aya sudah baikan ia menjalani rawat jalan. Kami juga sudah berada di perguruan tinggi yang sama, kami mengambil jurusan yang sama, jurusan kedokteran. Aya selalu membantuku ketika ada sesuatu yang tak dapat ku mengerti. Sekarang aku yang selalu menjaganya, kami tinggal di sebuah villa peninggalan orang tuaku.Kami selalu menghabiskan waktu bersama sama. Suatu hari Aya semakin melemah sehingga ia harus dirawat di rumah sakit. Aya tidak ingin tinggal di rumah sakit, jadi aku memohon agar dokter mengijinkan Aya dapat di rawat di rumah. Karena aku ingin merawat Aya sepenuhnya, jadi aku berhenti kuliah untuk sementara. Setiap hari aku hanya menemani Aya, aku tidak keberatan tetapi, aku keberatan kalau ia meninggalkan aku. Walaupun kami tinggal satu rumah, aku tetap menghormatinya sebagai perempuan. Kami memang tir sekamar tetapi tidak stu tempat tidur, dia tidur di kasur dan aku di sofa panjang di sampingnya. Setiap pagi, kami menantiakan matahari terbit. Setiap senja kami menantikan matahari terbenam. “Kevin, bolehkah aku duduk di pangkuanmu?” tanyanya “Apa sih yang tidak boleh untuk kamu?” Aku pun memangkunya, kepalanya ia sandarkan di pundakku. Aku mencium rambutnya dengan lembut, ia tersenyum. Aku menggoreskan hidungku ke hidungnya, ia tertawa lemah. “Kevin? Apa kamu bosan mendampingi dan merawatku?” “Tentu saja tidak, aku senang merawat dan menjagamu. Aku senang berada di sisimu setiap waktu” “Benarkah?” “Iya..” “Sungguh?” “Iya, sayangku” “Ohh.. baiklah” Saat matahari sepenuhnya terbenam, aku menggendongnya untuk kembali duduk di kursi rodanya. Ia menghalangiku dan berkata gendonglah aku sampai ruang makan. Aku tidak mau mengecewakannya, aku pun menggendongnya ke ruang makan. Makan sudah tersedia di atas meja. Aya memintaku untuk menyuapinya makan. Hari ini Aya terasa sangat ingin di manja. Seusai makan, kami bermain air di kolam renang, kami memberi makan ikan dan bermain bersama sama. Keesokan harinya. Teman temanku datang mengunjungi kami. Mereka membawa pasangan masing masing. Ivan dengan pacarnya yang bernama Iren, Danu dengan Dania dan Derry dengan Riri. Kami membuat barbeque di samping kolam. Para perempaun merias meja dan yang laki laki memanggang. Hari ini, Aya tidak menggunakan kursi rodanya sama sekali. Katanya ia ingin merasakan bagaimana rasanya bermain dengan teman yang lebih banyak walaupun itu adalah hal terakhir yang ia lakukan. Ternyata teman temanku dan pasangannya ingin menginap dan ternyata Aya tidak keberatan ia hanya tersenyum. Malam itu seisi villa terasa penuh dengan cinta dan kasih sayang. Walaupun malam itu angina terasa dingin, namun semua orang di dalamnya merasa hangat. Keesokan paginya aku terkejut, Karen tidak mendapati Aya di atas tempat tidurnya. Setelah mencari cari ternyata Aya sedang menyiapkan sarapan untuk kami semua. “Pagi Kevin,” sapanya lembut “Kamu ngapain bangun sepagi ini?” tanyaku agak khawatir “Tenanglah, hari ini mereka kan’ akan pulang, aku ingin memberikan sesuatu yang special untuk mereka” “Baiklah kalau itu keinginanmu. Tapi, izinkan aku membantumu” “Baiklah” Selesai sarapan, mereka pamit untuk kembali. Rumah kami terasa sepi tetapi mau bagimana lagi. Setelah mereka pergi agak jauh, Aya langsung menyandarkan kepalanya di pundakku. Aya terlihat sangat letih tetapi selalu ada senyum yang menghiasi wajahnya yang pucat. Aku menggendongnya ke kamar, ia terlihat lemas. “Aku sangt letih hari ini, tetapi aku sangat bahagia” “Iya, sayang. Aku tahu itu, seharian kamu memasang senyum di wajahmu yang pucat itu” Kami menjalani hari itu seperti biasanya. Kami membuat kue kesukaanku dan Aya. Kami memberi makan ikan ikan. Kami bermain air di kolam. Kami menghabiskan hari itu denagn bermain. Hari itu aku memasak makn malam untuk Aya. Walaupun bukan makanan kesukaan Aya, tetapi Aya sangat senang memakannya karena makanan itu adalah makanan yang aku buatkan khusus untuknya. Malamnya kami melihat bintang bintang dari balkon kamar kami. Saat melihat ke atas, kami melihat bintang bintang yang bertaburan. Saat kami melihat ke bawah, kami melihat lampu lampu yang berwarna warni bertaburan. “Malam ini sungguh indah, aku rela kalau sekarang aku harus pergi” ujarnya “Kamu ini ngomong apa sih sayang?” kataku, sambil merngkulnya “Aku capek, aku mau tidur” “Baiklah” “Tapi aku mau kamu yang gendong aku ke kamar” “Iya deh” Aku menggendongnya ke kamar meletakkannya di atas tempat tidur dengan lembut dan perlahan. Ia hanya tersenyum, kadang aku berfikir, apa yang membuatnya begitu tabah dan selalu memasang senyum manis di wajahnya yang kini telah kirus namun tetap terlihat manis. Perempuan ini sangat berbeda dari yang lain, aku beruntung bisa menemaninya selamanya. “Sayangku Kevin, maukah kau menemaniku tidur di atas ranjang yang begitu besar ini. Kurasa suhu malam ini akan terasa dingin” ajaknya “Baiklah tapi hanya sekali saja ya.. aku tak mau orang orang berkata yang tidak tidak tentang kita” “Aku janji, ini yang pertama dan yang terakhir. Boleh ya..” Aku menemaninya malam itu, aku merangkulnya dengan erat. Tapi, ia benar, ia berkata kalau semalam adalah malam pertama dan terakhirnya ia tidur bersamaku. Karena ketika aku ingin membangunkannya dan membebaskannya dari pelukanku, aku mendapati sayangku Aya, hanya tinggal jasadnya. Ia telah meninggalkanku dan dunia ini untuk selamanya. Sama seperti ayah, ibu dan kakekku, namun aku turut senang karena kini ia sudah bergabung dengan orang tuanya.  Sekarang umurku sudah 45 tahun. Aku sudah beristeri dan memiliki dua orang anak. Tentu saja aku tidak menikah dengan Aya, nama isteriku Maya, kami memiliki seorang anak laki laki bernama Bima dan seorang anak perempuan bernama Melvina. Aku bertemu dengan Maya, saat aku mulai praktek di sebuah klinik di Bali. Kami menikah saat umurku 25 tahun dan Maya 23 tahun. Kami memiliki anak satu tahun setelah pernikahan kami. Kini anak anka kami telah beranjak dewasa. Suatu hari Bima dan Melvina membawa kekasihnya masing masing. Aku terkajut setengah mati, karena pacar Bima mirip sekali dengan Aya. Gadisku yang malang, kuharap kau melihat kebahagiaanku bersama keluargaku yang sekarng ini. Aku tidak pernah memberi tahu isteriku tentang kamu. Aya, aku merindukanmu, aku menginginkan berada di disisimu lagi, seperti dahulu.Hari minggu ini, aku berkunjung ke villa milik keluargaku. Saat di perjalanan, mataku terasa berat sekali, aku merasa aku ingin tidur. Bruak!! Kini aku sudah bergabung dengan orang orang yang kucintai. Ayah, ibu, kakek dan gadisku yang termanis, Aya. “Ara!! Ara!! Kamu ada dimana sih?” Panggil Icha. “Aku ada di kamar, Cha!” balasku dari kamar. “Ara, kamu lagi ngapain sih?!” “Ya.. Chatting-lah,” “Chatting lagi, chatting lagi. Betah banget ada di depan computer,” “Tapi ngga’ rugi buat kamu kan’?” “Iya juga sih,” “By the way, kamu ngapain kesini? Tumbenan” “Iya, sampai lupa. Nih, ada paket buat kamu yang salah kirim ke rumahku. Buka dong, apasih isinya?” “Ini? Ini buku yang aku pesan lewat internet,” “Dasar, kalau ngga’ Komputer, buku. Kutu buku banget sih kamu,” “Dari pada kamu, alat kosmetik terus. Udah ah.. aku ngga’ mau ngelanjutin lagi,”  Namaku Kiara, tapi orang prang terdekatku memanggilku Ara. Aku suka sekali Chatting dan baca buku, aku juga lebih senang berada di kamar dari pada di luar. Aku tinggal bersama ayah dan ibuku, aku anak tunggal, kami tinggal di pedesaan dekat pegunungan, sehingga udara selalu dingin. Aku juga memiliki teman dekat, aku hanya ingin bercerita kepada dia saja, namanya Jesica, tapi aku manggil dia Icha, lebih simple. Icha tinggal di sebelah rumahku, sebenarnya tidak bisa di sebut rumah melainkan villa.